Part 26

247 3 0
                                    

Seorang pria dengan kaos berwarna hitam yang dipadukan dengan celana jeans, berjalan dengan tergesa-gesa . Pandangannya ia arahkan ke segala penjuru ruangan dengan harapan segera menemukan wanita yang akan bertemu dengannya. Hingga akhirnya pria tersebut menemukan wanita yang sedang duduk di dekat meja bar,  menggunakan sebuah dress ketat berwarna merah menyala dengan bagian dada yang cukup rendah sehingga membuat belahan dadanya terlihat begitu nyata. Devian berjalan menembus lautan manusia yang berada di lantai dansa.

"Apa maumu?!" Tanya Devian dengan sedikit berteriak agar suaranya sedikit terdengar oleh Rachel. Devian mencekal bahu Rachel yang duduk membelakanginya lalu menariknya ke belakang dengan kasar.

"Aww beib, tidak bisakah kau perlakukanku dengan lembut?" Rachel sedikit meringis dan mengusap pelan bahunya.

"Memperlakukanmu dengan lembut?" Tanya Devian sambil mengangkat sebelah alisnya.

Rachel hanya mengangguk dengan penuh harap. Sebelumnya, Rachel tidak pernah diperlakukan sekasar ini oleh Devian. Rachel bahkan begitu dicintai oleh Devian. Hingga akhirnya pengkhianatan menghancurkan sebuah perasaan yang sudah tersusun dengan rapi dalam hati, disimpan dan dijaga baik-baik untuk sang pemiliknya. Namun dengan begitu mudahnya dihancurkan dalam waktu singkat. Itukah cinta?

"Maaf Rachel, aku tidak pernah bersikap lembut pada anjing liar." Devian mengatakan itu dengan santai sambil berjalan menuju kursi yang ada di hadapan Rachel.

Sedangkan Rachel ternganga dengan pernyataan yang baru saja dilontarkan oleh Devian. Rachel tersenyum, berusaha untuk menyembunyikan amarahnya. Karena ia harus tenang jika ingin semua rencananya berjalan dengan lancar.

"Aku tidak bisa lama-lama disini. Apa yang kau inginkan?" Tanya Devian dengan dingin.

"Oh ayolah Dev, aku hanya ingin bertemu denganmu." Rachel berjalan mendekat ke arah Devian dan berusaha untuk duduk di pangkuan Devian.

Tak ada perlawanan dari Devian yang akhirnya mampu membuat bokong indah milik Rachel mendarat dengan mulus di paha milik Devian.

"Sayang apa kau tidak merindukanku, hm?" Rachel bertanya dengan nada yang sedikit sensual. Rachel menggesek-gesek bokong indahnya diatas paha Devian. Menggerakkannya dengan perlahan sambil duduk menghadap Devian.

"Chel, turun." Devian mulai membuka suaranya dengan nada dingin, dan perlahan aura intimidasi mulai memenuhi tubuhnya.

"Ayolah Dev. Jangan munafik seperti itu. Aku tahu tubuhmu merespon, nikmati saja sayang." Rachel terus menggesek dan menggerakkannya dengan perlahan. Kini tangannya sudah berada di leher Devian.

"Chel, ku bilang turun."

Rachel masih tidak menghiraukan perkataan Devian. Ia terus saja melancarkan aksinya hingga membuat Devian geram.

"KU BILANG TURUN, BANGSAT! APA KAU TULI?!!" Devian mendorong tubuh Rachel hingga terhuyung ke belakang dan terjatuh.

"Sekarang kau berubah menjadi orang munafik, heh?" Rachel masih tidak memperlihatkan amarahnya.

"Aku tahu kau menginginkannya. Mari kita lakukan sayang, kita lakukan malam ini! Tubuh ini milikmu! Hanya  milikmu!." Rachel berbicara dengan suara lantang sehingga beberapa orang di dekatnya melihat ke arah dirinya dan Devian secara bergantian. Sebagian sempat berbisik-bisik melihat kejadian gila ini.

"KAU PIKIR AKU SUDI MENYENTUH TUBUH BEKAS ITU HAH? TIDAK SAMA SEKALI!"

Rachel membeku. 'Bekas? Tubuh bekas?' Kalimat itu terus terngiang di telinga Rachel. Nafasnya menderu dengan hebat, dadanya naik turun dan telapak tangannya mengepal dengan kuat. Matanya mulai memanas dan sepertinya setetes kristal bening akan segera meluncur. Tapi Rachel harus menahannya.

DEVIAN & ESTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang