Bab 8

35.9K 568 50
                                    

Jangan lupa vote and coment

***

"Makasih ya," Ucap Alasya pada cowok di sebelahnya.

"Ah, gapapa kok. Lagian sekalian mau ke ruang guru juga." Jawab cowok itu ramah dengan senyuman.

Dari name tag yang Alasya baca nama cowok itu adalah Eric, kelas 12 sama sepertinya. Alasya juga pernah beberapa kali melihat cowok itu namun mereka tidak pernah berkomunikasi. Mulanya, tadi Alasya kebingungan di depan ruang guru. Ingin masuk namun tidak tahu harus bagaimana. Kebetulan sekali Eric juga baru saja datang dan menanyainnya sedang apa di sana.

Alasya memberanikan diri untuk menjawab, lalu cowok itu menawarkan untuk masuk bersama. Alasya menyetujuinnya.

"Kelas lo yang itu kan?" Alasya mengangguk pelan saat Eric menunjuk ke arah kelasnya.

"Gue sering lihat lo pas upacara, lo sering sendirian kan?" Alasya menatap Eric.

Benar sih, kadang dia suka sendirian jika tidak ada Dinda, "iya ga juga sih, tapi--kenapa?" Tanya Alasya.

"Gapapa sih, gue sebenarnya ga pengen lihat ke arah lo pas upacara, tapi gue sering banget lihat lo bengong pas upacara!" Seru cowok itu sambil tertawa kecil mencoba mencairkan suasana.

"Hah? Aku gada bengong kok", Tandas Alasya.

Cowok itu tertawa, meledek Alasya yang keheranan karenanya. " Maaf-maaf bercanda doang kok, tapi emang sering sendirian itu iya kan?" Tanya Eric memastikan.

Alasya mengangguk kecil, matanya sedikit membulat saat melihat ke arah pintu kelasnya, disana ada Arkan yang menatapnya dengan tatapan yang bisa di artikan--apa dia marah?

"Eh, a-aku duluan ya," Tutur Alasya gugup, mendapati lirikan tajam dari Arkan.

"Ah, iya-iya, boleh kok."

"Makasih," Ucap Alasya sebelum pamit

Alasya segera berlari, begitu ia sampai di depan pintu ia mendapati Arkan yang masih menatapnya dengan tatapan marah dan juga tidak senang. Alasya lalu melangkah ke dalam kelas, membiarkan cowok itu di sana sendirian. Peraturan mereka harus tidak saling kenal di kelas masih berlaku.

"Lama banget Sya?" Tanya Dinda begitu Alasya duduk, Alasya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Masih merasa jika Arkan menatapnya.

"Aah-iya, tadi nyari meja Buk Rina ga tau dimana." Jawabnya.

"Makanya gue bilang tadi gue aja yang temenin, tunggu gue ke kamar mandi sebentar kenapa lo ga sabaran!" Omel Dinda, Alasya tak bisa mendengar jelas apa yang di ucapkan Dinda, gadis itu malah terfokus pada Arkan yang sepertinya melangkah mendekat ke arah mereka.

"Sya--? Sya?" Panggil Dinda tak di gubris Alasya, cewek itu sibuk menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan.

Saat ia menatap ke bawah, alangkah terkejutnya ia melihat sepatu Arkan yang berhenti di sebelah mejanya.

"Lo kenapa sih? Kok tiba-tiba gitu?!" Tanya Dinda menggoncang-goncang bahu Alasya karena tiba-tiba gadis itu menenggelankan wajahnya di bawah lipatan tangan.

Alasya menggeleng pelan dengan posisi seperti itu, berharap Dinda mengerti dengan situasunya.

"Din, temen lo sakit ya? Mau di bantu bawa ke Uks ga?" Tanya Arkan yang sejak tadi memperhatikan Alasya yang berusaha menyembunyikan dirinya darinya.

Alasya menggeleng, jangan iyain Din! Batinnya, jantunnya serasa ingin lompat karena cemas di buat cowok itu.

"Eh, kayanya ga sakit kok. Lagi ada problem dikit kok." Jawab Dinda, syukur gadis itu tak menjawab aneh -aneh.

Virtual FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang