Singapura, Pukul 1:03 pagi.
Kediaman Zean Raespati Pramoedya.
Callie meringis merasakan rasa ngilu menjalar dari lengan kirinya kala Marsha mengoleskan obat merah pada lukanya.
Marsha dapat bernafas lega saat setelah selesai membalut luka goresan milik Callie dengan beberapa plaster.
"terimakasih Buna" ujar Callie mencium sebelah pipi Marsha yang kini tampak rona kemerahan.
"sama sama, jangan tiba tiba gitu dong lain kali kaget nih" Callie hanya terkikik geli menanggapinya.
"Callie, boleh Buna tanya?" ucapnya meminta izin.
Callie mengangguk pelan "boleh Buna tau?, tentang apa yang buat kamu sebenci itu sama Gabriella? apa kamu udah punya someone special selain dia?" tanyanya dengan hati hati.
"aku takut Buna marah kalo tau hal ini" ucapnya menunduk dalam, membayangkan Marsha yang akan membencinya setelah tau akan hubunganya dengan Oline yang notabenenya sesama jenis.
Marsha tersenyum lalu menggeleng pelan "ga, Buna ga akan marah" ucapnya mengelus surai hitam gadis dihadapanya.
"aku..." Marsha mengangguk sekilas meyakinkan Callie "aku?" tirunya.
Callie menghela nafasnya sebelum kembali berucap kemudian memejamkan matanya "aku udah punya pacar di indo Buna" ujarnya tanpa menatap wajah Marsha.
"bagus dong sayang?" Marsha jadi keheranan sendiri mengapa Reva tidak menikahkan putrinya dengan kekasihnya melainkan rekan bisnisnya?
"tapi, tapi dia juga perempuan Buna" Callie terus menunduk takut akan hal yang terjadi setelah ini.
Marsha menolehkan pandanganya kearah lain, jujur dari lubuk hatinya yang paling dalam ada sedikit rasa kecewa yang menyelimuti hatinya kala mendengar pernyataan dari gadis yang sudah ia anggap anak kandungnya sendiri.
perlahan ia mendongak mencoba untuk menatap wajah Marsha "Bun? Buna marah? maafin ak-" "berapa lama?" potongnya.
"Buna-" "Callista jawab pertanyaan Buna, udah berapa lama kamu punya hubungan sama pacar kamu itu?" ujar Marsha lirih.
"tiga tahun ini Buna" Callie benar benar tidak memiliki cukup keberanian untuk kembali menatap wajah Marsha.
"apa dia tau perihal pernikahan kamu?" raut kecewa terlihat sangat ketara bahkan hanya dilihat dari nada bicaranya.
Callie hanya menggelengkan kepalanya, Marsha menghela nafasnya kasar "Callie... kamu tau kan rasanya ditinggal gitu aja tanpa kata pamit?, coba kamu bayangin gimana sakitnya dia kalo tau hal ini dari mulut oranglain?"
Callie sedikit tersentak, ia tak berpikir sejauh itu "tapi gimana caranya aku ngasi tau dia Bun?"
"besok pagi kita flight ke indo, biar Buna yang rayu om Zean buat siapin jet pribadinya, kamu ajak dia ketemuan, obrolin hal ini secara baik baik sekarang kamu siap siap tidur ya sayang"
"Callie ga berani Buna, Callie takut dia benci Callie" "dengan kamu pergi diem diem kaya gini kamu pikir dia gaakan benci kamu nantinya? Buna harap kamu cukup dewasa buat nanganin hal ini sendiri"
---
Jakarta Indonesia, Pukul 7:44.Apart.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSIBLE (ORINE)
Teen Fiction"Bahkan saat masa depan lo hampir hancur ditangan dia, lo masih bisa ngomong kaya gini? Cewe kaya lo emang gampang buat dimanipulasi, gue jadi nyesel suka sama orang yang salah." -Oline "A-apa?" -Erine ⚠️❗FIKSI ❗⚠️