💔

260 36 77
                                    

Kacau! Hanya dalam semalam, hanya dengan satu dokumen pasien, pria dengan gelar profesor itu dibuat pening kepala. Ia sudah menghubungi dokter Meen tapi belum ada jawaban karena katanya, pria itu sedang memiliki jadwal operasi dan seorang pasien yang ditunggunya datang. Masuk UGD karena serangan sakit kepalanya datang lagi sebanyak 2 kali dalam beberapa jam.
Kata perawat yang mengangkat panggilannya pada dokter Meen yang mengatakan kalau seorang pasien yang di tunggu datang, membuat profesor itu segera menyambar jas dan kunci mobilnya untuk segera pergi menuju rumah sakit Wichapas tempat dimana dokter Meen bekerja.
Jika bertemu langsung, dia akan sedikit memaksa untuk pasien tersebut melakukan operasi. Sebelum terlambat, jika masih belum memasuki stadium akhir, prosentase selamat masih tinggi, sebab terlambat sedikit saja fatal akibatnya.

Dia sudah menyesal sepanjang karirnya karena gagal membantu bocah manis melepaskan belenggu sakit karena alasan keluarga, maka kali ini dia tidak ingin. Toh pasien adalah pria dewasa yang bisa memutuskan keputusannya sendiri terkait masalah pribadi, jika itu finansial, yayasan Wichapas memiliki segudang alternatif untuk pembiayaan, lembaga kesehatan juga memberikan dana bantuan bagi pasien penyakit dalam, Wave bisa mengusahakan itu dengan cepat apalagi jika pasien dalam keadaan mendesak.

"Profesor Khoo?" Seorang perawat senior datang menghampiri begitu pria itu memasuki area resepsionis hendak menanyakan tempat dimana pasien Meen berada.

"Perawat Hom?" Lama tidak bertemu, tapi wanita itu masih mengenalinya.

"Ya ampun, kupikir kau tidak akan pernah kemari lagi sejak saat itu" salah seorang perawat yang menyaksikan bagaimana bocah manis itu merangkak ketakutan menuju ayahnya, meminta diajak pulang padahal sekujur tubuhnya penuh luka.

"Ah, kebetulan aku ada urusan, ada seseorang yang harus kutemui" dia ingin cepat, ingin menghentikan basa-basi ini dulu karena ada yang lebih penting.

"Apa kau juga khawatir pada nona Bubble?" Tapi perkataan itu cukup menarik perhatian, membuatnya urung bertanya soal pasien malah "Bubble? Kenapa dengan Bubble?" menanyakan tentang keponakan perempuannya yang, ia pikir tidak akan pernah sakit, atau masuk rumah sakit dengan alasan dia sakit.

"Nona Bubble datang dalam keadaan pingsan, menurut yang membawanya nona Bubble di suntik obat penenang karena mengamuk. Yang membawanya juga terluka di tangan, kena gores katana"

Hah? Bubble?

"Lalu dimana dia sekarang?"

Di ruang UGD VIP, ruangan yang sama dimana si manis diseret pergi oleh ayahnya sedangkan Bubble dan Bible menangis keras tidak ingin si manis dibawa pergi karena masih sakit.

.

.

Entah untuk yang ke berapa kalinya Krating tidak berhenti mengusap air matanya. Build belum sadar dan Meen masih di ruang operasi. Sehingga dokter hanya memberikan obat penahan rasa sakit serta obat tidur untuk membuatnya beristirahat.

Lun dan Poom sudah datang, dengan wajah sama cemasnya mereka bertanya ada apa. Build baik-baik saja kemarin, masih sempat berbicara walau di telpon, suaranya ceria dan dia bahkan sempat berceloteh kalau dia akan membawa bunga yang sangat besar untuk acara Wichapas.
Keesokan harinya, dikabari lagi Build masuk rumah sakit karena pingsan. Suara Krating amat ketakutan, seolah menular pada dua sahabat yang langsung meluncur ke rumah sakit secara terburu-buru.

Begitu sampai, mereka mendapati sahabatnya tidak tenang dan menangis.

"Katakan yang jelas, jangan membuat kami takut" Poom mendesis, hampir memukul Krating karena tidak kunjung menjawab, jika saja Lun tidak melerai.

"Bukan saatnya saling pukul, tahan emosi kalian" Lun memisahkan keduanya "Kau juga, katakan pada kami bagaimana bisa terjadi? Kau menyuruhnya bekerja sampai dia kelelahan?" Lun menunjuk Krating ikut kesal juga.

Once Again - 44444 | BibleBuildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang