Bab 24

9.4K 336 22
                                    

Peringatan!!!
Cerita ini mengandung adegan dewasa!
Bijaklah dalam memilih bacaan.
.
.
.

"Kiss me baby," Ucap Arkan, pria itu sejak beberapa menit yang lalu terus meminta Alasya untuk menciumnya.

Lihatlah bibir Alasya yang sudah membengkak karena ulah dari pria itu.

"Mhmpp-" Desah Alasya pelan saat Arkan meremat dadanya dari luar seragam.

"Kamu mau coba sesuatu gak?" Tanya Arkan.

"Coba apa?"

Arkan pun melepas dasinya, pria itu ingin menutup mata Alasya.

Saat ini mereka sedang berada di apartement yang di tempati Arkan, lihatlah bagaimana pria itu langsung menculik Alasya untuk ke apartemenyna saat bel pulang berbunyi.

Saat ini mereka tengah duduk di sofa yang ada di depan tv, pria itu sejak tadi duduk di sebelah Alasya dan meminta gadis itu untuk menciuminya. Alasya sampai kewalahan membalasnya.

"Arkan~" Panggil Alasya dengan nada rendah saat pria itu sudah menutup matanya dengan dasi yang diikat di bagian belakang.

"Kamu bisa lihat aku?" Tanya Arkan, Alasya menggeleng.

Jantung gadis itu berdegup membayangkan apa yang akan di lakukan Arkan selanjutnya.

Karena tak dapat melihat, yang bisa di lakukan Alasya hanyalah menebak-nebak apa yang akan segera terjadi selanjutnya. Tak bohong, saat ini jantungnya terus berdebar. Membayangkan apa yang akan Arkan lakukan selanjutnya.

'Cup'

Satu ciuman mendarat dibibir gadis itu, Alasya diam, membiarkan pria itu melanjutkan ciumannya seperti biasanya. Namun pria itu hanya diam untuk beberapa detik, lalu kemudian melepas ciuman mereka.

Alasya sedikit kebingungan apa yang sedang Arkan coba lakukan, lalu ia dapat merasakan jika Arkan memeluk tubuhnya cukup erat.

"Gue sayang lo Alasya," Bisiknya, dapat terdengar jelas di telinga Alasya.

"Arkan?!" Panggil Alasya, gadis itu ingin membuka penutup matanya mencoba memastikan apa ia tak salah mendengar.

Pria itu menahan tangan Alasya yang ingin membuka penutup matanya dengan tangannya, "don't look at me!" Tahannya.

"Why?!"

Arkan diam, pria itu mengusap wajahnya saat merasakan pipinya memerah setelah mengatakan itu. Sungguh, sangat memalukan baginya.

Ayolah, Arkan memang pria yang punya gengsi setinggi langit. Mengucapkan kata 'sayang' baginya sama saja seperti membagi harta karun. Sangat sulit dan tak mudah.

"Kamu bilang apa tadi?" Tanya Alasya, saat ini ia masih bingung. Ia tak yakin dengan pendengarannya barusan, dan juga heran.

Mungkinkah Arkan yang bilang seperti itu?

"I think i love you," Ucapnya lagi.

"Ya-?" Beo Alasya.

Arkan yang gemas melihat Alasya yang keheranan langsung mencium bibir gadis itu, melumatnya lembut. Sungguh, baginya bibir ini adalah yang paling menyandukan. Bibir kesukaannya. Ia suka bibir ini, karena pemiliknya adalah he's favorite person.

"Gue sayang sama lo Alaysa," Ucap Arkan menatap gadis itu dengan lembut, sayangnya Alasya tak dapat melihat rait wajah apa yang Arkan pasang saat ini.

Yang jelas, saat ini Arkan merasa jika dirinya benar-benar tak bisa mengontrol ekspresi yang ia pasang, ia menutup wajahnya dengan tangan. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa malu.

Virtual FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang