Hari keempat sebelum konser Jazz di Bandung digelar. Valerie sudah sibuk menyiapkan segala macam keperluannya.
Siang yang terik ini, bahkan Valerie menyempatkan dirinya untuk mengunjungi sebuah mall, yang letaknya tak jauh dari daerah kantornya. Ia ingin membeli outfit, untuk menonton konser Jazz, di Bandung.
Ponselnya bergetar, tanda ada panggilan yang masuk. Valerie pun mengangkat panggilan itu dengan segera.
"Aku lagi di mall," bisik Valerie, kepada pemuda, yang sedang berbicara dengannya di seberang sana.
"Aku nyusul kamu sekarang. Diam di sana ya! Jangan ke mana-mana!" ucap pemuda itu kepada Valerie.
"Ngapain nyusul aku?"
"Aku kan pacar kamu Valerie, emangnya nggak boleh ya, aku nyusul pacar aku sendiri?"
"Buat apa? Kamu lupa bawa dompet lagi kah?" lontar Valerie dengan jujur kepada sang kekasih, tanpa malu-malu.
"Iya Val, aku lupa bawa dompet lagi. Tolong traktir aku makan siang ya, aku laper banget nih. Besok aku ganti uang kamu, hehe," balas pemuda itu, dengan tak tahu malunya.
Maka untuk yang ke sekian kalinya, Valerie pun menuruti pemuda itu. Sudah berkali-kali, Dean selalu mencari alasan yang sama, demi ditraktir makan siang oleh Valerie. Tak tahu malu memang, namun entah mengapa, Valerie tidak pernah bisa menolaknya.
***
Satu jam kemudian, Dean datang dan bertemu dengan Valerie di area food court, Lotte Shopping Avenue Mall. Valerie sudah mengunyah habis makanannya. Ekspresi wajahnya semakin ditekuk, kala ia melihat presensi Dean yang datang dengan wajah yang sumringah.
"Maaf ya Val, aku telat. Tadi jalanan macet banget, hehe," Dean sungguh tak tahu malu, sudah minta ditraktir oleh Valerie, datang telat pula.
"Ya udah kamu pesan aja makanan yang mau kamu makan. Bills on me!" Kata Valerie, sedikit kesal.
"Oke, aku mau makan yang banyak ya hari ini, thank you Baby," Dean bahagia sekali hari ini.
Sambil menikmati hidangan makan siangnya, Dean melihat ke arah tas, milik Valerie.
"Kan aku udah bilang, gantungan kunci artis cowok itu, jangan digantungin lagi di tas kamu Val. Tas bagus-bagus kayak begitu kok malah dikasih gantungan kunci murahan kayak begitu sih? Memangnya kamu nggak malu ya, sama usia kamu? Kok masih aja kekanak-kanakan kayak begitu?" tutur Dean, yang pada saat itu pula, ucapannya langsung menohok ke relung hati Valerie yang terdalam.
"Hah? Murahan? Kekanak-kanakan kamu bilang? Kamu tau nggak? Jazz itu bukan sekadar artis idola favoritku aja, tapi dia itu, motivasi dan penyemangat hidupku. Bahkan Jazz itu, bisa jadi obat penyembuhku, disaat aku sakit. Kamu masih belum paham juga Dean?"
Dean meneguk minumannya sampai habis, kemudian ia meraih kedua tangan Valerie, untuk ia genggam dengan erat. Namun sayangnya, Valerie menampisnya.
"Ya udah, sekarang kamu pilih siapa? Aku atau cowok idola kamu itu Val?" Dean memberikan pilihan kepada Valerie.
Tentu saja, tanpa ragu, Valerie akan menjawabnya dengan lantang. "Aku pilih Jazz Romario. Dia obatku. Dia pelipur laraku. Aku nggak bisa bayangin, kalau seandainya di hidupku itu, nggak ada dia–"
"Jadi, aku nggak penting lagi di hidup kamu?" tanya Dean seraya memasang wajah yang cukup kecewa.
"Aku cuma butuh dimengerti aja sama kamu Dean, tapi kamu nggak pernah ngertiin aku. Emang kenapa kalau aku suka sama Jazz Romario? Salah? Aku selalu bisa bagi waktu aku untuk kamu, tapi yang ada, kamu nggak pernah menghargai aku sedikit pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fangirl's Universe
FanfictionUsia 34 tahun, belum menikah? Begitulah yang dialami oleh Valerie Oceana. Ia mendedikasikan hidupnya, untuk seorang Jazz Romario, yaitu penyanyi tampan dan populer sejagat raya. Sayangnya, sang idola tidak pernah peduli dengan perhatian yang Valerie...