Letter

1.4K 79 8
                                    

[ Draco Pov ]


Aku selalu menemukan sepucuk surat berwarna coklat kekuning-kuningan di depan Manor setiap harinya. Surat-surat itu selalu datang tanpa ada nama dari pengirimnya—namun selalu ada di saat aku tidak mengetahui waktunya. Tetapi aku tau siapa pengirim surat itu sebenarnya.

Di hari kematian Harry, aku benar-benar telah kehilangan kendali atas emosiku.

Di kala aku melihat tubuh Harry kaku diatas kasur dengan kain putih yang menutupi tubuhnya. Aku berlari meninggalkan Manor saat itu juga—berkelana tanpa arah di dalam hutan. Melayangkan banyak sekali mantra kutukan tak termaafkan kepada siapapun yang berada di hadapanku. Hingga ibuku yang mengetahui kabar tentang kematian Harry—segera pergi untuk menemukanku di dalam kekacauan.

Akal sehatku seperti hilang. Kedua mataku menatap jauh kedalam danau yang berada di depanku. Dengan berbekal pikiran, "Apakah aku akan bertemu dengan Harry jika aku mati?"


"Apakah Harry akan senang jika aku menyusulnya?"


"Apa semua ini adalah karma dalam hidupku?"


"Namun mengapa Tuhan mengambil Harry dariku—jika diriku yang mendapatkan karmanya?"


"Mengapa dia pergi begitu cepat?"


"Kapan aku bisa melihat senyumannya kembali?"


"Apakah aku bisa memeluk tubuhnya yang hangat lagi?"


"Dimana aku bisa menemukan manik emerald seindah milikmu Harry?"


"Mengapa semua ini terjadi?"


Tubuhku dengan mudah terjatuh kedalam dasar danau—hingga hampir seluruh paru-paruku terisi oleh air—tepat saat itulah aku melihat bayangmu yang mendorong tubuhku menuju permukaan.


"Mengapa kau melakukan itu Harry?"


Dan saat aku tersadar—aku telah berada di dalam Manor. Ibuku menangis di sisiku—saat itulah untuk pertama kalinya aku melihat wajah dari Lucius Malfoy yang prihatin kepada anaknya yang kacau.

Ibuku memeluk tubuhku yang linglung-merancau tidak jelas di daun telingaku. Aku bahkan tidak bisa mengingat apa yang ibu katakan. Dan yang ku inginkan sekarang adalah Harry—sekali lagi aku teringat oleh dinginnya tubuh yang ku pegang untuk terakhir kalinya.


Aku tidak ingin memegang tubuh itu lagi—aku tidak ingin merasakan dingin akan kematian itu lagi.


Aku tidak sanggup melihat senyum tipis di bibirnya untuk yang terakhir kalinya.


Aku tidak bisa meletakkan karangan bunga di dalam peti matinya.


Aku tidak ingin menyentuh kulitnya untuk salam perpisahan.


Kakiku tidak akan rela ku gerakkan untuk menuntunmu menuju kediaman terakhirmu.


Can I Said I Love You? [DRARRY - BL][18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang