Bab 6 - Jazz Datang Disaat yang Tepat

54 11 0
                                    

Sudah dua pekan, Jazz Romario tak memberi kabar kepada para penggemarnya. Bisa ditebak, bagaimana kondisi penggemarnya pada saat ini.

Seperti Valerie yang pikirannya selalu kosong, sebab penyemangat hidupnya tak memberikan kabar sehari pun, melalui sosial medianya.

Valerie merasa kacau. Weekend-nya terasa sepi. Namun, rasa sepi di dalam dirinya seketika pudar, kala kedua sahabatnya kembali mengunjungi unit apartemennya.

Valerie berlari ke luar, saat ia mendengar suara bel berdering, pertanda Lala dan Rere sudah tiba di depan pintunya. Dengan kaos oblong putih oversize dan celana hotpants jeans andalannya, Valerie menyambut kedua sahabatnya itu dengan ekspresi yang agak lesu.

"Kenapa lo lesu begitu?" tanya Lala, yang langsung berlari, ke arah sofa di ruang tengah.

"Udah makan Val? Nggak biasanya lo kayak begitu. Lemah banget kayaknya. Kenapa sih? Gara-gara si Jazz belum kasih kabar juga?" sambung Rere, yang ikut prihatin dengan kondisi Valerie.

Valerie pun duduk di sofa, menyempil di antara Lala dan Rere. Mengangkat serta melipat kedua lututnya, seraya menyandarkan pundaknya ke sandaran sofa.

"Gue kangen banget sama Jazz. Kalian paham kan, gimana rasanya nggak dikasih kabar sama bias sendiri? Rasanya tuh nggak enak, sesak dada gue. Hampa banget. Gue nggak tau kabarnya Jazz sekarang kayak gimana. Pokoknya gue kangen banget. Jazz harus live sekarang juga, untuk ngobatin rasa kangen gue," jelas Valerie sembari mengusap air matanya yang sudah jatuh membasahi pipi.

Bagi sebagian orang yang tak paham atau tak sefrekuensi, tindakan Valerie mungkin bisa dibilang berlebihan. Menangis hanya karena sang idola tak memberikan kabar selama dua minggu, sungguh berlebihan. Padahal, sang idola belum tentu mengenal dirinya. Padahal dirinya hanya sebutir debu yang berterbangan, lalu menghilang terbawa angin, di mata sang idola.

Namun bagi sebagian orang yang menjunjung tinggi idolanya, perasaan sedih itu wajar. Bayangkan, seseorang yang sangat berarti di dalam hidupnya, seseorang yang selalu memberikan hiburan kepadanya. Lalu, suatu hari tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Wajar jika seorang penggemar hatinya terasa kalut dan hampa. Sebab, penyemangat sekaligus obat terbaiknya, sedang tidak ada.

Valerie berdiri, kemudian memandangi deretan poster yang melekat di dindingnya. Lalu kedua matanya mengelilingi sudut unit apartemennya. Semuanya penuh dengan poster, foto, album maupun pernak-pernik tentang Jazz Romario. Benar, Jazz Romario sangatlah berarti di dalam hidupnya.

Bahkan untuk saat ini, Jazz Romario yang paling berharga dibandingkan dengan kedua kakak kandungnya yang tak pernah sekali pun, menghargainya.

"Udah Val tenang aja, paling nanti malem, si Jazz live kok di sosmednya," kata Lala.

"Nggak usah nunggu malem deh, paling sebentar lagi si Jazz live nih. Dia tau, ayangnya di apartemen lagi sedih, galau begini," sahut Rere, ikut meyakinkan Valerie.

Valerie menoleh ke arah kedua sahabatnya. Dengan kedua mata yang menyipit, ia perlahan melajukan langkahnya ke arah kedua sahabatnya itu.

"Pokoknya kalau hari ini Jazz live, kalian bakalan gue traktir makan enak nanti malem. Pokoknya kalau hari ini Jazz live, gue bakalan pakai kostum yang aduhai untuk konser tur terakhirnya Jazz, bulan depan di Bali. Gue harus tunjukkin ke Jazz, kalau gue itu ada. Valerie ada, untuk Jazz," ucap Valerie, sangat yakin dan antusias.

"Kostum apa?" kata Lala dan Rere secara bersamaan.

"Rahasia dong! Nanti aja, bulan depan baru gue kasih tau ke kalian," balas Valerie seraya tersenyum dengan penuh harapan. Ia benar-benar berharap, jika Jazz akan live di sosial medianya, pada hari ini.

Fangirl's UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang