Bab 9 - Valerie dan Kehidupannya

42 11 0
                                    

"La, Re. Apa gue nyerah aja ya sama Jazz?" Tanya Valerie, saat sedang berkumpul dengan kedua sahabatnya, di sebuah mall, di kawasan Jakarta Pusat. "Apa gue pensiun aja jadi fans-nya Jazz?"

"Val, udah sih, jangan sedih kayak begitu. Lagian kan lo udah submit raffle event dinner bareng sama si Jazz, kali aja menang," hibur Lala.

"Tau lo Val. Kan si Jazz itu, penyemangat buat lo, masa cuma gara-gara dia nggak lihat-lihat ke arah lo di konser, terus lo mau pensiun jadi fans-nya dia. Kasian dia Val, nanti nafkahnya berkurang gara-gara lo udah nggak nafkahin dia lagi," sambung Rere.

"Habisnya gue capek banget," Valerie menarik napasnya dalam-dalam, kemudian ia embuskan dengan bebas ke udara.

"Lo tuh sebenernya bukan capek karena nggak dilihat sama Jazz, tapi karena masalah yang lain. Iya kan? Ada apalagi sih Val? Cerita dong!" duga Lala.

Valerie memejamkan kedua matanya sejenak. Mencoba membuang semua permasalahan dan tekanan hidup, yang ia hadapi beberapa hari ini.

"Emang salah ya, gue nggak nikah-nikah? Gue dibilang perawan tua mulu, sama temen-temen di kantor," tanya Valerie kepada Lala dan Rere.

"Aduh Val, gimana ya gue jawabnya. Dibilang salah sih nggak ya, tapi bukannya lo pernah bilang, kalau kita tuh hidup di dunia ini, harus seimbang? Lo kan cantik, karir lo juga udah bagus. Apa lo nggak butuh teman hidup, untuk sekadar bercerita tentang semua keluh kesah lo setiap hari? Apa lo nggak butuh cinta dari lawan jenis lo? Apa lo nggak mau menyalurkan semua hasrat lo, sama pasangan hidup lo?" jelas Lala.

"Bener Val. Gue tau, lo bisa beli apa aja, karena uang lo emang banyak. Cuma ada satu yang kurang dari hidup lo ... pendamping hidup, Val. Lo boleh cinta dan habisin semua hasil jerih payah lo untuk Jazz, tapi gue rasa, mulai sekarang, lo harus prioritasin hidup lo dulu. Lo butuh pendamping untuk mencurahkan segala rasa cinta lo Val. Lo juga harus inget, kalau Jazz itu cuma ada di dunia halu. Nggak bakalan bisa lo gapai di real life lo," sambung Rere yang sebenarnya sangat sayang kepada Valerie.

Lala dan Rere, tak ingin Valerie hidup sia-sia. Mereka ingin Valerie juga merasakan apa yang mereka rasakan, yaitu menikah dan memiliki keluarga kecil yang harmonis.

Mendengar nasehat dari kedua sahabatnya itu, Valerie terdiam dan merenungi takdirnya. Memang benar, dengan apa yang Lala dan Rere katakan itu, namun masalahnya, nasib mereka berbeda.

Lala dan Rere sangat beruntung, sebab mereka bisa mendapatkan seorang suami yang sangat mengerti dengan keadaan mereka. Suami mereka, bisa menerima mereka apa adanya, tanpa harus ada saling protes dan saling mengekang satu sama lain. Berbeda halnya dengan Valerie, yang belum juga menemukan seorang pria yang tepat.

Menurut Valerie, pernikahan itu, bukan hanya sekadar bermodalkan rasa cinta, tetapi juga melibatkan komitmen, pengertian, dan kerja sama yang kuat antara pasangan. Pernikahan adalah perjalanan bersama dalam membangun fondasi keluarga yang kokoh, menghadapi tantangan bersama, dan merayakan kebahagiaan bersama. Itu bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang upaya dan dedikasi untuk menjaga api cinta tetap berkobar, sepanjang perjalanan hidup.

Valerie menyadari, bahwa menikah bukanlah sekadar mengejar romantisme, melainkan membangun ikatan yang kuat dengan seseorang yang benar-benar sejalan dengannya. Ia tak ingin terburu-buru demi status pernikahan semata.

