*****"Erine lo kemaren kemana aja sama si Oline??" Tanya Trisha, memulai percakapan ditengah riuhnya kantin sekolah.
"Ada." Ucapnya.
"Biarin aja, Sha. Ada yang lagi kasmaran kayanya." ucap Fritzy yang baru saja datang membawa nampan bersama Ribka dan Nala dibelakangnya.
"Enak aja, gue masih waras!" Ketusnya.
"Awas, Rin!" ucap Ribka duduk disamping Erine.
"Awas apa?" ucapnya menoleh ke kanan lalu ke kiri.
"iya awas! awas nelen ludah sendiri."
"Ribka kalo ngomong, suka bener." Nala ikut menimpali.
"Hai, semuanya." ujar Revan membuat semua orang dimeja Erine lantas menoleh.
"Duduk dulu kak." tawar Ribka hendak beranjak dari tempatnya namun segera ditolak oleh Revan.
"Ga perlu repot repot Ribka, gue cuma sebentar doang kok."
Sementara di seberang sana ada Oline yang tengah memperhatikan interaksi antara Erine dan Revan dari mejanya. Oline memang tidak dapat mendengar percakapan keduanya dengan jelas namun ia masih bisa mendengar beberapa kata saja sebab tempat duduknya dan Erine terhalang satu meja.
"Ada apa kak?" Ucap Erine penuh tanya.
"Nanti pulang sama gue ya? Gue tunggu di parkiran."
Jleb.
Oline menusuk bakso di depanya menggunakan garpu dengan sedikit kuat membuat teman temanya yang tengah menyantap makananya
terlonjak."Lo bisa biasa aja ga? lo mau tanggung jawab kalo sendok gue ketelen?." Seru Delynn memukul bahu Oline membuat sang empu mengaduh.
"Enak aja tanggung jawab! Emang gue buntingin lo?!" Oline masih setia mengusap bahunya yang terasa panas.
"Buntang bunting lo kira gue kucing." Delyn tak mau kalah ia menantang Oline dengan berkacak pinggang.
"Wah, ngajak ribut. Lo kira gue takut? Gue ladenin." Ucap Oline menyisingkan lengan bajunya.
hacim.
Delyn maupun Oline keduanya menoleh ke kursi seberang mereka mendapati wajah Lily yang basah kuyup disembur Regie.
"REGINA!!!!!!!" seru Lily, sebelum krmudian menyumpal mulut Regie dengan sandwich ditanganya.
Melihatnya Keduanya lantas tertawa akan kemalangan Lily.
"Rin, tuh lo liat kelakuan si Oline." ujar Fritzy membuat semua temanya ikut menoleh kearah meja Oline dan teman temannya.
"Orang gila." ucap Erine menggeleng pelan.
Hal yang sudah biasa terjadi, bahkan semua siswa siswi yang berada di kantin tidak ada satupun yang berani menegur mereka.
*****
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSIBLE (ORINE)
Teen Fiction"Bahkan saat masa depan lo hampir hancur ditangan dia, lo masih bisa ngomong kaya gini? Cewe kaya lo emang gampang buat dimanipulasi, gue jadi nyesel suka sama orang yang salah." -Oline "A-apa?" -Erine ⚠️❗FIKSI ❗⚠️