Bab 14

15.6K 379 44
                                    

Baru saja datang, Arkan meletakan sebotol susu yogurt di meja Alasya. Alasya menatapnya, lalu beralih menatap Arkan.

"Buat lo." Ucapnya.

Tumben sekali Arkan bersikap manis.

"Makasih."

Arkan hanya mengangguk lalu duduk di kursi sebelah Alasya, karena hari masih terlalu pagi. Hanya ada beberapa orang yang baru tiba di kelas mereka, termasuk Alasya dan Arkan yang memang baru saja sampai.

"Lo beliin buat Alasya aja Ar? Buat gue mana?" Tanya Dinda yang sejak tadi memperhatikan keduanya.

"Beli lah sendiri."

"Dih, pelit amat. Minimal kasih pajak jadian kek." Celetuk Dinda, Alasya hanya tersenyum merespon itu. Sedangkan Arkan males menanggapi.

"Sini deh!" Arkan menyuruh Alasya mendekatkan telinganya padanya. Lalu membisikan sesuatu disana.

"Gue rindu." Ucapnya, pipi Alasya langsung berubah merah mendengar itu.

"Apasih!" Ia mendorong bahu Arkan, sehingga tubuh pria itu menjauh darinya.

"Ya emangnya gak boleh rindu sama pacar sendiri?" Tanya Arkan.

Alasya tampak malu mendengar penuturan itu, "apasih? Tiba-tiba banget kaya gitu?" Tanyanya penuh heran.

"Kamu tadi malam kenapa aku panggil ga nyaut?" Tanya Arkan mulai mengubah topik.

"Udah tidur."

"Padahal aku langsung pulang." Terang Arkan, "mau ngajak kamu vc, tapi pake s." Lanjutnya lagi dengan nada sedikit pelan.

Alasya menatap pria itu kesal, "nanti ada yang dengar!" Peringatnya.

"Iya sayang."

Membahas tentang telponan tadi malam mengingatkan Alasya kembali, soal kejadian di mana ia mendengar suara cewek yang memanggil Arkan dengan ramah. Ia menatap cowok itu dengan lekat, sambil otaknya menilai. Apa benar pria ini telah berubah? Atau hanya Alasya yang tak tahu bagaimana Arkan di belakang.

"Tadi malam ada ceweknya ya?" Tanya Alasya, entah keberanian dari mana kata-kata itu keluar dari mulutnya sendiri. Alasya memperhatikan ekspresi wajah Arkan, takut jika pria itu akhirnya marah.

"Iya, makanya abis itu gue langsung pulang." Terangnya.

Entah mengapa ada sedikit rasa senang di hati Alasya mendengarnya, ia tidak bisa bohong jika ia sangat berharap dengan Arkan. Pria itu sudah memberikannya banyak harapan, sehingga Alasya tak tahu bagaimana jadinya jika seandainya Arkan meninggalkannya. Orang seperti Arkan, sepertinya sangat mudah untuk menemukan orang baru, banyak yang suka padannya. Lain dengan Alasya.

"Kenapa pulang?" Tanya Alasya lagi.

"Iya, ada temenya pacar temen gue. Rada ngeselin." Terangnya.

"Yang tadi malam manggil kamu?"

"Hm"

Alasya mengangguk kecil, berarti memang benar suara perempuan yang tadi malam ia dengar tidak salah. Ia tersenyum kecil, senang jika pria itu berkata jujur padanya.

"Cemburu ya?" Kali Arkan yang berbalik menggodannya.

Alasya langsung menggeleng cepat, "engga ah!" Bantahnya.

"Tadi malam lo denger suara cewe?" Tanya Arkan lagi.

"Iya, aku kira kamu lagi sama cewek lain." Jawab Alasya, bibirnya mengerucut.

Terdengar Arkan tertaww kecil, "haha, bukan. Itu cuma cewek gila doang kok."

"Gila? Maksudnya?"

"Ada deh." Balas Arkan, senyum pria itu membuat Alasya semakin penasaran dan curiga.

Virtual FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang