*****
Wiratama Hs, Pukul 10:20.
Oline terbangun dari tidurnya sontak ia terlonjak, ia reflek duduk dengan tegap sembari mengatur nafasnya. Oline mengusap wajahnya dengan kedua telapak tanganya bahkan kini keningnya telah dibasahi oleh keringat dingin.
Sialnya hal itu hanyalah bunga tidur semata padahal dirinya sangat ingin menonjok wajah konyol Revan, mengingat wajahnya saja kini membuatnya menjadi mual.
"Itu yang belakang!" Seru miss Sisca yang tengah berdiri didepan papan tulis.
Wanita dengan wajah sangarnya itu kini menunjuknya dengan spidol yang ada di tanganya, membuat seluruh siswa menoleh kearahnya termasuk Erine yang sempat berkontak mata denganya.
"Oline, ke kamar mandi cuci muka. "
Oline lalu memundurkan kursinya dan berjalan keluar kelas, dan tentu saja melewati meja Erine yang menatap punggungnya menghilang dari ambang pintu.
"Oline Manuel! kamar mandinya disana kamu mau kemana?!" Seru Miss Sisca yang memergoki Oline yang berjalan menuruni tangga padahal kamar mandi berada lantai atas dan hanya terhalang 2 ruang kelas saja.
"Pulang." Ucapnya, balik berseru.
Miss Sisca hendak melangkah keluar kelas namun Erine menahanya.
"Biar Erine aja yang kejar Oline, miss lanjutin pelajaranya aja dulu."
"Okay, Miss percayain semua sama kamu." Miss Sisca lalu tersenyum tipis menatapnya, sebelum setelah nya krmbali ke dalam ruang kelas.
*****
"Oline tunggu." Seru nya berlari kecil menuju tempat dimana Oline berada.Oline menutup kembali pintu mobilnya dan menyandarkan sebelah lenganya pada kaca mobil.
Erine tiba dihadapanya dengan nafas yang tersengal.
"Ngapain lo? "
"Mau kemana?"
"Lo gak denger tadi gue bilang apa?"
"Ya... Tapi kan, lo. Gak bisa seenaknya gitu dong?"
"Berisik." Oline lalu menarik lengan baju Erine membawanya memutari bagian depan mobilnya lalu membukakan pintu.
Cuaca diluar sangat panas ia tidak betah berlama lama berdiri dibawah terik matahari.
Erine hanya terdiam menatap Oline yang berada disampingnya.
"Masuk." Erine hanya menurut lalu duduk disamping kursi kemudi.
Oline menyalakan mesin mobilnya kemudian berlalu dari lingkungan sekolahnya, Erine lantas menghela nafasnya kasar kemana gadis ini akan membawanya? apakah ia akan menyuruhnya mengajak kucingnya berbincang? lagi? ingin bertanya pun enggan rasanya. Ia hanya bisa pasrah kala Oline kini mengemudikan mobilnya, entah kemana.
"Gue ngantuk. "
"Pangku? " Oline menepikan kendaraanya dibahu jalan.
Erine dengan kesadaran penuh, gadis itu beranjak dari tempat duduknya dan beralih duduk di pangkuan Oline, kemudian menyembunyikan wajahnya diceruk leher jenjang milik gadis tinggi itu.
Oline mati matian menahan degup jantungnya yang kian menggebu karena ulahnya sendiri, jujur saja ia hanya spontan mengatakan hal itu tanpa memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSIBLE (ORINE)
Teen Fiction"Bahkan saat masa depan lo hampir hancur ditangan dia, lo masih bisa ngomong kaya gini? Cewe kaya lo emang gampang buat dimanipulasi, gue jadi nyesel suka sama orang yang salah." -Oline "A-apa?" -Erine ⚠️❗FIKSI ❗⚠️