Valerie duduk kembali ke kursi kerja di dalam ruangan itu. Ia terus memandangi liontin pemberian dari Jazz. Senyumannya merekah, kala ia membayangkan segala perjuangannya agar dapat dilihat dan dinotis oleh Jazz.
Usahanya kini berbuah manis. Bahkan beban hidup yang sebelumnya sempat muncul, rasanya sirna begitu saja. Jazz memang selalu menjadi obatnya, baik di semesta tempat ia berasal, maupun di semesta lain tempat ia berpijak saat ini.
Tak lama kemudian, angin dari luar pun kembali bergemuruh. Tubuh Valerie kembali tertarik ke sebuah pusaran. Tubuhnya seperti dihisap ke dalam aliran energi yang tak terkendali. Embusan angin yang mengejutkan itu, mengingatkannya pada perasaan yang sudah pernah dirasakan sebelumnya, namun kali ini, lebih kuat, lebih mencekam.
Pusaran angin yang awalnya terasa mengacaukan keadaannya, kini menjadi bagian dari permainan yang menguji keberaniannya. Valerie membiarkan dirinya melayang, mengikuti alur pusaran itu tanpa perlawanan, dengan kesadaran penuh.
Pukul dua pagi, Valerie kembali ke posisi semulanya. Kepalanya bersandar di atas meja, dengan kedua lipatan tangan, yang menjadi bantalan tidurnya.
Valerie terbangun dengan perasaan yang terharu. Di sekitar pipinya kembali jatuh tetesan air mata kebahagiaannya. Rasa bahagia yang sulit sekali diungkapkan oleh kata-kata.
Valerie mengangkat kepalanya dengan perlahan, kemudian mengarahkan kepalanya ke jam dinding yang berada di ruangan itu.
Hah? Jam dua dini hari? Valerie cukup terkejut. Ternyata pertemuan singkatnya dengan Jazz, membutuhkan waktu hingga berjam-jam lamanya.
Dengan perasaan ragu, ia pun membuka telapak tangannya yang tengah ia genggam erat. Lagi-lagi, kedua matanya terbelalak begitu lebar.
Seketika itu pula, senyuman tipis merekah di bibirnya. Keyakinannya semakin menguat, bahwa apa yang baru saja terjadi, bukanlah sekadar ilusi yang bisa dijelaskan dengan logika. Bukan pula sebuah mimpi belaka.
Di telapak tangannya, terpampang dengan jelas liontin emas berinisial huruf J yang diberikan oleh Jazz. Emas itu memantulkan cahaya, menciptakan kemilau yang memukau. Valerie menatapnya dengan penuh keterpesonaan, seakan membiarkan cahaya yang dipantulkannya meresap ke dalam hatinya.
Liontin itu bukan hanya sepotong perhiasan, melainkan lebih dari segalanya. Liontin yang menggambarkan ikatan emosional, kenangan-kenangan manis, dan sebuah kisah yang tak terlupakan. Setiap goresan di permukaannya menandakan kisah percintaan, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup Valerie.
Jazz, thanks for loving me, even in a another universe. Valerie kembali menggenggam liontin itu dengan erat. Ia berjanji, akan menyimpan hadiah manis dari Jazz itu, dengan hati-hati.
***
Keesokan harinya, Valerie menghubungi kedua sahabatnya. Perasaannya campur aduk. Antara bahagia, sedih, terharu, namun masih terbesit pula perasaan kebingungan di dalam dirinya.
Ia masih tak percaya, dengan kejadian yang baru saja ia alami semalam. Jazz Romario, menjadi suaminya di universe lain.
Entahlah, Valerie masih berusaha mencerna. Apakah memang benar, di dunia ini terdapat universe lain, seperti yang baru saja ia alami semalam?
Kalau saja Valerie menceritakan hal itu kepada kedua sahabatnya, pasti mereka tak akan percaya kepadanya. Atau mungkin, Lala dan Rere hanya akan menertawakan Valerie.