Valerie percaya, bahwa menikah memerlukan kesiapan emosional dan keteguhan hati, untuk mengarungi segala lika-liku perjalanan bersama. Seiring berjalannya waktu, Valerie yakin bahwa cinta yang tulus itu, akan datang membawa kebahagiaan, yang tumbuh dengan kematangan diri, bersama pasangannya nanti.

Sabar. Valerie harus sabar menunggu cintanya. Apalagi Valerie merupakan seorang wanita yang berjiwa petualang dan penuh ambisi. Ia amat memahami, bahwa menikah itu bukan main-main, bukan pula saling kejar-kejaran. Selain itu, ia tidak akan tergesa-gesa pula dalam mencari pasangan hidupnya.

Valerie yakin, bahwa menemukan pasangan yang cocok itu, membutuhkan perjalanan waktu, yang tidak singkat. Agar dapat berbagi visi dan nilai-nilai hidup, yang searah dengan pemikirannya.

Benar. Valerie memang tipikal wanita alpha female, untuk urusan di real life-nya. Namun jika menyangkut soal fangirling di dunia halunya, Valerie akan menjadi lemah, jika dihadapkan oleh seorang Jazz Romario.

***

Valerie kembali ke unit apartemennya, dengan perasaan yang lesu. Entahlah, mungkin hormon menstruasinya sedang mempengaruhi kinerja tubuh dan otaknya. Ia lemah, lesu, letih, dan tidak bersemangat. Padahal ia dan kedua sahabatnya, baru saja makan besar di sebuah mall.

Rasanya mengantuk sekali. Ditambah sudah dua hari ini, Jazz tidak ada kabar lagi di sosial medianya. Valerie butuh obat, tetapi obatnya tak ada.

Jazz, kamu ke mana sih? Aku kangen tau. Kata Valerie, seraya memandangi semua gambar Jazz, yang ada di dalam unit apartemennya.

Kemudian ia mengambil ponselnya dan bercuit di akun sosial medianya.

Ada keajaiban dalam setiap tatapanmu. Aku tergila-gila pada setiap detail tentangmu, mulai dari cara kamu berbicara, hingga gerakan halusmu. Jazz, aku sungguh mencintaimu dari kejauhan. Mungkinkah aku bisa memelukmu atau menjadi kekasihmu? Sekalipun aku sadar, bahwa aku hanyalah butiran debu bagimu. Jazz, I love you so much. Have a nice day ya ^^ @jazzromario.id

Tak cukup satu kali mengunggah cuitannya, Valerie pun menuliskan isi hatinya kembali, di akun X-nya.

Seandainya ada universe lain, di mana kita bisa bersama, aku akan memilihmu lagi dan lagi. Kita akan menari di bawah bintang-bintang, dalam cerita cinta yang tak terbatas. Jazz, aku sadar, kamu itu hanyalah dunia halu bagiku. Namun aku sudah menjadi gila karenamu. Tolong sadarkan aku. Jazz ih, jangan manyun-manyun begitu. Aduh mampus deh salting banget digituin sama Jazz 😭 @jazzromario.id

Tak lupa pula, Valerie mengunggah foto Jazz, yang sedang mengerucutkan bibirnya. Valerie gemas. Gemas sekali dengan tingkah Jazz yang seperti itu.

Jazz yang sedang beristirahat sementara dari dunia hiburan, tak sengaja membaca unggahan Valerie yang lewat di home timeline-nya.

Jazz tersenyum smirk, saat membaca unggahan tersebut. Bahkan dengan segera, ia membalas dan mengutip cuitan Valerie itu, dengan menggunakan akun privasinya.

Universe lain? Haha ga masuk akal Valerie. Iya tenang aja, nanti bakalan gue sadarin lo. Dih, ngapain salting. Gue cuma manyun begitu doang padahal, lol.

Jazz tertawa geli dan puas, saat ia sudah mengunggah kutipan balasannya, pada cuitan Valerie itu. Seketika tawa Jazz terhenti, kala ia menyadari bahwa kutipan balasannya itu, tak akan pernah bisa dilihat atau pun dibaca oleh Valerie. Sebab, akun privasi milik Jazz itu, terkunci dengan rapat. Tak ada satu orang pun yang mengetahuinya. Hanya ia saja, yang bisa membacanya.

Fangirl's UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang