Ara berlari cepat menyamakan langkah dengan Boby yang telah jauh di depan. Wanita yang masih diselimuti kebingungan itu menyusuri lorong demi lorong yang segera membawa ia kembali ke ruangan yang menjadi awal kegelisahannya
"Boby!"
Boby menghentikan langkahnya sembari menatap panik ke pria dewasa yang telah membasahi pipinya dengan air mata
"Bob tolong Chika, gue mohon tolong anak gue" Pucho berujar ditengah isakannya
Boby memegang pundak Pucho dan menatapnya dalam.
"Lo tenang aja, Chika pasti selamat oke?"
Pucho meringis, bahkan sekedar untuk mengangguk menyetujui ucapan Boby sulit baginya.
Boby mengepalkan tangannya kasar kemudian tanpa mengulur waktu segera memasuki ruangan tempat Chika berada
Sementara Ara, wanita yang sampai sekarang masih mencoba mencerna keadaan itu menatap sayu ke Pucho yang telah terduduk lemah.
"Om Puc-"
Ara menggantung ucapannya bersamaan saat ia menatap Pucho yang sekarang tengah menyembunyikan wajahnya dibalik tangan itu seolah tak ingin diganggu
Ara menghela nafasnya berat kemudian mengurung niatnya untuk bertanya pada Pucho soal kegelisahan yang ia miliki
Ara lalu mengalihkan perhatiannya sejenak ke ruang rawat yang tertutup rapat tersebut. Untuk beberapa saat Ara terdiam, membayangkan seseorang yang sangat ia sayangi kini berada di dalam sana untuk memperjuangkan hidupnya.
Wanita itu menggertakan giginya kasar sebelum kemudian memilih beranjak pergi meninggalkan rumah sakit.
Ara menyusuri jalanan malam yang mulai sepi, deru angin yang menubruk kulitnya tanpa permisi bahkan tak membuat Ara terganggu, wanita itu tetap dalam fokusnya menyetir beberapa saat sampai kemudian ia berhenti di beberapa meter di depan, tepatnya di kediamannya sendiri.
"Adel! Zee!"
Ara menyebarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah mencoba mencari keberadaan kedua sahabatnya.
Dalam hitungan detik sosok Adel dan Zee muncul tiba tiba di hadapan Ara. Namun bukannya menyapa ramah, kedua hantu tersebut malah dibuat kebingungan dengan ekspresi Ara yang nampak menggebu.
"Ara, lo kenapa?"
Adel dan Zee saling memandang bingung setelah mendapat Ara yang bercucur keringat dengan wajahnya yang masih basah oleh air mata
"Ra, lo-"
"Kalian udah tau semua ini kan?"
Ara berujar, menyuarakan kalimatnya singkatnya dengan pelan namun penuh penekanan
"Kenapa kalian nyembunyiin ini dari gue?"
Ara menatap kosong ke kedua sahabatnya, tanpa permisi, bulir cairan bening itu kembali lolos dari manik matanya
"Ra, lo udah tau?"
Ara meringis lalu memalingkan pandangannya.
"Ini semua ga mungkin, gimana bisa?! Chika udah meninggal, dia udah meninggal gara gara penyakit jantung!"
"Ara maaf, tapi-"
"Sebenernya ini kenapa? Chika sebenernya siapa hah? Kenapa kalian buat gue seolah olah jadi orang yang ga tau apa apa disini?!"
Adel menggeleng. "Ra, kita ga maksud kaya gitu. Kita cuma ga mau ikut campur antara lo dan Chika. Kita ga ngasi tau lo sendiri karena kita tau Chika pasti punya alasan kenapa dia nyembunyiin ini dari lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) I Love You Ghost! ; Chikara
Random"Kayanya gue suka sama Chika, tapi masa gue suka sama orang yang udah meninggal?!" "Aneh, tapi kalau kenyataannya gitu, gimana"