"Kalian percaya sama universe lain nggak?" Tanya Valerie, melalui sambungan teleponnya.
"Lo habis mimpi ya?" tanya Lala balik.
"Nggak, bukan begitu. Semalem, gue beneran terhempas ke universe lain, terus–" belum sempat Valerie melanjutkan kata-katanya, kedua sahabatnya sudah tertawa terbahak-bahak, mendengarkan cerita dari Valerie itu.
"Val, lo mimpi. Udah ya, mending lo istirahat aja. Gue tau lo capek banget. Capek fisik, capek hati, capek pikiran. Lo beneran capek Val. Kata gue sih, lo ambil cuti aja. Habis itu, lo liburan deh ke luar negri. Beneran nikmatin liburan, bukan cuma sekadar nonton konser Jazz aja," kata Rere, tak percaya dengan ucapan konyol dari sahabatnya itu.
"Gue beneran terhempas ke universe lain, terus gue ketemu sama Jazz. Di universe itu, Jazz jadi suami gue. Terus dia peluk gue dari belakang, cium kening gue dan manjain gue banget. Merinding nggak sih kalian?" Valerie tetap kekeuh, bahwa yang ia alami semalam itu, bukan hanya sekadar mimpi.
"Mimpi Val, lo mimpi!" Lala dengan lantangnya berkata seperti itu, membuat Valerie seketika tak dapat berkata apa-apa lagi.
Mengapa Lala dan Rere tak ada yang percaya dengan cerita dari Valerie? Namun, Valerie mencoba mencari cara lain, agar kedua sabahatnya itu, dapat mempercayainya.
Kemudian ia memotret liontin emas, berinisial huruf J itu, dan ia kirimkan di grup Verified Fangirl. Grup yang beranggotakan mereka bertiga, Valerie, Lala dan Rere.
Masih melalui sambungan telepon, Lala tetap pada pendiriannya. Bahwa apa yang Valerie tunjukkan dan apa yang Valerie katakan itu, merupakan sebatas karangan atau pun ilusi belaka.
"Udah sih Val. Lo istirahat aja. Kasian gue sama lo, dari kemarin nangis terus," ungkap Lala. Ia amat paham sekali dengan kondisi psikis dari Valerie.
Maka pada saat itu pula, Valerie menyerah dan menutup panggilan teleponnya bersama kedua sahabatnya.
***
Valerie merebahkan tubuhnya ke atas ranjang empuknya, air matanya sudah jatuh tak karuan, membasahi wajahnya yang polos.
Beneran nggak ada yang percaya sama gue ya? Gue tuh nggak mimpi. Gue beneran ada di universe lain dan ketemu sama Jazz. Gue nggak ngarang cerita. Gue juga punya buktinya, yaitu liontin emas itu.
Valerie mengacak-acak rambutnya sendiri. Merasa kesal dengan semua kondisi yang sunggung membuatnya semakin frustasi.
Ya udah deh, kalau emang nggak ada yang percaya sama omongan gue, ya udah, nggak apa-apa kok. Gue akan simpan sendiri semua cerita-cerita gue sama Jazz. Percuma, cerita ke siapapun nggak ada yang percaya. Gue yakin, semuanya pasti bilang, gue itu cewek gila. Bisa-bisanya gue ngarang cerita nggak bener.
Jazz, entah dimana pun kita berada, ada kemungkinan kita bisa berjodoh bukan?
Mimpi Valerie masih sama, yaitu menikah dengan idola yang paling ia dambakan itu. Sampai kapan pun, Valerie akan tetap mencintai seorang Jazz Romario.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fangirl's Universe
FanfictionUsia 34 tahun, belum menikah? Begitulah yang dialami oleh Valerie Oceana. Ia mendedikasikan hidupnya, untuk seorang Jazz Romario, yaitu penyanyi tampan dan populer sejagat raya. Sayangnya, sang idola tidak pernah peduli dengan perhatian yang Valerie...