ayo, perbaiki.

1.6K 205 24
                                    


*****

Panasnya sinar mentari menyapa kulitnya, semilir angin kian berhembus menggoyangkan pepohonan pun juga rerumputan. Cuaca sangat cerah, begitu berbeda dengan hatinya.

Tepatnya di taman belakang, ia duduk di gazebo yang berada di tengah tengah taman, berulang kali ia menarik nafas dalam dalam, lalu menghembuskannya. Ia menunduk dalam menatap kedua kakinya.

Erine menoleh kala merasa ada sepasang kaki lain disamping kakinya.

Seseorang dengan kulit wajahnya yang mulai mengkerut itu tersenyum begitu tulus padanya.

"Boleh Oma duduk disini?" ia bertanya dengan suara lembutnya.

Erine mengangguk sekilas dan tersenyum tipis membalasnya.

"Tentu, ini rumah Oma."

"Kamu, Catherina. Ya?" Tanyanya.

"Iya, Oma. Salam kenal."

Ia gerakkan tangannya mengusap punggung tangan Erine.

"Cantik, senyumnya jangan sampai pudar. ya?"

Erine yang tidak mengerti arti ucapan Oma padanya pun hanya mengangguk menanggapinya.

"Mungkin, kamu bertanya tanya tentang kemana perginya Elion, atau mengapa harus Oline yang menebus kesalahan saudara kembarnya."

Erine gerakkan tubuhnya menatap penuh wanita paruh baya itu.

"Oma akan kasih tau, sedikit jawaban yang mungkin bisa menjawab pertanyaan pertanyaan di benak kamu."

"Dulu..., Elion bukan satu dua kali kabur dari rumah. Dia anak yang pembangkang, keras kepala dan selalu saja bertindak semaunya sendiri."

"Kami semua mengira, bahwa hal itu tidak akan berlangsung lama. Tapi tiga tahun lalu, tepatnya saat masih menduduki bangku sekolah menengah, dia melakukan kesalahan besar yang membuat kami kecewa."

"Saat itu dia terlibat kasus pembunuhan karena ikut tawuran. Dia sempat masuk ke sel tahanan selama tiga bulan lamanya, dan di bebaskan karena sogokan uang dari ayahnya, karena dia memohon mohon dan berjanji tidak akan mengulang hal serupa."

"Seharusnya kasus itu sudah cukup untuk membuatnya dikeluarkan dari sekolah, tapi. Lagi lagi karena, uang. Lion dapat kembali melanjutkan sekolahnya."

"Tidak sampai disitu, dua atau tiga minggu setelahnya, kami sekeluarga mendapat kabar dari pihak sekolah. Bahwasanya, Lion telah menghamili salah satu murid perempuan di sekolahnya. Kami sempat mencari cari keberadaanya, namun setelah satu minggu pencarian. Hasilnya tetap nihil. Mengetahui hal itu korban yang Elion hamili pun stress, dan memilih untuk bunuh diri."

"Berarti? Erine bukan korban yang pertama dong, Oma?" Tanyanya.

Mendengarnya lantas membuat Oma Erina mengangguk.

"Tepat sekali. Setelah kasus itu hilang, tiba tiba saja Elion kembali muncul ke hadapan kami. Tapi, disini puncaknya."

"Waktu itu, Oline dan Elion terlibat perdebatan yang cukup serius. Oline berniat melaporkan kepada kami karena dia melihat Elion yang tengah merencanakan pembunuhan dengan teman temanya, tapi tindakannya terpaksa urung sebab malam itu Oline dihajar habis habisan oleh Elion dan berakhir disekap di gedung kosong markas gengnya selama satu malam."

"Pagi harinya, tersebar berita Elion tertangkap pihak berwajib dengan bukti puluhan senjata tajam dan foto foto saat dia dan teman temanya meng eksekusi korban, di gedung kosong tempat Oline disekap."

Erine menelan ludahnya kasar mendengar Erina menceritakan masa lalu lelaki yang pernah ia cintai itu.

"Hal itu tentu membuat Eyang murka, semua rekan bisnisnya mengolok olok dirinya juga keluarganya yang di cap tidak dapat mendidik keturunannya dengan baik. Setelah itu, kami memutuskan untuk tidak lagi menganggap Elion sebagai bagian dari keluarga Wiratama."

IMPOSIBLE (ORINE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang