Ron and Hermione [ Special Chapter ]

1.3K 80 28
                                    

⁘  ⁘  ⁘

    

Seorang wanita muda dengan rambut coklat bergelombangnya nampak cemas menatap sekitar—tangannya menggandeng putrinya yang berdiri sembari membawa sapu terbang kesayangannya. Mata coklat cantik miliknya mentap sekitar—mencari-cari keberadaan sang suami.

Namun tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundak wanita itu—dia berjengit kaget seperti sedang melihat hantu. "Ron!" Pekik wanita itu.

"Tak perlu terkejut begitu." Ron melepaskan jubah hitam yang dikenakannya—lalu disampirkan di pundaknya sendiri. "Beres—kita pulang." Ucapnya dengan nada dingin.

"Bagaimana dengan coklatnya?"

"Kau masih bertanya Hermione? Setelah aku kembali tanpa membawa bungkus coklat itu?"

Hermione memegang lengan suaminya yang hendak berjalan meninggalkannya. "Kau bertemu dengan—Albus?"

Ron menggelengkan kepalanya. "Aku bertemu dengan anak si bajingan itu." Ron memberi tatapan dingin ke arah Hermione, "Albus sedang bersama dengan bajingan itu—aku tidak sudi melihat wajahnya." Timpal Ron.

"Lalu—bagaimana dengan suratnya?!"

"Sudah ku selipkan di baju anak itu. Aku yakin jika bajingan itu tidak bodoh, dia pasti akan menemukannya."

Hermione menghela napasnya, "Bagaimana jika tidak?"

"Jika tidak? Oh—berarti si bajingan itu memang bodoh." 

"Tapi Ron—"

"Mione, apa itu tidak cukup untuk sekarang?" Ron berbalik dan menatap istrinya, "Sudah cukup, aku tidak mau berurusan lagi dengan bajingan itu! Lagi pula Polyjuice-nya sudah habis bukan?"

Hermione mengangguk dengan ragu. "Jika saja kau tidak menghentikanku—akan ku gunakan untuk membunuh bajingan ular itu." Ron menghela napasnya, "Cukup, kita kembali ke rumah." Ron meraih lengan anaknya, dan berjalan cepat meninggalkan kerumunan manusia yang ada di Diagon Alley.

Hermione hanya bisa menghela napas berat ketika melihat perilaku Ron yang selalu seperti ini ketika situasinya bersangkutan dengan sahabat hidupnya—Harry.

Semenjak kabar dari kematian Harry, Ron selalu menyalahkan dirinya sendiri karena disaat Harry berada di rumahnya untuk terakhir kalinya—dia tidak bisa menyelamatkan sahabatnya dari terkaman ular licik itu. Ron selalu berandai-andai—jika saja saat itu dirinya bisa melarang Harry untuk tidak kembali bersama Draco, mungkin saja sahabatnya itu masih hidup hingga saat ini.

Rasa penyelasan Ron semakin bertambah ketika dirinya di persilahkan untuk memeriksa tubuh Harry sebelum di pakaikan pakaian terbaiknya di hari pemakamannnya. Dan dilihatnya tubuh dari sahabatnya yang penuh dengan goresan-goresan luka di sekujur kulitnya—mulai dari ujung kaki hingga leher. Ron tidak pernah membayangkan betapa buruknya kondisi Harry ketika berada di Manor selama ini.

Jika saja dia memiliki kekuatan lebih—Ron akan bersumpah akan membunuh Draco saat itu juga. Namun apa daya dirinya? Sahabat bodohnya itu terlalu mencintai sang ular. Membuat dirinya tidak bisa melakukan tindakan apapun kepada pria bajingan itu. Ditambah dengan surat-surat milik Harry yang selalu berdatangan di rumahnya—membuat Ron tau, seberapa besar cinta Harry kepada Draco.

Namun selama itu Ron selalu mengira jika sahabatnya baik-baik saja. Karena Harry tidak pernah menuliskan kondisinya yang buruk dan sudah berada diambang kematian—bahkan Ron tidak pernah tau jika hidup Harry hanya tinggal hitungan hari.

Begitu juga dengan Hermione. Perempuan itu selalu menerima surat pembodohan dari Harry—yang bercerita tentang betapa bahagianya hidupnya akhir-akhir ini karena selalu berada di samping Draco. Ya—benar, Harry selalu berada di samping kekasihnya disaat tubuhnya sudah tidak dapat lagi bergerak kemanapun.

Can I Said I Love You? [DRARRY - BL][18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang