Ada istilah yang sangat populer di dunia ini. Yaitu, Penyesalan selalu datang terlambat, maka berhati-hatilah dengan setiap pilihan.
.
.
Hamparan air sungai yang berkilau diterpa sinar senja terlihat begitu indah sehingga sayang untuk dilewatkan. Sayangnya, keindahan itu tidak nampak jelas dalam pandangan Build Jakapan, hampir semua yang ada dihadapannya kini mengkabur, seperti semua benda menjadi dua, kaki dan tangannya terasa begitu lemah seakan tak bertulang, jadi untuk waktu yang lama, dia telah terduduk disana sambil mendengarkan gemrisik dari suara ponsel yang entah membicarakan apa. Seseorang menghubunginya.
Kalau tidak salah, di ujung sana mengatakan untuk dia tetap diam dan mendengarkan, maka dengan patuh Build membungkam mulutnya rapat-rapat menghindari suaranya keluar, sampai akhirnya sambungan terputus pun, dia tetap diam. Menatap nanar lurus kedepan sambil sesekali memejamkan mata berharap pandangannya kembali jernih agar bisa menikmati keindahan senja di tepi sungai.
Sebab lengan dan tungkainya masih belum kembali seimbang, pergi menuju pemberhentian bus agak jauh, kalau memaksa berjalan takutnya malah jatuh dijalan dengan mengenaskan. Maka pilihannya hanya menunggu sampai dia merasa lebih baik untuk kembali beraktivitas.
Rasanya melelahkan, sekarang hanya untuk melakukan aktivitas pribadi saja dia mulai kesulitan. Apakah karena ingatannya yang mulai terganggu atau dia salah mendengar? Jika tidak salah bukankah Meen mengatakan kalau waktunya tersisa 5 bulan? Tapi kenapa baru 2 minggu berlalu, dia seperti sudah diambang Kematian?
Apa maksudnya 5 minggu? Bukan 5 bulan? Padahal 5 bulan saja sebentar lho? Apalagi 5 minggu? Hanya dengan sisa 3 minggu, sanggup kah ia melakukan semua daftar keinginannya? Untuk sekedar mengusap wajah anaknya saja ia membutuhkan perjuangan selama 2 minggu, apa yang akan ia dapat dalam 3 minggu?
Tidak mungkin seperti sihir yang tiba-tiba mengubah keadaan kan? Ketika dia bangun, semua adalah mimpi buruk dan akan mendapat pertanyaan, "Kenapa? Wajahmu terlihat pucat? Apa kau mimpi buruk?" Lucu, ini dunia nyata bukan serial televisi.
Siapa yang akan menanyakan hal semacam itu padanya? Bahkan eksistensi akan kehadirannya saja orang selalu abai, dia hanya selalu berdiri diujung sambil memperhatikan, lalu pergi ketika urusannya selesai.
"Aku lupa, apa aku pikun ya?" Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "Tapi aku bahkan baru memasuki awal 30-an" menghela nafas. "Aku lupa banyak hal, tapi kenapa aku tidak bisa melupakannya"
Ia menatap langit, warna birunya yang cerah dengan gumpalan awan serupa permen kapas itu membuatnya silau. "Apa karena ingatan bersamamu semuanya manis?" Jadinya aku tidak lupa?
"Tapi sepertinya aku punya janji, apa ya janjiku? Kenapa aku lupa?"
Apa karena itu adalah perjanjian yang buruk? Makanya terlupakan?
"Alzheimer? Tidak mungkin kan? Bukan alzheimer, apa ya kata dokter?"
Dengan pelan, Build membuka buku catatannya, mencari-cari tulisan tangan yang ia catatkan sebagi pengingat serta perhitungan hari atas yang dikatakan dokter.
"Oooooo, huh pantas saja lupa. Namanya saja sulit di ucapkan" ia memukul pelan kepalanya merasa bodoh. Lalu tersenyum simpul, saat ingat akan janjinya.
"Benar 5 bulan, bukan 5 minggu. Semoga Bible memberiku kesempatan kali ini. Aku tahu dia tidak jahat" kembali seulas senyum terukir di wajahnya. Menyandarkan tubuhnya pada sandaran di belakang ia menikmati udara sore sambil mengembalikan tenaga.
Ia harus melanjutkan perjalanan menuju halte sebelum hari beranjak malam. Pandangannya yang saat ini mulai sulit melihat dengan jelas membuatnya akan kesulitan jika terlambat sedikit saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again - 44444 | BibleBuild
FanficJika hidup adalah sebuah buku, bersamamu adalah bab favoritku.