~***~
Jakarta Indonesia, Pukul 15:05.
Sore ini tepatnya disekolah, Oline tengah berjalan menyusuri koridor bersama Delynn diselingi obrolan obrolan kecil yang membuat keduanya tertawa.
"Eh, bentar." Oline meraba saku blazer seragamnya.
Delynn menatap penuh tanya pada Oline yang berhenti mendadak. "Kenapa?" Tanyanya.
"Dompet..., ck. Pasti masih di kamar mandi." Oline berdecak sebal kala tidak mendapati dompetnya di saku blazernya.
"Kamu turun duluan aja ya, ini kunci mobilnya, tunggu aku di parkiran."
"Gak apa apa kan?" tanya Oline mendapati Delynn yang belum beranjak dari tempatnya berdiri.
Delynn mengangguk perlahan. "Apa perlu aku temenin?" Ucapnya.
"Aku bisa sendiri."
"Hm, be carefull." ujarnya sebelum masuk kedalam lift.
Oline kini berjalan menuju kamar mandi tepatnya di lantai 3, ia berjalan tergesa gesa sebab banyak barang berharga dalam dompetnya, seperti kartu identitas, kartu akses fasilitas sekolah dan banyak lagi.
Sesampainya di lantai 3 Oline segera menuju kamar mandi disamping tangga, saat hendak memutar knop pintu dari ekor matanya terlihat pintu kelasnya yang setengah terbuka. Namun ia segera mengabaikannya, karena yang terpenting sekarang dompetnya.
Ia masuk kedalam kamar mandi dan sama sekali tidak membuahkan hasil, bahkan ia telah mencari ke lantai bawah wastafel namun nihil.
"Kok gak ada sih." Gumamnya.
Oline bersandar pada salah satu bilik toilet mencoba mengingat ingat dimana terakhir kali ia meletakkan dompetnya selain diatas wastafel kamar mandi.
Setelahnya, Oline memutuskan untuk pergi kelas siapa tahu dompetnya tertinggal di laci, pikirnya.
Ia berjalan santai menutup pintu toilet dan mulai bersenandung kecil, beberapa langkah lagi ia akan segera sampai didepan pintu ruang kelasnya. Tapi sepertinya masih ada orang di dalam, ia jadi merasa lebih santai karena ia bukan satu satunya orang yang berada di lantai 3.
"Sshhh..."
"Eunghhh."
Matanya membulat sempurna, tangannya bergetar hebat saat menyentuh gagang pintu. Apa apaan ini? Ia mengumpat dalam benaknya.
Ia tak tau harus berbuat apa sekarang, apa menegur dua orang yang tengah beradu mulut di pojok ruangan itu tidak apa apa?
Lagi lagi ia berdecak, Oline membanting pintu ruangan dengan keras lalu kembali ke kamar mandi, persetan dengan dompetnya yang hilang entah kemana.
Dugh.
Oline memukul tembok di hadapannya, ia menyisir rambutnya kebelakang merasa frustasi. Terlalu larut dalam benaknya tiba tiba terdengar suara seorang perempuan dari balik pintu kamar mandi.
"Ada orang?" Ucapnya dari balik pintu.
Mau tidak mau Oline membuka kunci pintu toilet, siapa tau orang itu benar benar dalam posisi genting.
Belum selesai dengan hal yang membuatnya syok, kini hal tak terduga kembali datang padanya.
Gadis yang tadi mengetuk pintu toilet itu kini mendorongnya hingga punggungnya membentur tembok dibelakangnya, bisa ditebak siapa pelakunya? Jika kalian mengira ini Erine maka itu benar adanya.
"Jangan bilang lo yang tadi- emph." belum selesai ia berbicara Erine sudah terlebih dahulu membekap mulutnya.
Ia tentu berontak melepaskan tangan Erine yang menutupi sebagian dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSIBLE (ORINE)
Teen Fiction"Bahkan saat masa depan lo hampir hancur ditangan dia, lo masih bisa ngomong kaya gini? Cewe kaya lo emang gampang buat dimanipulasi, gue jadi nyesel suka sama orang yang salah." -Oline "A-apa?" -Erine ⚠️❗FIKSI ❗⚠️