episode 23

1 3 0
                                    

Beberapa kantong jenazah di bawa keluar dari sekolah, orang orang masih mencoba menenangkan Jill yang sedari kemarin menangis.

"Istighfar disek yo.. Astagfirullah.. "

"Astagfirullah.. "

Ibu ibu desa itu tersenyum sambil mengusap kepala Jill "lagi ndok. Ayo lagi.. Yok astagfirullah.. " ucap mereka dengan lembut.

"Astagfirullah!! Astagfirullahalazim!! Astagfirullah!! " seru Jill dengan keras.

"Mesak no yo cah kae"

"Melasi pisan uy"

"Duh gusti.. Kok iso yo.. "

"Melas tenan nasib mu cah ayu.. "

Orang-orang yang berdatangan semakin banyak, Jill duduk dengan lemas sedangkan tetua desa masih mencoba berbagai cara untuk menenangkan Jill.

Aditya masih berdiri memperhatikan Jill tanpa melakukan apapun, kantong jenazah sudah menumpuk di depan sekolah.

"Hhaaaah.. Ya Allah.. "

Jill berbaring dengan sedih "astagfirullah!! Haaaahh!! " Jill menatap kantong jenazah yang begitu banyak di depan nya.

"Komandan kantong jenazah habis! "

"Minta lagi!! Sana kirim pesan lagi! "

"Baik komandan! "

Mata Jill tiba-tiba menatap ke tengkorak yang di angkat oleh dua polisi dengan tandu, Jill berdiri melihat Blangkon di samping tengkorak itu.

Tetua desa mencoba menjelaskan kepala Jill apa yang sedang menimpa dirinya saat ini, Jill perlahan berdiri dengan sempoyongan.

Dia teringat bahwa aditya sering memakai Blangkon seperti itu apalagi di saat ada acara acara tertentu, Jill langsung mendekati tengkorak itu.

Semua kenangan bersama aditya berputar di kepala Jill, dia mendekati tenggorakan yang di dada nya tertancap lima buah pisau.

"Aditya! Itu kamu! " ucap Yogi.

Aditya menganguk dia masih ingat di saat menentang kepala sekolah bersama Gumara dan yang lainnya, banyak pelajar yang gugur termasuk dirinya setelah Gumara terluka parah dan tewas.

Dia melindungi Gumara yang sekarat sampai menerima pukulan dan hujaman pisau berkali-kali di tubuh nya.

"Ini mirip punya aditya.. "

Jill langsung mengambil Blangkon itu meskipun di cegah oleh polisi, Jill langsung duduk di samping tengkorak itu.

"Aditya... Apa ini kamu.. Haah.. "

Jill mencium blangkon itu beberapa kali, air mata Jill menetes semakin banyak  dia perlahan menarik tengkorak itu dan memeluk nya.

"Aditya.. Kamu udah janji.. Kita bakal sama sama... "

Semua arwah pelajar melihat Jill dengan sedih, namun Aditya tetap tidak bergerak sedikitpun.

Seorang polisi menghampiri Jill dan mencoba memenangkan  nya dengan pelukan "tidak mungkin... Tidak.. Aditya masih hidup.. Haaah.. Di mana dia.. " presenter wanita itu langsung mendekati Jill dan mengusap punggung gadis itu.

"Tidak.. Tidak.. Aditya ku.. Kamu gak boleh pergi.. Aditya.. "

"Yang sabar adik.. "

"Tolong kasih air minum! "

"Tisu.. Tisu.. "

"Istighfar.. Istighfar nduk.. "

Jill memegang tulang tangan dari tengkorak itu dan melihat gelang yang sama yang dipakai oleh aditya, "gelang nya sama.. Haah.. " Jill mencium tangan yang sudah jadi tulang itu.

"Enggak mungkin.. Kamu udah janji loh.. Aditya.. Kamu selalu di samping ku.. Kok begini sih.. Haaah.. "

Polisi muda itu mengusap wajah Jill dengan tisu "minum dulu.. Ayo.. Ayo paksa minum.. " polisi muda itu memasukan sedotan ke mulut Jill namun gadis itu tidak meminum air itu juga.

