Rindu adalah rasa yang tak terduga, seperti angin yang datang tanpa permisi, melintas begitu cepat, namun meninggalkan jejak yang mendalam di hati.
Rindu itu berat. Namun belakangan terakhir, rindu sudah menjadi teman setia Valerie, yang paling menyiksa.
Waktu berjalan dengan adilnya, hingga tak terasa, tinggal menghitung beberapa jengkal saja, menjelang tur konser Jazz di Amerika. Bahkan Jazz tak mengunggah kabarnya sama sekali di sosial medianya. Hanya tim agensinya saja, yang terus aktif memberikan pengumuman tentang tur konser Jazz, di Amerika.
Valerie mulai gelisah. Padahal beberapa waktu yang lalu, ia pernah satu kali nekat untuk mengirimkan pesan singkat, kepada Jazz terlebih dahulu. Bukan hanya Jazz saja yang ia kirimi pesan, namun, Ogem sang manager pun tak luput dari rasa penasaran Valerie.
Hasilnya nihil, tak ada jawaban sama sekali dari mereka sampai saat ini. Hingga menimbulkan berbagai pertanyaan dan spekulasi di dalam benak Valerie.
Jazz, kamu beneran nggak kenapa-kenapa kan? Kamu beneran nggak ngelakuin hal itu kan?
Rasanya benar-benar menyakitkan. Bayangkan, seseorang yang biasanya menjadi pelipur lara bagi Valerie, kini tiba-tiba menghilang begitu saja, bagai ditelan bumi.
Sebentar lagi, Valerie memang akan berjumpa kembali dengan Jazz, di Amerika. Namun, ia sangat membutuhkan kabar dari Jazz saat ini juga.
Benar, harus saat ini juga.
Sebab, hari ini merupakan hari pertama bagi Valerie, untuk bisa bertemu dengan Narendra. Sosok pria yang akan melakukan kencan pertamanya bersama Valerie.
Narendra merupakan teman kantor sekaligus seorang Division Head dari suami Rere, sahabat Valerie. Selain masih single, Narendra juga sudah mapan, dan memiliki sifat yang ramah. Ia bahkan sudah siap menikahi Valerie secepat mungkin, tanpa harus mengekang segala hal, yang Valerie sukai.
Valerie butuh info terbaru dari Jazz. Sebab ia berharap, kencan pertamanya bersama Narendra, berjalan dengan lancar. Mood Valerie harus baik, agar semua skenario yang sudah ia rencanakan hari ini, sesuai dengan harapannya.
***
"Aku jemput kamu sekarang ya? Kamu udah siap?" sapa Narendra dari seberang sana.
"Iya, aku udah siap. Tapi maaf ya Ren, kalau aku nggak sesuai sama ekspetasi kamu," jawab Valerie dengan nada yang ragu.
Narendra mengurangi kecepatan pada mobilnya, demi mendengar dengan lebih jelas jawaban dari Valerie. "Maksudnya nggak sesuai ekspetasi tuh gimana ya?"
"Ya aku jelek, nggak cantik. Aku mungkin nggak sesuai sama kriteria tipe ideal kamu. Aku seorang wanita yang keras kepala dan idealis. Aku takut, kamu jadi hilang respect sama aku," Valerie bercermin seraya menggerakkan tubuhnya sendiri. Memperhatikan dirinya sendiri, apakah ia pantas, jika harus disandingkan dengan sosok Narendra yang penuh dengan kesempurnaan itu?
Narendra tersenyum hangat, seraya memarkirkan mobilnya, di lobby apartemen, tempat Valerie menyambung hidupnya.
"Valerie, nggak usah pesimis dulu ya? We go with the flow, slowly but surely. Nggak ada paksaan dari aku kok. Kalau kamu suka, kita lanjut. Kalau kamu nggak suka, kita berhenti, oke? Aku udah ada di lobby apartemen kamu nih. Should I go up?" ucap Narendra dengan begitu dewasanya.
"Nggak usah. Aku aja yang turun samperin kamu, wait ya."
Valerie turun dari lift apartemennya untuk menuju ke area lobby.
Saat melihat mobil SUV berwarna putih terparkir di sana. Langsung saja, Valerie menuju ke sana, menghampiri Narendra. Sesampainya di samping mobil itu, Valerie menyapa Narendra dengan sedikit menundukkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fangirl's Universe
FanfictionUsia 34 tahun, belum menikah? Begitulah yang dialami oleh Valerie Oceana. Ia mendedikasikan hidupnya, untuk seorang Jazz Romario, yaitu penyanyi tampan dan populer sejagat raya. Sayangnya, sang idola tidak pernah peduli dengan perhatian yang Valerie...