Yang berhasil menarik ulur emosi ayah Build adalah, dokter muda ini masih saja mengoceh padahal dia hanya ingin pulang. Menyeret si anak sialan yang seharusnya hanya perlu diberi obat pereda nyeri, malah melakukan serangkaian tes yang memakan banyak waktu. Membuatnya harus bolak-balik rumah dan rumah sakit, sehingga membuang-buang waktu. Tapi, bukannya paham atas rautnya yang benar-benar tidak tertarik dengan penjelasan panjang, si dokter yang sama sialanya ini malah terus mengoceh entah apa. Haruskah dia mengatakan siapa dirinya? Sehingga dokter residen ini paham bagaimana harus bersikap? Tck.
"Jadi tuan...
"Jadi, kapan kau akan melepaskan anak itu." Dia berdecak setelah menyela dokter yang hendak mengatakan sesuatu. "Hey dokter. Aku tidak tahu universitas mana yang meluluskanmu dan memberimu gelar dokter. Tapi, pintarlah sedikit. Jika anak itu memiliki masalah di kepala, tulangnya rompang-rampeng, gangguan mental bahkan gizi buruk, apa kau pikir dia masih hidup? Dia mungkin sudah mati di makan rayap....
Bahkan binatang sekalipun, akan melindungi buah hatinya jika bahaya mengancamnya. Akan tetapi, bagaimana bisa seorang ayah, manusia bisa berkata seperti itu.
Suatu hari, seorang ayah tua yang rambutnya telah berubah warna, sekuat tenaga menggendong anaknya yang sama-sama sudah tua, memohon kepada dokter untuk anaknya diselamatkan dan mengatakan akan melakukan apapun asal putranya selamat, padahal anak beliau telah meninggal dunia sejak beberapa jam yang lalu, akibat terlambat minum obat yang tidak bisa ditebus karena tidak memiliki cukup uang. Ayah tua itu menangis keras, merasa gagal menjadi seorang ayah karena telah membuat buah hati tercintanya kesakitan, padahal siapapun yang melihat kejadian hari itu menganggap bahwa ayah tua tersebut adalah ayah terbaik yang pernah ada.
Lalu kenapa seorang pria muda gagah yang terlihat memiliki jabatan tinggi di sebuah perusahaan, dengan semua barang mahal yang melekat di tubuhnya, tega mengatakan hal jahat kepada anaknya, seorang anak yang bahkan belum dewasa dan masih membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya?
Jika saja dokter tidak memiliki kode etik, ia yakin saat ini sudah menghajar pria congkak dihadapannya ini.
"Tuan, meskipun itu adalah tumor jinak, bukan berarti....
"Bukan berarti bisa membunuhnya kan? Lalu apa masalahmu?"
Tangan sang dokter terkepal erat dibawah sana, sungguh dia ingin setidaknya menghantam wajah itu sekali, atau menendang dadanya agar dia tahu bagaimana rasa sakitnya sesak nafas.
"Kau sudah menghabiskan waktu dan uang hanya untuk anak itu. Dan kau masih mau menekanku dengan operasi? Kau pikir aku bodoh mau ditipu mentah-mentah?"
"Itu adalah tumor jinak!"
Persetan dengan kode etik, manusia yang tidak berprikemanusiaan seperti ini memang pantas mendapatkan pukulan. Oh tidak, dia bahkan tidak bisa disebut manusia.
"Dokter Wave! Apa yang kau lakukan?" Hampir dokter muda itu melayangkan lagi tinjunya, tapi ditahan oleh tangan besar seseorang yang kemudian menarik tubuhnya.
"Sial, berani sekali kau memukul ku!"
"Jangan bertindak bodoh. Kau seorang dokter Wave Khoo" Veego mendesis, mendorong tubuh menjauh dari ayah Build yang hendak menerjang, tapi tertahan karena pria besar itu lebih dahulu menarik tangannya dan memutarnya kebelakang. "Anda juga berhenti, jika tidak ingin masalah di perpanjang. Duduklah dengan tenang. Jangan membuat kekacauan di tempat orang lain" pria itu menggeram menakutkan.
"Dia yang mulai, sialan. Aaa, lepaskan aku. Apa kau tahu siapa aku?" Tantang ayah Build walau sambil merintih sakit. "Aku bisa menuntut mu dan menjebloskan kalian kedalam penjara"
Veego berdecak, semakin menekan tangan ayah Build yang membuat pria itu setengah menjerit "Kau pikir aku takut dengan penjara?" Hilang sudah tata krama Veego, padahal dia sungguhan ingin bersopan santun tadi, soalnya anak mereka terlihat lucu dan menggemaskan ketika bercengkrama, jadi kenapa dia harus kasar pada ayahnya. Tapi orang ini cukup menyebalkan juga rupanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again - 44444 | BibleBuild
FanfictionJika hidup adalah sebuah buku, bersamamu adalah bab favoritku.