Jakarta Indonesia, Pukul 1:13.
jam dua pagi Oline masih setia duduk disofa sebuah club, sudah hampir satu minggu berturut turut dirinya tidak kembali kerumah tanpa memberi kabar pada orangtuanya.
bahkan ponselnya sendiri pun lupa dia letakan dimana mungkin jatuh? biarlah ponsel itu hilang entah kemana toh sekarang Oline telah membeli sebuah ponsel keluaran terbaru dengan warna sama persis dengan ponsel lamanya yang hanya ia gunakan untuk berkomunikasi dengan beberapa teman temanya.
ia memejamkan matanya yang terasa berat bahkan rasanya ia tak memiliki banyak waktu untuk sekedar tidur disiang maupun malam hari pikirnya semua itu hanya akan membuang waktunya dengan sia sia.
ia meniduri beberapa wanita sewaan hanya untuk bersenang senang bermaksud menghibur dirinya sendiri yang ditinggal nikah kekasih hatinya, asik.
Regie datang menuangkan wine kedalam gelasnya lalu duduk disofa depan Oline bersama Lily yang sudah tidak sadarkan diri dan terus meracau, matanya memicing menatap lekat seorang gadis dengan balutan dress seatas lutut berwarna hitam dengan seorang remaja lelaki yang kini menuju meja paling ujung ruangan yang hanya dihuni oleh lima orang remaja laki laki lainya yang ia yakini adalah teman dari seseorang yang datang bersamanya.
Regie merasa tidak asing dengan sepasang remaja yang baru saja datang, ia menggelengkan kepalanya kasar sebab telinganya terasa sedikit berdengung, mungkin itu hanyalah khayalanya saja sebab terlalu banyak minum malam ini.
"huekk huekk" si sialan Lily memuntahkan semua isi perutnya pada lantai dibawahnya membuat Regie sedikit mual.
"ck, nyusahin orang" ujar Oline dengan suara beratnya kemudian pergi ke meja bartender untuk memintanya mengirimkan OB ke mejanya.
Erine pov.
Revan mengajakku pergi dinner bersama teman temanya juga teman temanku malam ini untuk merayakan resminya hubunganku denganya tadi pagi dikantin sekolah, sungguh dia sangat romantis bukan? sayangnya aku tak bisa mengajak Oline untuk ikut serta dalam merayakan hari bahagiaku ini.
acara makan malam selesai tepat pukul 12 malam aku samasekali tak merasa mengantuk mungkin karena aku sangat merasa berbunga bunga?
Revan menawarkan mengajakku kesuatu tempat menemui teman temanya yang lain, aku tentu menerima tawaranya.
"kita mau kemana?" tanyaku kala masuk kedalam mobilnya.
"ketemu temen temen aku" aku hanya mengangguk, selama perjalanan Revan terus menggenggam erat tanganku ia bahkan berani mengelus paha ku yang memang tidak tertutup dress dengan spontan aku ingin menolaknya namun urung.
"kamu kan pacar aku Rin" ucapnya dengan lembut.
sekitar 30 menit berlalu kita berdua tiba disebuah bangunan satu lantai dengan halaman yang cukup luas juga beberapa bangunan lain dibelakangnya, Revan membukakan pintu mobilnya untukku hal itu sedikit membuatku tersipu.
"ini tempat apa? aku belum pernah kesini sebelumnya" tanyaku sedikit merapihkan pakaianku.
"tempat ini punya kenalan aku babe, temen temenku udah pada sampe daritadi, ayo masuk" ajaknya menarik manja lenganku membuatku tersenyum sekilas.
Kursi pojok Bar.
semua teman Revan ternyata laki laki dan aku menjadi satu satunya perempuan di meja ini jujur aku sangat merasa tidak nyaman berada ditengah tengah mereka.
"sayang, aku mau pulang" aku berbisik di sebelah telinganya.
"hm?, seenggaknya kamu minum dulu habis itu aku anter pulang" bisiknya padaku lalu memberikanku segelas minuman berwarna hitam pekat dan aromanya seakan menusuk indra penciumanku.
"ayo minum, sedikit aja"
dengan ragu ragu aku mengambil segelas minuman itu dari tanganya.
Erine pov end.
---
Tipis tipis
lagi gaada inspirasi, lanjutanya nunggu mood yw bye.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSIBLE (ORINE)
Teen Fiction"Bahkan saat masa depan lo hampir hancur ditangan dia, lo masih bisa ngomong kaya gini? Cewe kaya lo emang gampang buat dimanipulasi, gue jadi nyesel suka sama orang yang salah." -Oline "A-apa?" -Erine ⚠️❗FIKSI ❗⚠️