Oline melajukan motor sportnya, ia mengenakan jaket bomber menerjang dinginnya bandung di sore hari, tidak memperdulikan rasa sakit dan pusing di badannya.
Oline sempat beberapakali kehilangan kesadarannya, membuat dirinya hampir menabrak pengendara lain bahkan tak jarang ia hampir menabrak pejalan kaki. Ia benar-benar kacau sekarang.
Tinnn!
"Maaf-maaf" teriak oline kepada pesepeda motor tersebut. Ntah sudah pesepeda motor keberapa yg memberikannya peringatan lewat klakson kepadanya.
"Jalan pandhawara, jalan pandhawara..." Gumam oline, menambahkan kecepatan motornya. menelusuri bandung dengan pikiran kacau.
"Caca..., tunggu aku caca.." ucap oline, ia menangis tersedu sembari menerjang dan menelusuri setiap jalan di bandung, mencoba mencari jalan pandhawara.
..
Merasa kehilangan arah, oline pergi meminggirkan montornya, menghampiri warga setempat yg sedang berbincang-bincang.
"Permisi, pak. Saya boleh bertanya?" Tanya oline sopan, ia membuka kaca helmnya menunjukkan matanya yg bengkak karena menangis.
"Iya dek, sok atuh kalau mau nanya, tanya apa?" Jawab salah satu warga setempat, budi namanya.
"Ah, ini pak. Kalau mau ke jalan pandhawara, lewat mana ya?" Oline mengusap hidungnya yang merah akibat menangis.
"Jalan pandhawara? Nggak salah kamu dek?" Sahut warga lain.
"Tidak pak, tolong pak kasih tau saya, dimana jalan pandhawara pak?" Ucap oline, sedikit panik karena ia merasa percakapan ini sangat membuang waktunya untuk mencari erine.
Para warga memandangi satu sama lain, wajah mereka panik terlihat sedang menyembunyikan sesuatu.
"Sudah, kasih tau saja." Ucap seorang warga bernama andri.
Pak budi menghela nafasnya "kamu lurus aja, ada pertigaan nanti belok kiri, lurus terus aja nanti mentok belok kanan" jelas pak budi.
Oline mengangguk paham "terimakasih pak, mari" ucap oline segera menancapkan gasnya pergi menuju jalan pandhawara seperti yang dijelaskan pak budi.
"Semoga tuhan selalu melindungimu nak." Ucap pak budi yang diangguki oleh warga lainnya.
...
Oline sudah berada di titik terakhir yang dijelaskan pak budi. Ia memandang sebuah plang usang bertuliskan "jl. Pandhawara". Jalan tersebut terlihat sepi dan sunyi, seperti tidak ada satupun orang yang tinggal disana.
"Astaga, tuhan tolong bantu oline" Oline memberanikan diri, mengendarai motornya dengan pelan, mencoba mencari nomor rumah yang dituju, 10e.
..
Oline memarkirkan motornya, ia menemukan alamat yg ditulis pada kertas yang menerornya tadi.
Oline berjalan memasuki rumah tingkat yang usang tersebut, menggebrak pintu depan rumah tersebut. Namun Alangkah terkejutnya dia, saat melihat orang yang berada di depan pintu tersebut.
"Jonathan adipati P." Ucap oline, tangannya mengepal kuat. Raut wajahnya berubah menjadi marah.
"Halo bro. Udah lama ga ketemu gua, ya ga?" Ucap jonathan, tersenyum remeh kepada oline.
"Ga usah bacot anjing! Sekarang kasih tau gue, dimana erine!" Sahut oline menggebu-gebu.
"Lah, mana gua tau kocak. Gua cuma disuruh atasan gua, buat nungguin lo di rumah busuk ini. Pas lo udah dateng, gua bunuh deh hahaha!" Jawab jonathan sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Erine! (orine)✅
Fanfictionsebuah keberuntungan aku bisa bertemu dengannya, wanita paling cantik dengan nayanika paling apik.