Ara menatap kosong ke jendela kelasnya yang menampakkan pemandangan area luar. Sorot pandangannya terkunci pada rintik demi rintik air hujan yang jatuh membasahi rerumputan disana.
Ara mengulum bibirnya perlahan, perasaan cemas masih menghantui pikirannya sejak kemarin malam. Tubuhnya terduduk di kelas, namun pikirannya telah berlari seliar mungkin memikirkan keadaan sahabatnya.
"Ara"
Tubuh Ara tersentak sampai lamunan wanita itu buyar.
"Eh iya bu"
"Kamu jangan ngelamun di kelas saya" tegur guru yang tengah menerangkan materinya di kelas tempat Ara berada
"Iya bu, maaf, saya boleh izin ke toilet sebentar?"
"Yaudah, jangan lama lama"
Ara mengangguk sembari melempar seutas senyum simpulnya sebelum kemudian segera beranjak meninggalkan ruangan.
Ara menyusuri lorong yang sepi, suara langkah kaki oleh dirinya sendiri dilengkapi dengan gemuruh hujan berhasil membuat Ara semakin terhanyut dalam perasaan kalutnya
Wanita itu menghentikan langkah dan beralih menatap derasnya hujan, Ara meringis kecil sembari mengigit bibirnya takut.
"Chika" monolog Ara lemah
"Lo dimana.."
•
"Adel, Zee!"
Ara berseru lantang di area belakang rumahnya yang nampak kosong. Namun tak untuk waktu yang lama, karena sesaat kemudian dua sosok tak asing perlahan muncul di hadapan Ara
"Lo kenapa? keliatannya panik gitu" tanya Zee menyadari gelagat Ara yang tak biasa
Ara mengulum bibirnya takut lalu menghela nafas berat.
"Gue mau nanya sesuatu"
"Nanya apa lagi? soal perasaan lo?"
Ara menggeleng. "Lebih penting dari itu"
Adel dan Zee melempar tatapan bingungnya pada Ara yang nampak tengah dalam suasana serius
"Lo mau nanya apa?" tanya Zee
"Setelah kalian meninggal, apa kalian masih sering ngerasain sakit yang sama saat kalian mati?"
Satu pertanyaan oleh Ara sontak membuat Adel dan Zee mengeryit tak mengerti bersamaan
"Kenapa lo nanya gitu?"
Ara menggeleng. "Kalian tinggal jawab, pernah atau ngga"
Adel terdiam sejenak nampak berpikir kemudian menggeleng yakin.
"Gue ataupun Zee ga pernah ngerasain sakit itu lagi, kita bahkan cenderung ga bisa ngerasain apapun Ra"
Penjelasan Adel berhasil membuat Ara semakin kebingungan. Wanita itu berdecak kecil sembari menggertakan giginya kasar
"Lo kenapa Ra? ada masalah?"
Ara menoleh ke kedua sahabatnya bergantian lalu mengangguk.
"Chika hilang"
"Hah?!"
Tekukan kasar jelas tergambar di kening kedua hantu tersebut bersamaan setelah Ara menyatakan kalimatnya.
"Maksud lo apa Chika hilang?"
"Dia tiba tiba pergi kemarin malem dan sampai sekarang Chika ga dateng lagi nemuin gue. Dia ga pernah pergi selama ini sebelumnya" jelas Ara dengan raut wajah yang jelas menggambarkan bahwa ia khawatir
"Lo jangan panik dulu Ra, ini bahkan belum sehari, siapa tau Chika ada urusan lain"
Ara berdecak. "Bukan itu masalahnya"
Adel mengeryit. "Terus?"
