Author Point Of View On
"Hallo Paa.."
"Hallo sayang, pagi banget kamu nelpon Papa. Kenapa hm? Kangen ya sama Papa? Tenang, Papa lusa sudah sampai sana kok sama adik-adikmu. Papa juga kangen banget sama kamu."
Win kini sedang menelpon Gulf di dalam kamarnya. Gulf merasa sangat senang karena anak sulungnya menelponnya lebih dulu. Biasanya Gulf selalu menelpon Win lebih dulu. Ini sungguh moment yang berharga untuk Gulf, namun Gulf tiba-tiba merasa curiga kepada Win.
"Ini sudah jam 8 Paa, ngga pagi banget kok aku nelponnya."
"Maaf, Papa masih sibuk mengurus kedua adik-adikmu tadi sayang. Papa kayaknya terlalu menikmati hingga tidak menyadari waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi sekarang. Kenapa hm?"
"Apakah aku mengganggu Papa mengurus adik-adik?"
"Ngga kok sayang. Papa sudah selesai sekarang."
"Papa lagi apa sih sekarang?"
"Habis selesai memandikan adik-adikmu terus Papa lanjut memakaikan mereka baju. Papa sedang beristirahat sambil menunggu sarapan yang dibuatkan oleh Bibi untuk Papa."
"Kan bisa pakai bantuan baby sitter Paa. Papa baru sarapan ya? Kenapa sarapannya telat?"
"Kamu dulu ngga pernah Papa biarin dipegang sama baby sitter ya! Masa sekarang si kembar dipegang baby sitter sepenuhnya? Mereka hanya membantu Papa menggendong si kembar selebihnya Papa masih kuat kok mengurus mereka." Gulf terdengar kesal, padahal niat Win sangat baik.
"Papa belum menjawab pertanyaanku yang lain!"
"Yang mana?"
"Papa kenapa telat sarapannya?"
"Papa tadi sudah sarapan, tapi hanya makan roti. Papa masih lapar. Kamu tahu sendiri kalau sikembar kuat banget menyusunya."
"Aku kira Papa telat makannya. Aku akan melaporkannya kepada Daddy kalau Papa sampai telah makannya.."
"Dasar anak Daddy! Kenapa Win menelpon Papa pagi-pagi hm? Papa memiliki firasat yang buruk sekarang."
"Paa, apakah ada Daddy di sana?"
"Tidak ada, kenapa nak?"
"Kemana Daddy, Paa?"
"Tadi katanya mau berangkat ke kantor karena ada rapat penting. Kenapa? Apakah ini berkaitan dengan Daddy Win? Apakah Daddy Win berselingkuh?"
"Tenang Papa! Daddy ngga akan berselingkuh dari Papa aku yang cantik banget ini."
"Syukurlah, sudah Papa katakan kalau Papa sedang memiliki firasat yang buruk. Papa kira ini tentang..."
"Itu hanya perasaan Papa saja! Jangan dipikirkan!"
"Hmm, baiklah anak kesayangannya Papa. Papa akan selalu mengingat hal itu."
"Paa, sebaiknya Papa ngga usah datang dan tinggal di Chiang Rai. Lagipula aku ternyata tidak terlalu tertarik dengan Phi Bright."
"Apa maksudmu nak?"
"Aku menyukai orang lain, Paa. Orang lain itu tinggal di depan apartemen Phi Bright. Kalau aku pindah, aku tidak akan bisa menemuinya lagi."
"Win, apakah kamu yakin? Meskipun kamu tidak menyukai Bright tapi.."
"Hmm, aku yakin Paa. Aku yakin aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Nak, tapi Papa masih belum bisa tenang."
Win sangat mengerti kekhawatiran Gulf. Win paham trauma yang Gulf alami, karena Win diam-diam kuliah jurusan psikologi di tahun kedua meskipun tidak sampai selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS CRYING
FanfictionSeseorang melajukan mobil Lexus nya di jalanan Kota Bangkok yang cukup senggang dengan kecepatan yang tinggi karena di jam segitu biasanya sebagian penduduk Bangkok sedang berada di Kantor dan juga berada di Sekolah. Gulf membuka kaca jendela mobiln...