Bab 11

19.1K 429 26
                                    

Tersebarnya kabar jika Arkan yang terkenal suka menghts in banyak gadis tiba-tiba berpacaran dengan teman sekelasnya cukup menggemparkan seisi sekolah, terutama beberapa orang yang mengenal Arkan dengan baik.

Gadis-gadis yang pernah menggoda Arkan, atau yang pernah di gantung oleh cowok itu merasa tidak percaya, bahkan ada yang terang-terangan bertanya pada teman sekelas mereka untuk memastikan kabar simpang siur ini.

Sebenarnya Alasya merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi saat ini, ia bahkan sampai tidak mau keluar dari kelas karena tidak percaya diri. Karena ada beberapa omongan orang yang membuatnya semakin tidak nyaman.

"Masa itu ceweknya Arkan? Kenapa beda banget ya dari biasanya?"

Yah, walaupun tak semuanya berkomentar negatif. Tapi tetap saja Alasya tidak nyaman dengan berbagai pendapat yang dia dengar. Ia yang memang bukan orang yang tidak suka perhatian, pendiam, dan sulit berkomunikasi dengan orang lain merasa semua perhatian yang ia dapatkan sekarang malah membani dirinya.

Berbeda dengannya Arkan malah benar-benar bangga, pria dengan otak cabul itu malah terlihat begitu membanggakan dirinya saat di koridor, atau saat ada yang bertanya tentang status mereka. Ia akan terang-terangan menjawab jika Alasya adalah pacarnya. Pipi Alasya sampai memerah karena terus di sebut seperti itu.

"Malu ya?" Tanya Arkan. Melihat Alasya yang menunduk malu.

"Iya." Jawan Alasya seadanya.

"Ngapain malu, kan kamu cantik Alasya." Puji Arkan, pria itu menatap Alasya dengan senyum termanisnya. Menatap gadis itu dengan lembut, dan memujinya dengan tulus.

Pipi Alasya malah semakin memerah, gadis itu lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain dan berjalan lebih dulu.

"Malu ya? Malu?" Goda Arkan.

"Engga, kok." Jawabnya.

"Masa sih, coba liat sini?" Alasya menepis tangan Arkan yang ingin mencolek dagunya untuk menggodanya.

"Padahal kalau di bawah gue natapnya keenakan banget, sekarang malah sok-sok cuek." Ujarnya. Lalu tertawa.

"Arkannn!!" Peringat Alasya.

"Iya sayang?" Jawabnya malah semakin menggoda gadis itu.

"Tau ah!" Kesal Alasya. Ia benar-benar pergi meninggalkan pria itu yang masih sibuk cengar-cengir sendiri. Pasti di otaknya sedang memikirkan gaya baru apalagi yang belum di coba berikutnya.

"Tunggu, Bub!" Arkan lalu mengejar langkah Alasya.

Begitu langkah mereka seiringan, Arkan lalu membisikan sesuatu yang membuat mata Alasya mendelik ke arah pria itu, "main sambil berdiri mau gak?" Tanyanya, bahkan tangan pria itu nakal. Mengelus pantat Alasya di tengah sempitnya ke sempatan.

"Arkan! Stop it!" Peringat Alasya. Arkan hanya tertawa.

"Bercanda sayang, tapi kalau mau beneran gas nih. Atau kamu mau main di gudang sekolah? Kamu punya fantasi kaya gitu?" Tanya Arkan.

Alasya tak lagi membalas, saat ini ia hanya ingin cepat sampai di kelas. Dan cepat di pisahkan dari pria sinting yang mengikutinya terus ini.

***

"Yang!"

"Yang, itu bacaannya apa?"

"Kamu paham yang itu?"

Alasya mendesah dengan sedikit kesal, ia lalu menatap Arkan yang sejak tadi mengusiknya, menyolek-nyoleh bahunya dari belakang dengan jari ataupun pena yang ia punya.

Virtual FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang