Bab 22

9.7K 372 17
                                    

Warning!
Berisi konten 18+ harap bijaklah dalam memilih bacaan.

***

"Alasya?" Marlina yang tengah menanam bunga tampak menoleh, mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya membuatnya penasaran.

"Mamah?" Alasya tampak kaget, tak menyangka Mamahnya hari ini di rumah.

"Lagi bareng siapa?" Tanya Marlina, ia melirik ke arah mobil asing yang terparkir didepan rumahnya.

Alasya tampak gugup, "emmm-itu mah, temen." Ucapnya. Ia juga bingung bagaimana menjelaskannya.

"Tumben banget, suruh singgah dulu temennya." Tawar Marlina. Ini pertama kalinya, Alasya membawa teman ke rumah.

Lagi pula Marlina juga jarang di rumah karena sibuk berkerja, sekarang dia sudah punya banyak waktu untuk menghabiskan waktunya dengan anak satu-satunya. Alasya.

Alasya mengangguk kecil, ia mengetuk jendela mobil dengan ragu.

'Tok-tok."

Arkan menurunkan jendela mobilnya, "kenapa?" Tanya Arkan.

"Di suruh mamah singgah." Ucapnya, ia mengamati reaksi pria itu. Apakah Arkan akan menolak.

Namun ternyata, isi pikiran dan tindakan Arkan berbeda, pria itu malah terlihat senang. "Wah, mama mertua mau ketemu calon menantu ya?" Ucapnya.

"Ih, apaan sih kamu!"

"Tumben mamah kamu di rumah, biasanya jarang?"

"Em, aku juga gak tahu. Ayo turun dulu."

Arkan tentu saja dengan senang hati turun dari mobilnya, di depan rumah sudah ada Marlina yang menyambutnya dengan senyuman.

"Halo tante!" Sapa Arkan. Ia cengengesan menyapa wanita paruh baya itu. Ia menyodorkan tangannya, lalu mencium tangan wanita itu, salim.

"Loh, temen kamu cowok Alasya?" Tanya Mamahnya tampak kaget.

"Jadi Alasya bilang temen ya tante?" Ujarnya, "kok kamu gitu sih, saya pacarmya tante." Terang Arkan.

"Arkan!" Seru Alasya mencoba menghentikan pria itu.

"Hah? Beneran?"

"Iya tante, beneran ga bohong." Marlina tampak kaget, ia menatap anaknya itu meminta penjelasan. Alasya hanya menunduk, takut dan menanti respon selanjutnya dari ibunya.

"Anak mamah udah besar ya, udah punya pacar sekarang." Terang Marlina, pria itu mengelus pucuk kepala Alasya dengan lembut.

Jujur sebenarnya Marlina merasa bersalah dengan anaknya, anaknya sedikit pemurung dan pendiam, tidak pernah terlihat bergaul, dan tak pernah berbicara tentang apa yang terjadi padanya. Kadang Marlina merasa sedih, coba saja dirinya tidak sibuk kerja. Pasti dia akan punya lebih banyak waktu untuk memperhatikan Alasya yang sudah mulai tumbuh dewasa.

"Tante cantik banget tahu, saya kira Alasya kenapa ya kok bisa cantik banget. Ternyata emang mamahnya cantik." Ujar Arkan.

"Ah, bisa aja kamu." Marlina terkekeh, "eh, ayo masuk." Marlina mempersilahkan Arka dan Alasya untuk masuk kedalam.

"Bawa ke sopa ya Alasya, mamah mau buatin minum." Ucap Marlina, "kamu mau minum apa? Eh namanya siapa Alasya?

"Arkan tante."

"Nah, Arkan toh. Mau minum apa?"

"Apa aja tante, gak usah ngerepotin."

"Haha, justru tante senang. Ini pertama kalinya Alasya bawa seseorang kerumah. Jadi harus di sambut dong."

Virtual FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang