Steven dan Dion langsung melotot horror pada Reygan yang mengatakan candaan dengan wajah datar. Tabitha sendiri sampai menganga dengan tak elitnya. "Kak Rey sehat?"
Reygan menggigit bibir bagian dalamnya untuk menahan tawa karena melihat ekspresi Tabitha. "Ya kalau kamu tidak ingin menjadi bagian dari keluarga mereka sedangkan tak mungkin kamu tinggal sendirian. Alangkah baiknya bila hidup berdua. Dan demi menghindari rumor tak baik, menikah mungkin tak buruk."
Tabitha langsung merubah ekspresinya menjadi datar. "Daripada jadiin pernikahan sebagai mainan, mending gue jadi anak angkat lah. Tapi emang keluarga mana yang terima gue dengan keadaan gue ini?"
Steven menepuk kepala Tabitha. "Abis pulang ini, gue ma diaz langsung bicarain sama orang rumah."
"Yap. Gue yakin sih mereka seneng, apalagi mereka pengen banget punya anak perempuan tapi yang lahir laki mulu. Nah, kalo misal keluarga gue sama Steven sama-sama setuju. Lo pilih gue apa dia?" tunjuk Diaz pada Steven.
Tabitha terdiam. "Zee, gue pilih siapa baiknya?"
"Saya menyarankan keluarga Kiehls, nona. Karena menurut data saya, keluarga Kiehls merupakan pebisnis besar yang dikatakan setara dengan keluarga Sanjaya dan Wijaya. Dan usaha keluarga mereka dibidang teknologi dan senjata. Lebih mampu menjaga keamanan nona kedepannya dan lebih menguntungkan."
Tabitha, "jangan dari segi itu. Tapi dimana diantara mereka yang lebih menginginkan anak perempuan? Karena dengan begitu, gue bener-bener dapet kasih sayang sesungguhnya."
"Sesungguhnya tanpa nona memikirkan ini, keluarga manapun yang dipilih nona, akan tetap menyayangi dan mendukung nona karena itu hadiah misi ini. Namun bila keadaan sebenarnya. Saya tetap menganjurkan Keluarga Kiehls, nona. Keluarga Kiehls terlalu dingin dan kaku karena kesulitan memiliki keturunan perempuan di setiap generasi. Sehingga bila ada anak perempuan, mereka akan benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik. Berbeda dengan keluarga Anggara, meski orangtua figuran Diaz tidak memiliki anak perempuan, namun masih memiliki sepupu perempuan."
"Hmm, secara keamanan dan kenyamanan sih memang keluarga Steven aja. Kalo punya sodara perempuan meski sepupu, pasti ribet. Ya kali gue jadi Ririn versi dua. Masuk keluarga orang terus jadi penyebab perempuan di keluarga itu kekurangan kasih sayang karena kehadiran gue. Duh engga banget." Dengus Tabitha dalam hatinya.
"Hei!! Kok malah ngelamun?" Sentak Diaz dengan tatapan bingung sekaligus panik.
Tabitha terkekeh canggung. "Hmm belum bisa nentuin. Lihat aja dulu yang mana yang setuju ada kehadiran gue. Gimanapun, gue pasti bakal ngerepotin karena kondisi gue. Padahal gue gapapa loh tinggal sendiri daripada jadi beban orang."
"Jangan mikir berlebihan deh. Lagian selama ini lo udah kerja keras. Ga ada salahnya jadi beban orang sekali-kali." Diaz dengan segala ucapan frontalnya, membuat Tabitha bingung harus terharu atau tertawa.
Tabitha, "yang penting gue udah peringatin. Takutnya gue bukan bebanin sekali-kali lagi. Tapi emang tiap hari."
"Jangan khawatir soal itu." Steven menyaut.
"Sebaiknya sekarang kita semua pulang dan Bitha dapat beristirahat." Sela Reygan karena telah melihat jam dinding yang menunjukan waktu pukul 10 malam.
Reflek Steven dan Diaz langsung mengangkat tangannya untuk melihat jam tangan mereka sendiri. Dan ternyata benar sudah terlalu larut.
"Besok gak usah masuk aja." Steven menatap Tabitha sembari berdiri meraih ponsel dan dompetnya di meja tamu itu.
"Engga ya!! Gue gamau poin gue berkurang. Lagian gue udah baik-baik aja. Gue jamin besok gak bakal pingsan lagi. Please meskipun kalian tahu gue sakit, tapi jangan perlakuin gue seolah gue lumpuh. Gue masih bisa aktivitas. Kalo emang gue gak kuat, gue bakal sadar diri dan istirahat. Ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0.2
FantasySuara Tabitha terdengar kembali, "lihatlah, saya meninggalkan semuanya disini, saya tidak membawa uang sepersenpun milik kalian, saya hanya meminta pakaian yang melekat pada saya sekarang, nyonya Hartigan dapat mengecek dalaman saya bila khawatir sa...