"Aku ikut.. Bawa aku aditya.. Kamu tega sih.. Haah.. Aku sayang kamu tau.. Kenapa aku di tinggal.. Aku ikut... "

"Minum dulu biar tenang.. "

"Tarik nafas dik.. "

"Kenapa dia jadi tengkorak kak.. Kenapa.. Dia masih hidup kemarin.. Dia makan bareng aku... Kok jadi begini dia.. "

Jill memeluk aditya yah sudah jadi tengkorak itu, "dia mau mau ku bawa ke kota.. Kita akan tinggal bersama kok.. Dia jadi tulang.. Aditya ku... Dia baik loh.. Kok gini sih.. " Aditya masih berdiri di tempat nya  tak bergerak sedikit pun meskipun dia ingin mendekati Jill dan memeluk Jill.

"Hidup lagi aditya.. Jangan mati... Ayo ke kota.. Aku sayang aditya... Kok begini... ... Tolong dia.. Ini kenapa pisau nya.. Dia sakit.. "

Polisi hanya bisa diam melihat Jill memeluk tengkorak itu,polisi muda itu menatap Jill sambil mengusap rambut gadis itu "ayo adik.. Tengkorak nya mau di bungkus.. " Jill menggeleng kan kepala nya.

"Gak mau..jangan dong.. Dia masih hidup.. Dia.. Dia masih hidup... "

"Nanti dia malah tidak tenang loh"

Jill masih menggeleng kan kepala nya dan memeluk erat tengkorak itu, "kami udah janji untuk selalu bersama.. Sampai kedepan nya juga begitu.. Jangan ambil. " polisi itu langsung menatap komandan nya untuk meminta waktu sedikit lagi.

"Aku sayang kamu.. Aditya.. Ini kamu kah? Kenapa kamu begini.. "

Mobil polisi datang satu lagi dengan membawa kantong jenazah, polisi muda itu langsung memeluk erat Jill agar tenggorakan aditya bisa di bawa.

"Aaah.. Aditya ku.. Jangan di bawa.. "

"Ssttt... "

Polisi itu memegang erat tubuh Jill yang hendak menghalangi polisi lain membawa tenggorokan aditya, "tidak.. Jangan di bawa pak.. Aditya masih hidup.. "

Jill menatap polisi membawa semua kantong jenazah ke dalam mobil, Jill masih ingin lari tapi polisi muda itu menahan nya dengan kuat.

"ADITYA!!!! "

"Sstt.. Istighfar dik.. Istighfar.. Astagfirullah.. Ayo.. Bawa nyebut gusti Allah.. "

"Aditya... "

"Ngucap dulu nanti tak anter lihat aditya nya, "

"Kenapa.. Kenapa di bawa.. "

"Istighfar dulu.. Ayo.. Biar tenang, aditya nya nanti juga tenang.. "

"Ya.. Rab.. "

Jill menatap langit dengan air mata yang berlinang, "ya.. Rab.. Dia orang terbaik yang pernah ada di dalam hidup ku.. Orang yang berharga.. Orang yang ku sayangi.. Orang yang ku cintai.. Ya rab.. " polisi ikut menangis sambil mengusap air mata Jill.

"Ya rab.. Astagfirullah.. Astagfirullahalazim.. Ya rab.. KENAPA DIA AMBIL!!! AKU SAYANG DIA!! KENAPA DIA NYA DI AMBIL!! KENAPA."

Tubuh Jill bersandar di dada polisi itu karena lemas "ayo istighfar lagi.. Serahkan semua nya pada allah. " bisik polisi itu.

Tetua desa mendekat dengan membawa bunga di dalam wajah berisi air, dia mengusap wajah Jill dan juga rambut Jill.

"Nguncap ndok! "

"Aditya.. "

Jill perlahan tenang, meskipun air mata nya masih mengalir namun dia tidak lagi berteriak histeris.

"Aditya.. Kenapa.. Kenapa ya rab.. " bisik Jill dengan pelan.

Mata Jill menatap lurus ke langit dengan tatapan kosong perlahan mata nya menutup rapat, polisi itu langsung mengangkat tubuh Jill yang terasa ringan.

Aditya menatap Jill yang di bawa ke mobil polisi, seluruh siaran televisi penuh dengan wajah Jill yang menangis histeris memanggil nama aditya.

Nama Jill langsung viral dengan nama desa jati putih  desa yang terbengkalai cukup lama, kini Jill di bawa ke rumah sakit dengan di jaga ketat oleh empat polisi dan dua tentara.

"Aditya.. "

Polisi muda itu menatap ke arah Jill yang masih menyebutkan nama aditya meskipun dalam kondisi tidak sadar, semua kantong jenazah langsung di periksa di rumah sakit untuk di selidiki.

     

jill and the school, siapa yang tidak nyata? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang