Bab 16

13.6K 453 58
                                    

Sebenarnya Alasya merasa sangat malas untuk pergi ke sekolah, ia tidak ingin bertemu Arkan. Bertemu pria itu membuat Alasya merasa energinya terhisap habis.

Ia tidak tahu bagaimana harus menghadapi pria itu sekarang.

Setelah cukup lama merenung, Alasya sampai jalan dengan mata yang menatap kosong. Pikirannya entah melayang kemana saja.

"Aku gak mau terus jadi boneka sex Arkan, aku gak mau berhubungan lagi sama dia. Aku gak mau terus dimanfaatin kaya gini, aku mau lepas dari dia, aku gak mau di perlakukan sesuka hatinya kaya gini."

Alasya berjalan dengan pikiran entah kemana. Pikirannya menyuruhnya untuk berhenti berhubungan dengan pria itu, namun di hatinya ia merasa takut. Takut jika ketika ia meninggalkan pria itu, nantinya malah tidak ada lagi yang mau dengan wanita sepertinya.

"Kalau misalnya aku lepas dari cowok itu, apa bakalan ada yang masih mau sama aku?" Alasya termenung, ia berjalan dengan pikiran entah kemana.

Semalaman ia tidak bisa tidur saat memikirkan Arkan, pria itu yang selalu membuatnya bingung, kadang bersikap lembut, kadang bersikap ramah, kadang juga berhasil membuat Alasya sadar jika ia hanya sebatas mainan tidak penting bagi pria itu.

Apalagi ucapan Elisa yang terus saja terngiang di pikirannya satu malaman.

Sejujurnya, ia tidak bisa membohongi perasaannya jika ia sangat menyayangi pria itu, karena itu juga Alasya selalu menuruti apa yang Arkan inginkan. Tapi, cuma rasa sayang tidak seharusnya membuat Alasya menjadi seperti boneka pria itu kan?!

Saat dirinya tengah bergelut dengan pikirannya sendiri, ia malah melihat Arkan yang berdiri di depan kelas, sungguh hari ini ia tidak ingin berbicara dengan pria itu.

Alasya mengalihkan tatapannya kearah lain, tidak ingin bersetatap dengan Arkan. Keributan mereka semalam masih Alasya ingat, bagaiamana pria itu memperlakukan Arkan. Alasya berniat pergi dari sini, tapi ia tidak tahu harus pergi kemana.

Ia ragu, haruskah ia pergi dulu ke arah lain, atau haruskah dia menyapa Arkan yang tengah berdiri di depan kelas yang sedang berbincang dengan dua temannya.

Alasya dapat melihat kedua teman Arkan saling mengkode, saat melihat Alasya datang mendekat. Alasya memberanikan dirinya untuk jalan dan berskiap seolah tidak ada siapa-siapa di sana.

Arkan pasti tidak akan menegurnya, begitulah pikir Alasya. Alasya pun melintas di sebelah pria itu, ia mencoba bersikap acuh dan hanya ingin jalan masuk ke dalam kelas.

Belum sempat ia jalan, Arkan sudah lebih dulu menghentikannya.

"Baru sampai?" Tanya pria itu dengan senyum hangatnya seolah tak terjadi apapun.

Alasya diam untuk beberapa saat, mencerna kembali situasi saat ini. "Sayang?" Panggilnya lagi, menyadarkan Alasya bahwa memang benar yang menegurnya adalah Arkan.

"Kita balik ke kelas ya Ar," Pamit Daffin dan Satria yang sepertinya paham situasi saat ini.

"Oke Bro!" Setelah pamit mereka pun langsung pergi, menyisakan Alasya dan Arkan.

Alasya masih diam seribu bahasa, tidak ingin mengucapkan apa-apa dengan Arkan yang sepertinya tampak abai dengan kejadian semalam. Sepertinya, hanya Alasya yang tak bisa tidur karena memikirkan bagaiamana keadaan pria itu sekarang? Apa Arkan juga memikirkan hal yang sama sepertinya?

Ternyata hanya dirinya yang berfikir terlalu jauh.

"Kamu pergi bareng siapa tadi?" Tanya Arkan dengan lembut, seolah memang benar-benar tidak terjadi apapun.

"Supir."

"Ah, okey. Kamu rindu aku gak sayang?" Tanya Arkan, tubuhnya mendekat ingin meraih tangan Alasya, dengan cepat Alasya menghindar berjalan lebih dulu agar tak bisa di raih pria itu.

Virtual FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang