Part 3

45.4K 1.7K 21
                                    

Semenjak kejadian di mobil tadi, Esther benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya. Ia terus memasang wajah yang tak biasa. Ricky yang terus memperhatikannya merasa aneh dengan kondisi sahabatnya itu.

"Bicaralah." Ricky yang sudah mengenal Esther sejak lama, ia tidak perlu menanyakan ada hal apa kepada Esther.

"Tidak, aku baik-baik saja." Esther menjawab dengan singkat sekali.

"Ayolah Esther, aku mengenalmu sudah lama. Aku tahu bagaimana raut wajahmu saat senang dan sedih. Kau tidak bisa membohongiku." jelas Ricky.

"I'm fine, Rick." Jawab Esther.

"Really?" Ricky mengangkat sebelah alisnya.

"Sure. Sudahlah semua sudah selesaikan? Aku lelah, aku pulang dulu."

"Hati-hati, kabari jika sudah sampai"

Esther hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Ricky. Selama di perjalanan, Esther tak henti-hentinya memikirkan penawaran dari tuan muda yang arogan tadi. Dan bisa-bisanya Esther mengatakan bahwa ia akan membayar uang lima ratus juta tadi.

"Ahh sial! Kenapa aku bisa sebodoh itu?" Esther mengacak rambutnya frustasi.

Bagaimana bisa seorang Esther dengan gaji yang bahkan tidak setengah dari hutangnya kepada Devian, bisa membayarnya? Esther sempat berpikir,apakah dia harus menerima tawarannya untuk menjadi partner sexnya?

Tapi meskipun Esther menginginkan kehidupan yang layak, dia tidak ingin dengan cara yang seperti ini.

TIDAK! ia tidak boleh menerimanya. Esther masih punya harga diri, dia bukan seorang pelacur.

Setelah ia tiba dirumah kecilnya, ia segera menuju kamar untuk merebahkan dirinya. Ia terlalu lelah untuk memikirkan uang lima ratus juta yang membuatnya menderita akhir-akhir ini.

Lepas dari si rentenir tua, kini ia harus berhadapan dengan tuan muda yang arogan dan dingin bak iblis yang menyerupai malaikat tampan.

Dia bingung harus bagaimana, menyerahkan virginitasnya kepada pria yang jelas-jelas tidak ia cintai? Jangankan mencintainya, mengenalnya pun tidak sama sekali.

Kepalanya bergelut dengan pikirannya yang semrawut. bahkan ia lupa untuk mengabari Ricky bahwa dirinya sudah sampai rumah dengan selamat.
Perlahan ia memejamkan matanya dan nafas yang menderu berubah menjadi nafas yang tenang, Esther terlelap.

*****

"Tidak.. Ayah maafkan aku." Devian berkata dengan ketakutan. "Tidak ayah jangan pukul aku. TIDAK!" Devian terbangun dari tidurnya.

"haaaahh haaahh haaahh" Devian membuang nafas dengan kasar, mimpi itu lagi pikirnya. Ia mengusap wajahnya. Devian mengambil gelas yang ada di samping tempat tidurnya lalu meminumnya denga sekejap.

Ya, setiap malam Devian tidak pernah tidur dengan lelap. Mimpi buruk masa lalunya selalu hadir seakan tak ingin terlupakan.

Devian melangkah dan duduk menghadap ke luar, menikmati angin malam yang menerpa wajah tampannya berharap agar ia bisa sedikit lebih tenang. Seketika terlintas di pikirannya tentang Esther, lalu ia memikirkan bagaimana caranya mendapatkan Esther, wanita yang selalu membuat dirinya bergairah walau hanya sekedar membayangkannya.

Aku harus memilikinya

Devian selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dan ketika ia sudah memilikinya ia tidak akan pernah melepaskannya.

Tunggu saja Esther, aku tidak akan pernah menyerah.

Devian melangkah untuk kembali menuju kasurnya berharap ia bisa meredamkan rasa ingin bercintanya.

Gimana? Suka nggak? Atau malah datar? Please comment sama vote ya 😭😂

DEVIAN & ESTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang