Bahkan setelah hujan mulai reda dan perlahan berganti menjadi gerimis kecil, kekacauan diluar sana masih belum teratasi. Pohon tumbang di jalanan menyebabkan kemacetan yang membuat seorang ajudan menteri terpaksa memberitahu kalau perjalanan mereka akan sedikit terlambat karena petugas masih melakukan evakuasi. Yang hanya disahuti sekenanya oleh si menteri karena entah kenapa, kepalanya terasa begitu brisik.
Seperti dia terus mendengar suara anak-anak yang memenuhi kepalanya. Suara anak yang asing tapi juga familiar disaat yang sama. Terpikir kalau mungkin saja dia tengah merindukan anak dan cucunya, tapi mereka akan makan malam dan dirinya juga sempat melakukan video call dengan cucu bungsunya.
Tidak ada yang aneh, tidak ada yang janggal. Sama seperti biasanya, mereka baik-baik saja. Lalu kenapa dia merasa resah sekali? Karena masalah pekerjaan sang anak yang sedikit sulit dan memakan waktu? Tapi hal seperti ini bukannya sekali dua kali. Sering terjadi, namun tidak pernah membuatnya sampai sakit kepala apalagi merasa resah begini.
Lagian, dia sedang membuka jalan untuk mempertemukan cucunya dengan tuan muda Wichapas, dan tentu saja berhasil. Putra mahkota bahkan sempat menyinggung mungkin saja cucu tuan menteri bisa berkenalan dengan tuan muda Wichapas, walau sedikit arogan dan tidak sopan, tapi dengan membuat relasi baik dengan keluarga Wichapas, dapat memberikan banyak keuntungan. Bahkan tanpa melakukan banyak hal, jalan terbuka begitu saja.
Jadi kenapa dia malah resah dan risau. "Apa aku melakukan kesalahan pada acara di panti asuhan waktu itu?" Tanyanya sambil membenarkan posisi duduk. Menatap ajudannya dari kaca dasbor, pria muda itu mengerutkan keningnya.
"Acara panti asuhan sudah cukup lama, tapi sepertinya tidak. Kita menerima ulasan baik dan anda menerima penghargaan atas kepedulian sesama."
Benar, dia tidak melakukan apapun. Acara itu juga sudah cukup lama. Jadi kenapa baru sekarang merasa ada yang salah.
"Apa sesuatu menganggu pikiran anda tuan?"
Ya, seperti suara gelak tawa anak-anak.
[Yang terdengar nyaring tapi menyenangkan. Bahkan untuk hal sederhana, si kecil bisa langsung tertawa begitu lepas. Hanya diberi makanan manis, diberikan hadiah sederhana atau bahkan kepulauan asap yang keluar dari mulutnya karena bakpao isi daging yang ia makan masih panas membuat tawanya mengudara menghidupkan suasana.
Dalam rumah mungil sepasang suami istri dengan seorang anak laki-laki berkepribadian kalem, kehadiran sosoknya benar-benar meramaikan suasana. Bahkan anak lelaki satu-satunya yang biasanya hanya mendekam di kamar untuk belajar pun kini ikutan jadi badut dadakan.
Bersama ayahnya, pemuda itu menggelitik perut si kecil yang gembul, menyumbul terlihat lucu karena hanya berbalut celana dan kaos dalam saja. Rambutnya yang seperti mangkok diikat ke atas dengan tali rambut berbentuk anak babi lucu, sementara yang lebih tua dengan tali rambut berbentuk hati berwarna biru.
"Aduh ayah, kenapa jadi begini" tentu saja ketika satu-satunya wanita cantik itu datang dengan pakaian hangat untuk si kecil, dia dikejutkan oleh ketiganya dimana kedua anak itu sudah belepotan oleh bedak tabur.
"Bu kami membantu ibu mendandani Build, lihat cantik kan?" Kata yang lebih tua sambil membalikan tubuh Build kecil untuk ditunjukkan kepada ibunya. Nah yang biasanya sangat kalem pun jadi banyak omong seperti ini.
Memang lucu, memang cantik, tapi anak ini bukan boneka yang bisa jadi bahan unyel-unyel dua orang ini. Haduh, si ayah pula.
"Memang, tapi bedaknya jadi kemana-mana"
"Aku tampan ih. Seperti phi dan paman" tiba-tiba yang paling kecil lepas dari pelukan si paman, berpose dihadapan semua orang dengan gaya paling keren yang ia tahu ingin menunjukkan kalau dia tampan seperti yang diakui barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again - 44444 | BibleBuild
Hayran KurguJika hidup adalah sebuah buku, bersamamu adalah bab favoritku.