E01 S02

217 18 0
                                    

Author Point Of View On

Mew kini sedang duduk bersantai di halaman belakang rumahnya sambil membaca koran di sore hari. Seorang pria manis dan anggun datang lalu meletakkan segelas teh hangat di atas meja yang berada tepat di samping Mew. Wajahnya terlihat sangat cemberut menatap sang suami yang tampak tidak mempedulikan kegelisahan hatinya sejak beberapa hari yang lalu.

"Kalau kamu tidak ingin melayani suamimu, jangan paksakan dirimu sendiri! Masih ada maid yang mau membuatkan aku minuman."

"Phi, aku sangat merindukan anak kita. Apakah boleh aku mengunjunginya?" Ucap pria manis itu.

"Huh? Hufftt, kita sudah sering membahas ini sayang."

"Bagaimana Phi bisa melakukan hal yang kejam kepada aku dan juga anak aku! Phi sudah tidak mencintai Gulf lagi kan, makanya Phi membuat Gulf berpisah dengan anak Gulf!" Pria imut itu mengatakan penderitaannya selama ini, namun anehnya itu terdengar lucu untuk suaminya.

"Bagaimana kalau Win malah menyerah untuk melanjutkan kuliah ketika melihatmu datang ke Australia lalu memintamu untuk membawanya kembali ke Thailand?"

"Itu tidak akan mungkin terjadi!"

"Aku sudah hapal semua tingkah laku anakmu itu. Bukankah ini sama seperti yang kamu lakukan dulu?"

"Dia juga adalah anakmu!" Batin Gulf

{Kalau kalian sudah baca Love Is Crying season 1 di akun AirEarth03, nah itu maksud Mew di sini.)

"Phi tidak tahu betapa rindunya aku kepada anak kita satu-satunya itu! Aku tidak seperti Phi yang tidak merindukan Win sama sekali!" Gulf berusaha mengalihkan pembicaraan agar Mew tidak membahas masa lalunya. Sungguh, itu hanya akan membuatnya malu.

"Sayang, bukannya begitu! Aku hanya tidak mau dia menganggap kita lemah kepadanya. Aku ingin mendidiknya dan ini juga untuk kebaikannya."

"Phi memang tidak pernah mengerti aku!" Gulf pergi meninggalkan Mew sendirian di halaman belakang.

Sudah dua tahun berlalu sejak anak pertama mereka pergi melanjutkan kuliah ke Australia. Gulf merasa seperti mengulang masa lalu, tapi ini versi duplikatnya yang menjalani kehidupan yang sama namun di jaman yang berbeda. Mew sama tegasnya seperti Mario. Rayuan apapun tidak akan mempu mengubah keputusannya.

"Sayang! Sayang! Gulf!"

Panggilan dari sang suami diabaikan oleh Gulf yang kesal karena tidak boleh menemui anak semata wayangnya. Hari-hari yang Gulf lalui selama dua tahun ini sungguh sepi. Dia hanya bisa melepas rindu melalui panggilan suara dan video. Gulf mulai mengingat kejadian dua tahun yang lalu saat terakhir kali bertemu anaknya yang dikirim ke Australia.

"Win, keluarlah dari kamarmu!!" Kata seorang pria yang sedari tadi mengetuk kamar Win dengan kasar. Pria itu adalah Daddynya sendiri.

"Tidak mau!!! Daddy jahat kepadaku!! Daddy ingin membuang ku!"

"Daddy tidak ingin membuang mu, Win!! Daddy hanya menyuruhmu untuk kuliah, bukannya ingin membuangmu!!"

"Aku tidak ingin kuliah di Australia, Daddy!! Aku tidak ingin berpisah dengan Daddy dan Papa! Apakah Daddy mengerti?" Ucap Win sambil menangis.

Terdengar suara tangisan kepalsuan dari dalam kamar Win dan Gulf yang mendengar hal itu hanya menggelengkan kepalanya. Gulf merasa Win benar-benar adalah anaknya karena akting mereka yang buruk.

"Kamu sudah dewasa Win! Berhentilah merengek dan cepat buka pintunya!!" Ancam Mew.

"Tidak mau!!"

Mew sudah mulai geram dengan anak satu-satunya yang kelewat manja ini. Sungguh, Mew sedikit menyesal karena memanjakannya dulu. Dia pikir gennya akan lebih kuat daripada Gulf, pada kenyataannya, Gulf benar-benar membuat duplikatnya, tapi wajahnya sangat mirip dengan Mew.

LOVE IS CRYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang