“A-Arum?”
Ririn yang paling duluan membuka suara begitu Arum masuk dengan enteng ke ruangan rapat itu, tempatnya dahulu membicarakan hal-hal penting bersama mereka. Sekarang tidak lagi. Ya, jelas, karena Arum sudah dipecat.
Seorang satpam terengah-engah masuk sambil memberi hormat lalu menunduk sebagai permintaan maaf. Sementara pandangan Arum hanya tertuju pada gadis ja-lang itu. Arum benar-benar membencinya. Hanya satu duri saja di hati Arum, tapi rasanya sudah ingin mengenyahkan dia dari dunia ini. Bukankah begitu seharusnya pikiran wanita ketika dirinya disakiti oleh sesamanya dengan sebuah perselingkuhan?
Arum tidak main-main. Menjambaknya saja tidaklah cukup. Ingin berteriak sekeras mungkin, “kenapa kamu masuk dan mengganggu keluarga kecil saya, hah?”
Tidak hanya mengganggu, melainkan dia juga membuat Arum dipecat. Dari pekerjaan yang selama ini Arum impikan. Benar-benar sebuah impian dan Arum berhasil mewujudkannya. Tapi, gadis itu ...
“Apa, Bu Arum? Anda tidak jadi mengambil penawaran saya?” Ardian keheranan.
“Ya. Pertama, kamu menyukai saya. Kedua, saya tidak mau merusak impian salah satu direktur yang bekerja di perusahaan yang sangat besar itu.”
“K-kamu ngapain di sini?” tanya Ririn.
“Wah, kamu sudah ada di sini aja, Rin?” tanya Arum balik.
Padahal hanya sekitar setengah jam yang lalu, Ririn menguntit. Arum membawa Sekar sampai Ririn kehilangan jejak. Barulah Arum menangis. Melepaskannya, seperti yang dikatakan Sekar. Tapi Arum tidak mau berlama-lama menangisi kesedihan tersebut.
“Bu Sekar mau ke mana?” tanya Sekar saat Arum melangkah pergi.
“Bukannya kamu sedang izin nggak masuk kantor hari ini, ya?” tanya Arum. Ririn langsung kaget mendengarnya.
“Kok kamu bisa tau?”
Aku cuma nebak. “Heru yang WA aku tadi pagi,” kata Arum, sedikit menggoda. “Dia nanya aku udah makan apa belum? Terus aku jawab udah, terus aku nanya soal kamu, dijawab, deh. Hi, hi.”
“Hah?” Ririn menatap Arum. Sementara yang lain saling berpandangan.
Mas Dirga akhirnya berjalan mendekati Arum. “Arum, kamu baik-baik aja? Ayo, cerita sama aku—hmm, rapat hari ini cukup sampai di sini. Silakan keluar.”
“Jangan keluar,” kata Arum, berjalan melewati Mas Dirga. Lalu berhenti sambil memegang meja rapat dengan sebelah tangan. “Jangan canggung begitu, dong. Ya, kan, Anya?”
Gadis itu gelagapan, kelihatan bingung mau ngomong apa.
“Saya datang ke sini bukan bermaksud membuat kekacauan, kok. Ririn, santai aja, dong.”
“Arum, kelihatannya kamu memang lagi sakit. Kamu perlu aku antar ke rumah sakit, Sayang?”
“Aku nggak sakit, kok, Mas.” Ya, aku sakit, Mas! Aku sakit hati sama penghianatan kamu! Kamu pikir rasa cinta aku sama kamu itu bohongan? Hah? Enggak! Tapi kamu balas dengan sakit hati!
Aku ingin sekali mencekik kamu, Mas! Sungguh, ingin aku lakukan! Tapi karena cinta aku menahan diri! Ya, aku cinta sama kamu, Mas! Kamu malah khianati aku!
“Berhubung saya dapat pekerjaan baru di perusahaan Megantara, saya bermaksud mengundang kalian untuk syukuran di rumah saya besok malam. Saya sangat berharap kehadiran kalian semua, teman-teman saya dan mantan karyawan saya du-lu.”
Mereka diam, berhasil Arum buat kebingungan. Sementara pandangan Ririn tertuju padanya. Arum melihat ada kemarahan di balik tanda tanya.
“Arum, bukannya kamu bilang waktu itu ...”
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruma : Ketika Dipecat Karena Selingkuhan Suami (END)
Ficção GeralArum atau Aruma berpikir telah bahagia dengan keluarga yang dia miliki. Tapi ternyata tidak, saat suaminya kedapatan bersama orang tak dikenal seusai mereka melakukan foto keluarga. Arum dihantui rasa curiga, karena mencium bau parfum wanita dari tu...