"Pulang nanti aku mau ke cafe bentar, mau ketemu sama Satya, Daffin. Ada yang mau di obrolin katanya. Kamu ikut kan?"
Pesan Arkan tadi siang, di jam istirahat.
Disinilah saat ini Alasya berada, sejujurnya ia selalu merasa tak nyaman jika di minta gabung dengan teman-teman Arkan. Bahkan mereka tak pernah berkomunikasi, hanya Arkan yang menjadi penghubung di antara mereka.
Belum lagi ada cewek menyebalkan bernama Rara yang selalu mendekati Arkan terang-terangan. Sungguh, Alasya sangat tidak menyukainnya. Namun, ia hanya bisa diam dan pasrah saat melihat gadis itu yang terang-terangan ingin menggoda Arkan di depannya.
Alasya bisa tenang karena Arkan selalu menolak gadis itu.
Padahal dari kelas tadi, Alasya sudah mewanti-wanti jika ada gadis itu. Namun ternyata hari ini cuma ada Daffin, Satria dan pacarnya Vera. Alasya hanya tau nama, ia tak dekat sama sekali dengan mereka.
"Ar, kita kan mau libur semester. Jadi punya rencana mau main ntar, healing lah bro, tipis-tipis." Terang Satria.
"Iya, ikut gak? Sesekali juga." Sahut Daffin yang sangat antusias. "Ide gue nih yang ngajak healing, sesekali. Biar ga tegang." Ucapnya.
"Kemana?"
"Masih recana sih, mau muncak gitu, ngedaki gunung. Kan enak tuh, sejuk-sejuk." Sahut Daffin. "Gue udah siapin outfit buat nanti, haha!" Tawanya dengan gaya tengil khasnya.
"Anjir, gue malah pengen ngajak ke pantai." Usul Satria.
"Panas woi, ngapain ke pantai?!"
"Ya, lebih enak ke pantai lah panas dikit. Lihat cewek-cewek sexy, wajar dong kalau panas." Jelas Satria.
"Ekhem!" Terdengar Vera berdehem keras.
Satria langsung gelagapan, dia lupa ada pacarnya disana. "Eh, gak sayang. Bercanda kok!" Paniknya.
"Bagus ya, mau lihat cewek-cewek sexy!"
"Awsss- sakit sayang." Satria langsung meringis saat telinganya di jewer oleh Vera.
"Gue setuju sama Daffin, kita main kegunung aja. Biar gak ada cewek sexy. Biar Satria lihatnya orang hutan bukan cewek sexy." Tandas Vera penuh penekanan, ia melototi Satria yang masih kesakitan akibat jewerannya.
Alasya hanyanmenjadi pengamat disini, ia juga bingung ingin bilang apa sehingga ia hanya diam saja. Melihat interaksi Vera dan Satria sebenarnya sangat menggemaskan, mereka terlihat seperti orang pacaran yang sesungguhnya.
Mesra, penuh canda, dan pertengkaran.
Berbeda dengan hubungannya dan Arkan. Jangankan menjewer pria itu, kadang saja Alasya tak berani memeluknya jika bukan Arkan yang memulainya. Alasannya karena ia ingin membatasi dirinya, agar tak begitu berharap dengan pria itu.
"Nah, tinggal lo Ar! Lo sukanya apa? Gunung apa pantai? Biasanya sih lo sukanya yang gunung-gunung, tobrut-tobrut ya Ar. Udah berapa gunung yang didaki." Daffin tertawa setelah mengatakan itu.
Bukannya menjawab Arkan malah melirik ke arah Alasya, "kamu maunya kemana?" Tanya Arkan.
"Eh," Alasya langsung terkesiap karena pertanyaan itu. "Kenapa aku." Tanya Alasya bingung."
"Bisa ngomong ya mbak ya, biasanya diem aja." Celetuk Daffin meledek.
"Dari pada lo gabisa diem!" Sahut Satria mengatai Daffin dengan emosi.
"Ya namanya juga Daffin, kalau gue diem dunia ini mau terbelah dua karena kedinginanku. Dingin tetap tidak kejam~" Lanjutnya dengan nada ala-ala sound tiktok yang terngiang di otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual Friend
Teen FictionCERITA INI BERBASIS 18+ MOHON UNTUK BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN. Ketemu cowok di dating app? Alasya awalnya hanya gadis berwajah polos yang suka membaca novel dewasa, suatu saat ia mulai merasa bosan dan ingin mencoba hal baru. Bermodal dari sebu...