"Sebelum Chika hilang, dia sempet kesakitan di bagian dadanya, tepatnya di jantung. Chika pernah bilang itu sering terjadi sama dia dan setelah gue tanya ternyata Chika emang meninggal gara gara penyakit jantung yang dia punya"
Adel dan Zee terdiam menyimak Ara yang melontarkan kalimatnya dengan pelan namun penuh penekanan
"Gue khawatir sama Chika, gue takut dia masih kesakitan sampai sekarang"
Ara mengadahkan kepalanya, mencoba menyeka air mata yang mencoba menerobos keluar
"Apa kalian tau kenapa Chika selalu ngalamin itu? Kenapa bahkan setelah meninggal dia masih ngerasain sakit yang sama?"
Ara menggambar raut wajah penasarannya sembari menatap Adel dan Zee bergantian
"Kalian tau sesuatu?"
Ara mengeryit memperhatikan kedua sahabatnya yang bukannya menjawab malah saling menatap seolah mencoba saling mengirim isyarat
Adel mengulum bibir bawahnya ragu kemudian beralih menatap wanita di hadapannya
"Ra" panggil Adel pelan
Ara menaikkan alisnya seolah menandakan ia menunggu kelanjutan kalimat dari Adel
"Sebenernya ada sesuatu yang harus lo tau soal Chika"
Seuntai kalimat oleh Adel sukses membuat Ara memperdalam tekukan di keningnya.
"Apa? Apa yang harus gue tau?"
Adel menggeleng. "Gue rasa itu urusan kalian berdua. Kita ga bisa ngasi tau lo, jadi lo harus berusaha cari tau sendiri"
Ara berdecak kecil. "Del gausah bertele tele, lo bisa kasi tau gue langsung sekarang. Gue harus tau Chika kenapa, gue gamau sahabat gue dalam masalah"
Adel menggeleng sekali lagi. "Maaf Ra, gue ga mau ikut campur"
"Del tap- Del! Zee! sial"
Ara mendecakkan lidahnya kasar kala wujud Adel dan Zee yang tiba tiba menghilang dari sorot pandangannya.
•
Sunyi, satu kata sempurna untuk menggambarkan suasana kamar tidur Ara malam ini. Hanya suara jarum jam yang terdengar di telinga wanita yang bahkan belum mengganti seragam sekolahnya sejak tadi sore.
Ara menarik nafas panjang dan mengacak rambutnya kacau. Wanita itu beranjak dari duduknya dan beralih berjalan memutar kamarnya sendiri mencoba menjernihkan pikiran
Namun apapun upaya yang Ara lakukan, semuanya tak dapat membuat Ara tenang. Kalimat Adel terus berteriak di dalam pikirannya yang membuat Ara semakin kalut.
"Sebenernya lo kenapa Chik.." monolog Ara
Wanita itu memejamkan matanya sejenak mencoba menenangkan diri. Namun tak bertahan lama, karena beberapa saat setelahnya, Ara berdecak tanda ia mendapat sesuatu
"Gue bener bener harus cari tau sendiri"
Ara beranjak mendekat ke ranjang kemudian meraih sebuah ponsel yang tergeletak disana.
Tangannya dengan lihai mengetikkan sebuah nama di pencarian kontaknya. Ara mengulum bibirnya ragu sembari menunggu seseorang di seberang sana menjawab panggilan teleponnya
"Halo Ra?"
"Papa" sapa Ara cepat
"Iya nak?"
"Papa dimana? ada yang mau aku omongin" ujar Ara to the point
"Papa di rumah sakit, kamu tunggu aja di rumah, mungkin bentar lagi papa pulang"
"Aku mau kesana sekarang"
"Kenap-"
Suara Boby terpotong sesaat setelah Ara memutuskan sambungan teleponnya sepihak.
Wanita itu bergegas meraih kunci sepeda motor kemudian tanpa menunggu segera melangkahkan kakinya menuju keluar.
Jangan lupa vote!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) I Love You Ghost! ; Chikara
Random"Kayanya gue suka sama Chika, tapi masa gue suka sama orang yang udah meninggal?!" "Aneh, tapi kalau kenyataannya gitu, gimana"