Part 7

49.3K 1.7K 19
                                    

Esther masih berdiri menyandarkan punggungnya ke pintu yang sudah tertutup. Ia bingung, apakah Esther harus tidur satu ranjang dengan pria dingin dan menyebalkan? Atau dia mencari kamar lain? Esther masih berpikir keras. Ia butuh suatu hal yang tidak merugikan dirinya.

Akhirnya Esther memutuskan untuk tidur di kamar yang lainnya.

"Baiklah. Ini akan lebih aman. Apalagi saat aku bangun tidur nanti. Aku belum terbiasa jika di sampingku ada pria asing."

Esther merebahman tubuhnya di atas ranjang king size dengan sprei berwarna silver.

"Ranjangnya empuk sekali." Esther tersenyum lalu memejamkan matanya.


Esther belum sepenuhnya bisa memberikan apa yang seharusnya ia berikan kepada Devian sebagai perjanjian. Ya, virginitas miliknya. Ia sebetulnya tidak ingin menyerahkannya dengan cuma-cuma. Ia hanya ingin memberikannya kepada suaminya nanti.

Impian dia untuk menikah dengan pria kaya, tampan, memiliki tubuh atletis ternyata harus tertunda karena perjanjian konyol yang dibuat oleh Devian si iblis tampan.

Ya meskipun semua kriteria yang diinginkan sudah di miliki oleh Devian, tapi tetap saja. Esther tidak mencintai Devian. Oh mungkin saja belum. Semua hanya tinggal menunggu, akankah cinta tumbuh di hati Esther?

Devian terbangun,membuka matanya lalu melihat ke sekeliling. Jam 3 pagi. Ia tidak melihat Esther di dalam kamarnya. Devian berusaha bangun dari ranjangnya meskipun kepalanya terasa sedikit pusing. Ia mencari keberadaan Esther.

Devian berjalan menuju kamar yang berada di samping kamarnya. Ia membukanya perlahan lalu masuk ke dalam kamar dengan pencahayaan yang temaram. Devian menyipitkan matanya. Melihat sosok perempuan mungil yang sedang tertidur meringkuk seperti bayi di atas ranjang.

Seketika Devian tersenyum. Ia berdiri lalu mendekat ke arah Esther, dan mengusap pipinya lalu menyelipkan rambut Esther ke belakang telinganya.

"Emmhh" Esther mengerang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Emmhh" Esther mengerang. Devian hanya tersenyum, lalu perlahan mengangkat tubuh kecil milik Esther. Ia berniat untuk membawa Esther kembali ke kamarnya.

Esther sempat membuka matanya sekejap, lalu memejamkannya lagi. Devian meliriknya dan lagi-lagi ia tersenyum.

CUP

Devian mengecup bibirnya. Perlahan Devian menurunkan tubuh Esther yang hanya memakai dress ketat super pendek tanpa lengan yang hampir memperlihatkan bokongnya. Esther kembali meringkuk seperti bayi diikuti oleh Devian di sampingnya.

'Akan ku buat kau menyerahkan dirimu sendiri kepadaku, Esther'.
Devian memeluk Esther dari arah belakang.

Ya kurang lebih posisinya begitu ya 😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya kurang lebih posisinya begitu ya 😅


Tak lama, Esther membalikkan tubuhnya menghadap Devian. Mencari-cari kehangatan, karena ia mulai merasakan dingin yang menusuk. Ia meraba sesuatu yang terasa sangat keras namun halus dan bidang. Ia merabanya, lalu ia menyurukkan wajahnya. Akhirnya Esther menemukan kehangatan yang ia cari sejak tadi.  Esther mengeratkan peluknya.

*****

Suara para pelayan yang sedang membersihkan lantai dua terdengar samar-samar oleh Esther. Ia membuka matanya perlahan dan Esther terkejut melihat ada sosok pria menyebalkan di depannya.

"morning darl." Esther mengernyit, ia belum paham dengan situasi saat ini. Setelah ia tersadar sepenuhnya, ia baru paham. Bahwa ia sekarang satu ranjang dengan pria menyebalkan itu.

"Waaah!!!  Kenapa aku ada disini?" Esther sangat terkejut.

"Kau tak ingat, Esther?" Devian mengangkat sebelah alisnya.

Esther merasakan berat dibagian perutnya. Ia meliriknya, dan ternyata lengan kekar itu sedang asik memeluknya.

"Heh apa-ap.."

CUP

Sebelum Esther melanjutkan kalimatnya Devian sudah terlebih dahulu mengecupnya. Esther tidak bisa berbuat banyak, ia hanya terpaku. Matanya terbelalak melihat aksi Devian sangat tiba-tiba.
Esther menyipitkan matanya lalu mendorong tubuh Devian dengan sekuat tenaga.

"Jangan dekat-dekat denganku Dev!" Esther terus berusaha menyingkirkan Devian.

"Huh apa kau lupa? Semalam yang mendekatiku adalah kau. Ah dan kau tahu? Aku hampir saja menerkam mu, karena bagian bawahku sudah sangat menginginkannya. Tapi aku masih tahan hingga saat ini. Berterimakasihlah padaku." Devian berkata dengan sangat mudah.

"Aku tidak mungkin melakukan hal gila itu. Apalagi saat aku tidur! Dan semalam aku tidak tidur di kamar ini!"

"Waah benarkah? Bukannya kau tidur sambil berjalan? Bahkan semalam kau terus memelukku dengan erat. Dan itu benar-benar membuatku turn on." Devian mengeratkan pelukannya dan mengikis jarak diantara mereka. Bibir mereka saling berdekatan mungkin dengan jarak satu sentimeter saja.

"Ingin rasanya aku mengecap, menyusup bagian dalam bibir mu itu Esther." Devian tersenyum nakal.

Esther menutup rapat-rapat bibirnya. Ia memejamkan matanya.

"In your dream!" Esther segera beranjak dari tidurnya. Namun Devian menariknya kembali hingga ia berada di posisi semula.

"Lima belas menit. Aku ingin tidur sebelum kembali bekerja." Devian mengeratkan pelukannya. Esther hanya diam, menatap pria yang sangat menyebalkan.

Esther tidak percaya bahwa ia bisa berurusan dengan pria pemaksa seperti Devian.

Kurang lebih, posisi Mbak Esther yang mencari kehangatan pas dia tidur, kayak gini yaa 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kurang lebih, posisi Mbak Esther yang mencari kehangatan pas dia tidur, kayak gini yaa 😂


DEVIAN & ESTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang