[WARNING! Meskipun aku pake latarbelakang di Thailand dan kerajaan. Tapi ini sama sekali nggak berhubungan. Dan kalo semisal ada istilah kedokteran, hukum dan kerajaan tidak sama dengan realita. It's just a fiction. Jadi jangan terlalu dianggap serius. Murni fiksi dan imajinasi. Dan karena besok bulan puasa, aku mau minta maaf kalau ada salah. Dan aku akan usahakan up setelah buka puasa biar kalo pada mau maki-maki udah buka. Aku juga biar gak nangis sambil ngetik. Hihi]
.
.
Ternyata, suara deburan ombak jauh lebih tenang daripada kepala manusia.
Saat matanya dihadapkan pada lautan manusia berpakaian serba hitam. Kepalanya langsung melang-lang buana. Karangan bunga yang berjejer hampir disepanjang jalan, papan besar yang penuh sesak oleh tempelan pesan ditujukan untuk Nakunta. Berisi pesan-pesan bernada kerinduan serta doa terbaik agar mendiang beristirahat dengan tenang di atas sana.
Memunculkan sebuah pertanyaan dalam kepala Build yang berdiri didepan karangan bunga besar bertulis "Untuk yang tersayang Nakunta, pria kecil kebanggaan kami"
Nanti, jika ia mati, bagaimana dia akan di kenang?
Satu pertanyaan, tapi memenuhi seluruh ruang dikepala yang seolah-olah berlomba meminta jawaban. Bagaimana ia akan di kenang, jika ia mati, bagaimana ia akan di kenang. Bagaimana?Bible bilang, 'Bukankah kau sebatang kara? Siapa orang yang akan membuat upacara do'a untuk mu? Tapi jika ada, aku mungkin akan datang. Melihatmu sudah menjadi mayat, mungkin tidak terlalu memuakan'
'Aku tidak peduli tentang mu mau kau hidup atau mati. Bagiku kau hanya anak sialan seperti sampah yang harus dibuang'
'Mungkin lebih baik kalau aku mendengar kabar itu. Bahwa dia sudah mati, dengan begitu mungkin aku akan merasa lebih ringan, dan perlahan bisa memaafkan'
Jika ia mati dan ayahnya mendengar kabar itu, apa sang ayah akan membuat upacara seperti ini? Bukankah ini merupakan kabar baik karena akhirnya dia berhasil membuang sampahnya? Dengan begitu, mungkin Bible akan mendengar bahwa dia telah menjadi mayat. Pria itu akan datang ke upacara do'a atau perayaan kematianya lebih tepatnya, bersama anak mereka. Sehingga sang anak bisa merasa lega, bahwa beban berat yang menghimpit dadanya telah hilang sesuai keinginannya.
Sesakit itu ya luka yang ia torehkan? Sampai bahkan mereka lebih memilih untuk mendengar kabar kematiannya ketimbang penasaran bagaimana hidupnya?
Padahal hidupnya lho juga tidak yang bahagia seperti di atas awan. Malahan, dia seperti sekeping daun yang terombang-ambing hanya tinggal menunggu jatuh.
"Oh lihat itu, apa katanya?
'Aku yang merindukanmu setiap malam, aku akan menangis sepanjang sisa umurku untuk mengenang mu. Sampai jumpa di surga, sayangku Nakunta'
"Ewww, kemana saja mereka saat Nakunta sendirian. Saat semua orang menghujatnya dan memojokkannya, mereka menghindarinya dan bukannya mengulurkan tangan" kata sebuah suara bernada sinis, seorang perempuan yang entah sejak kapan berdiri disampingnya.
'Semoga di kehidupan selanjutnya, kita memiliki tempat terbaik dan berumur panjang. Mari bertemu dan berhubungan baik sebagai sahabat yang saling mengandalkan'
"Sahabat yang saling mengandalkan? Astaga, tidak tahu diri sekali. Kau seharusnya menjauh darinya jika kehidupan selanjutnya itu ada. Nakunta sial karena berteman dengan mu"
'Bunga yang indah untuk hubungan yang pernah kita arungi bersama. Meski kau telah pergi, kau tetap hidup dalam hatiku'
"Ya ampun, kaulah yang menyumpahi Ta supaya mati karena dia tidak tertarik lagi padamu! Dasar.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again - 44444 | BibleBuild
FanfictionJika hidup adalah sebuah buku, bersamamu adalah bab favoritku.