The Rumors - who's Kristiyan?

208 29 8
                                    

Small secret between little ones with his uncle.

Mungkin, itu menjadi hal yang pada akhirnya menjadi kebiasaan bagi Nakunta Wichapas untuk bersepeda dari dari rumah ke hilir sungai setiap kali supir keluarga mengatakan kalau tuan kecil mereka ingin pulang dengan bus sekolah ketimbang jemputan pribadi.

Pria muda itu akan menemukan sang keponakan berada di tepi sungai dengan tas sekolah dan sepatu diletakkan di bawah pohon, sementara si kecil sendiri sedang sibuk dikerubungi banyak kucing liar yang berebut makanan yang sedang ia bagikan. Biasanya.

Awalnya, Nakunta berpikir bahwa itu adalah kebiasaan yang disukai sang keponakan, melihat air sungai, memberi makan kucing, duduk di bawah pohon sambil menggambar atau sekedar duduk menikmati udara. Ditengah cuaca panas dan hanya berlindung dibawah pohon, membuat wajahnya memerah dari dahi sampai dagu terlihat basah karena keringat.

Namun, agaknya ada yang salah, ada yang ia lewatkan.

"Hey boy?" Sambil duduk disamping keponakan, Ta dapat mendengar suara ingus yang ditarik ke dalam sebelum bocah itu menoleh, tentu juga setelah menghapus seluruh wajahnya sambil terlihat menyembunyikan sesuatu, walau sesuatu itu terlalu besar untuk disembunyikan oleh badannya yang kecil, jadi Ta masih dapat melihatnya meski kemudian berpura-pura tidak melihat.

"Memberi makan peliharaan? Ada berapa yang kau punya?" Tanyanya. Tangannya terulur mengusap kepala si kecil yang menggeleng pelan. "Makanannya habis" apakah wajah sedih itu karena makanan miliknya habis, atau karena hal lain? Sorot matanya juga nampak redup dengan kilau bening yang terlihat siap pecah kapan saja.

Keponakannya habis menangis.

"Tidak beli? Memangnya tidak punya uang?"

Terdengar lagi Boss kecil menarik ingusnya. Lalu menggeleng, menundukkan kepala tidak berani menatap sang paman.

"Hey, ada yang kau sembunyikan ya?"

Ta bahkan hanya bertanya tanpa melakukan apapun, hanya menoleh sambil mengusap kepala sang keponakan, tapi reaksi anak itu cukup untuk menjawab pertanyaannya.

Ia menyembunyikan sesuatu dan sesuatu itu adalah kanvas gambar disampingnya. Membuatnya semakin penasaran, apa isi disana. Tidak mungkin karena gambarnya jelek dan dapat nilai kurang kan? Sebab meskipun tergolong masih berusia dini, tapi Boss adalah anak yang cerdas dan terlihat memiliki keunggulan dalam bidang seni.

Seni musik dan seni lukis menjadi kombinasi yang sangat sempurna. Dia memiliki deretan lukisan yang terpajang di ruangan khusus untuk menyimpan karyanya, beberapa bahkan diletakan di kantor ayahnya dan yayasan keluarga. Membuat siapapun yang melihat akan takjub dengan bagaimana bakat anak itu telah terasah walau begitu belia.

Dalam seni musik, meski kemampuannya tidak sebagus seni lukis, namun dia mampu memainkan beberapa alat musik bahkan ketika hanya mendengar. Saat ini, ia mengikuti beberapa les seni musik untuk mengasah kemampuannya, haya saja tidak begitu intens seperti dia les lukis dimana gurunya adalah lulusan terbaik fakultas seni dari salah satu universitas terbaik.

"Young master?" Ta memanggil pelan, mencoba membujuknya untuk berbicara dengan nada paling lembut supaya si keponakan tidak takut untuk berkata jujur. "Boss sedang sedih ya? Kenapa? Tidak mau cerita dengan uncle?"

Anak itu hanya diam, tetap menundukkan kepalanya sambil memainkan ujung sepatu dengan jarinya. "Uncle?" Hingga akhirnya, suara kecil dengan getar tertahan menyapa pendengaran pria muda itu yang dibalasi hmm halus seraya mendekat, duduk lebih rapat untuk mendengarkan apa gerangan yang ingin dibicarakan serta apakah yang membuatnya begitu sedih dan murung.

"Boss....

Ya?

Bukan ada sesuatu yang menganggu. Hal apakah yang menganggu anak kecil seperti Boss yang bahkan dimanja semua orang, di dalam rumah.

Once Again - 44444 | BibleBuildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang