*****Jakarta Indonesia, Pukul 13:27.
hujan tiba tiba saja turun dengan sangat lebat bahkan angin disini terlihat cukup kencang menggoyangkan pepohonan juga rerumputan yang ada, untuk itu jalanan di ibu kota bisa dibilang cukup sepi dan tak terlalu padat seperti biasanya.
Oline membawa mobilnya membelah jalanan kota yang terguyur oleh air hujan sedari tadi, beruntung hujan perlahan mulai reda kini rumah Catherina yang menjadi tujuannya,
mau tidak mau harus mengantarkan gadis itu karena tidak mungkin juga ia membawanya pulang?Sementara Erine, gadis itu kini tengah sibuk dengan satu cone ice cream stroberi di tangan kananya dan satu cup ice cream vanila ditangan kirinya, Oline melirik sekilas Erine yang berada di sampingnya, sudut bibirnya dipenuhi cairan berwarna merah muda, Oline jadi ragu jika gadis disampingnya ini telah genap berusia tujuh belas tahun, hal ini perlu dicurigai apalagi Erine sudah memiliki ktp. apakah sekolah lamanya itu playgroup?
Ia lantas melemparkan satu pack tissue ke pangkuan Erine, gadis itu lantas menatap kearahnya dengan tatapan sinisnya.
"Sopan lo begitu?" Cibirnya.
"Buat lap bibir lo, dasar jelek. "
"Terimakasih, pakar kuda lumping. "
Sekitar 20 menit berkendara, kini keduanya baru saja tiba di komplek tempat tinggal Erine, ia memarkirkan mobilnya di didepan gerbang pekarangan rumah.
Rumah yang sederhana, namun tampak begitu indah, halamanya yang terbilang cukup luas dengan banyak tanaman dan rerumputan yang tumbuh subur di setiap sudutnya tertata rapi, harus ia akui Erine sangat baik dalam merawat semua tanamanya.
Erine turun dari mobil diikuti Oline setelahnya, bertepatan dengan itu kini hujan kembali turun semakin lebat dalam waktu sepersekian detik.
"Mau neduh dulu? "
*****
Rumah Erine, Pukul 14:05.
ruang keluarga.
"Sepi, lo tinggal sama siapa?" ucap Oline sebab sedari tadi ia tak melihat ada oranglain dirumah ini selain dirinya dan juga Erine.
"Sendiri."
"Orangtua lo?"
"Mereka..., gue gatau mereka dimana. Mereka pergi waktu umur gue belum genap lima tahun. Awalnya gue tinggal sama nenek tapi sekarang nenek udah gaada. Waktu itu gue disuruh tinggal serumah sama om tante tapi gue gamau terus terusan ngerepotin mereka, gataunya malah dibeliin rumah ini. " ucap Erine lalu mengalihkan pandanganya keluar jendela.
"Kalo boleh tau mereka tinggal dimana?"
"Mereka tinggal di komplek yang bisa dibilang lumayan jauh dari sini, tapi itu ga masalah juga sih. "
"Sorry, gue ga bermaksud-" Ia jadi seperti kehilangan kata katanya saat ini.
"Harusnya gue yang minta maaf, malah curhat ke lo soal masalah pribadi." ucap Erine tersenyum tipis.
Oline sama sekali tidak merasakan adanya kehangatan dalam senyuman Erine kali ini, terlalu banyak luka disana. Oline tidak buta untuk tak melihat tatapan menyedihkan yang terpancar di mata Erine, untuk itu ia memalingkan wajahnya kearah lain.
hening.
"Ekhem. "
"kenapa? "
"Gue laper. "
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSIBLE (ORINE)
Teen Fiction"Bahkan saat masa depan lo hampir hancur ditangan dia, lo masih bisa ngomong kaya gini? Cewe kaya lo emang gampang buat dimanipulasi, gue jadi nyesel suka sama orang yang salah." -Oline "A-apa?" -Erine ⚠️❗FIKSI ❗⚠️