7. Kedatangan Tamu

134 10 0
                                    

“Ngomong-ngomong, saya sudah mendapatkan pekerjaan baru.”

Semua orang yang di sana Arum buat terdiam. Setelah membuat hatinya panas, melihat Arum berdansa romantis dengan Mas Dirga. Bahkan kedua anak Arum kelihatan tak menyangka setelah mendengarnya.

“Perusahaan yang lebih besar dari HN, dan posisi saya tetap sama. Sebagai direktur.”

Mereka semakin terhenyak. Arum menyunggingkan senyuman tipis. Jelas saja Arum merasa puas melihat pemandangan di sekelilingnya. Lalu Arum menatap ke arah Mas Dirga dengan pandangan liar dan menggoda.

Bagaimana, Mas? Kamu nggak nyangka, kan? Kamu berbohong ke Arina dan Arini agar aku mengalah dan sebaiknya menjadi ibu rumah tangga saja.

Arum tertawa pelan seperti seorang penjahat kejam.

No way! Bekerja apalagi menjadi seorang direktur adalah my dream, Mas!

Beberapa detik Arum menatap penuh amarah saat Mas Dirga mengalihkan pandangan. Dalam diam dan kebencian.

Kamu setuju aku cari pekerjaan baru, asalkan aku senang? Tapi kamu tetap mencoba dengan berbohong pada kedua buah hati kita!

Arum kembali mengubah ekspresi wajahnya. Kali ini menatap sayu dengan sebuah hasrat, menatap wajah sang suami.

Kamu benar-benar rupawan dari jarak sedekat ini, Mas Dirga ... Selain baik hatinya kamu dulu, inilah yang aku suka ...

Tapi aku tertipu. Soal hati kamu, Mas.

***

“Ma, Mama kok tadi gitu, sih?” tanya Arini, kelihatan tidak terima, saat mereka bertiga sudah ada di rumah.

Dengan malas, Arum melempar tas ke sofa di ruang keluarga. Tak langsung menjawab Arum duduk, lalu menyalakan TV.

“Gitu kenapa, sih, Arini?” tanya Arumbalik, menatap anak kesayangannya itu seraya tersenyum.

“Iya, gitu! Kan Mama udah ngerelain jabatan Mama buat Papa! Tapi sekarang Mama kok malah ada pekerjaan kantor baru lagi? Direktur pula!”

Arum menghela napas. “Ya, awalnya memang gitu, lho, Arini,” kata Arum, mengajak anaknya itu duduk di samping. Arini menurut dengan sebal. Sementara Arina sudah duduk di sofa pendek. Lalu Mas Dirga masih berdiri, dan kelihatan linglung sampai memegangi wajahnya yang habis Arum kecup-kecup tadi.

“Seperti yang Papa kamu bilang, Mama memang ngerelain jabatan Mama buat Papa. Tapi ...”

“Tapi apa?” Arini tak sabaran.

“Tapi ... tiba-tiba aja Mama dapet rekomendasi dari pengacara muda kondang, namanya Ardian Wiradinata. Di perusahaan Megantara. Nggak mungkin, dong, rejeki gede Mama tolak gitu aja. Ya, kan?”

Mereka tercengang. “Megantara?”

“K-Kamu nggak bohong, A-Arum?” Mas Dirga tampak tak percaya, sampai gagap begitu.

“Buat apa aku bohong, Mas. Kamu kan suami aku. Masa aku bohong sama suami sendiri. Kita kan sudah semestinya saling menjaga kepercayaan.”

Arum tak mengharapkan Mas Dirga mengerti dari kalimat yang terakhir barusan. Tapi Arum senang responnya sesuai dengan yang dia harapkan. Seperti seorang lelaki yang bo-doh.

Aku akan buat kamu lebih bo-doh lagi, Mas. Seperti yang kamu lakukan sama aku ...

Baru-baru ini Arum membaca berita (sebenarnya bukan) tentang diungkapkannya perselingkuhan oleh istri seorang pilot. Suaminya main serong dengan pramugari, yang tidak cantik-cantik amat. Hal yang paling mengiris hati adalah perselingkuhan itu terjadi sejak awal, dan sang istri dengan ketabahan hati, memilih untuk memendamnya.

Aruma : Ketika Dipecat Karena Selingkuhan Suami (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang