T/N : Tiga chapter dibawah cukup panjang untuk dibaca.
Dan biu wajibkan untuk membaca ketiganya sekaligus agar lebih mudah mencerna keadaan yang terjadi. Jadi Biu sarankan untuk membacanya di waktu luang!
Dan jika kalian lupa apa yang terjadi-Silahkan kembali membaca chapter sebelumnya.
Biu tidak menangung air mata kalian kalian jika terjatuh...
Selamat membaca!!!
•
Alat-alat medis yang ada di dalam dunia sihir, kini telah memenuhi seperempat bagian dari ruangan yang sedang ditempati oleh Harry. Aroma dari obat-obat an, juga ramuan-ramuan sihir membuat ruangan itu hampir terasa seperti ruang ICU yang ada di Rumah Sakit St Mungo.
Laki-laki dengan tubuhnya yang terlihat kurus terbaring diatas ranjang putih yang berada di tengah ruangan.
Sementara, pria dengan rambut pirang yang acak-acak an—tengah duduk di pinggir kasur—menatap nanar kekasihnya yang sudah tidak sadarkan diri selama hampir dua minggu lamanya. Hampir setiap hari pria itu memanjatkan doa untuk kekasihnya—agar orang yang dicintainya lekas sadarkan diri. Karena pikirannya sangat terbebani oleh hal ini.
"Wake up Love... I miss you..." Draco mengusap telapak tangan Harry yang terasa sedingin salju seperti yang sedang turun hari ini. "Open your eyes... please..."
Tok! Tok! Tok!
"Ya."
Seseorang membuka pintu dengan perlahan, kemudian berjalan memasuki kamar tersebut—yang tidak lain orang itu adalah Pansy, perawat pribadi Harry yang cukup mahir menangani penyakit sihir serta obat-obatan. Pansy berjalan mendekati Draco—matanya tidak bisa lepas mengawasi perkembangan Harry setiap hari hingga mata pandanya terlihat semakin jelas.
"Dia sudah stabil." Ucap Pansy.
"Kapan dia akan sadar?"
Pansy menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tau." Perempuan itu berjalan menuju meja berwarna platinum yang terletak di samping ranjang Harry. Tangannya mengambil sebotol ramuan yang sudah di ekstrasi oleh Theodore beberapa hari yang lalu—Pansy menggoyangkan botol tersebut. "Kau seharusnya memberikan ini saat kemari."
"Aku tidak bisa..." ucap Draco lemah. "Aku tidak bisa menunangkan cairan itu kedalam mulutnya—aku bahkan tidak sanggup menatap wajahnya dari dekat." Draco menundukkan kepalanya—menahan air mata yang ingin membobol keluar.
"Kuatkan dirimu." Pansy menyerahkan ramuan itu kepada Draco. "Jangan selalu terbawa emosi."
"Tapi—"
"Hadapi kenyataan Draco. Semua ini terjadi juga karena ulahmu—jangan lari dari kenyataan. Jangan bersembunyi seperti pecundang di balik ketakutanmu. Ingatlah, jika dirimu yang menyebabkan kekacauan ini. Berkali-kali aku sudah memperingatimu—namun sepertinya aku nampak seperti manekin yang membisu di hadapanmu. Kau tidak mendengarkanku."
Pansy mencecar Draco dengan kenyataan-kenyataan yang sedang mereka hadapi selama ini. Semua ucapannya terasa begitu dingin ketika di dengar-seolah sedang menghakimi Draco yang berada di posisi lebih rendah.
Tangan Pansy membuka kenop pintu—sejenak ia memalingkan wajah menatap Draco yang menangis di atas tangan sang Potter. "Aku tau kau menyesal..." bisik Pansy, yang kemudian berjalan meninggalkan Draco bersama Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Said I Love You? [DRARRY - BL][18+]
Fantasy"This is a story that tells about our love. Sebuah kisah cinta dimana aku akan selalu mengatakan bahwa diriku mencintaimu." - Draco Lucius Malfoy "And this is a story with our childhood love story. Aku selalu tertawa di alam ini ketika mengingat kis...