Part 23

25.6K 1K 11
                                    


Siders jangan diem-diem bae
Vote dikit napaaa 😁

Happy Reading!!!!

♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠

Malam itu, Devian terbangun dengan peluh membasahi sekujur tubuhnya, juga nafas yang memburu. Matanya nyalang menatap ke seluruh penjuru kamar yang minim penerangan. Devian mencari sosok wanita yang muncul di mimpinya. Jantungnya berdegup kencang saat ia tidak menemukannya.

"ESTHER!!!!" Devian berteriak lalu berjalan untuk mencari ke segala penjuru. Ia tidak menemukannya. Ia keluar dari kamar, takut jika isterinya pergi tanpa pamit padanya.

"ESTHER KAU DIMANA?!!" Devian terus mencari, dan meneriaki.

"SHIT!  ESTHER!!!" Teriakan terakhir membuat tubuhnya lemas. Ia bersandar di dinding. Perlahan tubuhnya terduduk dilantai, tak sanggup lagi menopang. Devian meremas rambutnya dengan kasar.

"Sayang, kau kenapa?"

Devian yang mengenal suara itu segera membuka matanya. "Esther.." Desisnya. Ia segera meraba wajah wanita yang membungkuk di hadapannya.

"Kau kenapa, hm?" Esther mengusap peluh yang tersisa di kening Devian.
"Kau pasti bermimpi." Esther membawa Devian kembali ke kamar.

"SUDAH KU BILANG JANGAN PERNAH TINGGALKAN AKU SAAT MASIH TERTIDUR!" Devian seketika membalikkan tubuhnya ke arah samping dan berteriak frustasi. Esther yang berjalan disampingnya sambil memegang lengan Devian, seketika terhenyak mendengar perkataan dengan nada tinggi dari Devian.

"M-maafkan aku, Dev. Aku tadi tidak bisa tidur. Lalu aku berjalan menuju ruang baca disebrang kamar ini."

Devian berjalan dengan tergesa-gesa sambil menarik lengan Esther. Cengkramannya cukup kuat sehingga menyebabkan Esther meringis kesakitan. Esther kesulitan menyesuaikan langkah Devian.
Devian segera mendorong tubuh Esther lalu dihempaskan ke atas ranjang. Devian pun ikut berbaring disampingnya dan segera memeluk erat tubuh mungil itu dengan bahu yang sedikit bergetar. "Ku mohon, jangan pernah seperti ini lagi. Aku hampir gila." Devian membenamkan wajahnya di balik lipatan leher Esther.

Esther tidak mengerti, ada apa sebenarnya. Kenapa Devian begitu sensitif jika mengenai dirinya. Terkadang, Devian selalu meminta Esther agar berjanji untuk tidak meninggalkannya apapun kesalahannya. Entah sudah berapa janji yang di ucapkan oleh Esther. Mungkin kalian semua bertanya-tanya, kenapa Esther begitu mudah mengatakan janji untuk tidak meninggalkan Devian? Karena saat ini, Esther sangat yakin. Bahwa Devian tidak akan pernah menyakitinya yang berakibat pada kepergian Esther.

"Tenanglah sayang, kau mungkin hanya bermimpi, hm? Aku tidak akan pergi kemanapun selain denganmu." Esther membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah Devian lalu memeluknya.

♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠

"Morning sayang.." Diana mengecup pipi Esther dan Devian. Esther tersenyum sambil membalas kecupan Diana, kecuali Devian. Ia tampak murung dan terlihat gelisah setelah kejadian semalam.

"Esther, ada apa dengan suamimu ini?" Diana mengutarakan apa yang ada di benaknya.

"Tidak apa-apa Diana. Dia hanya tidak ingin kehilanganku." Esther terkikik sambil menarik kursi ke belakang untuk ia duduki.

"Kenapa kau tertawa? Kau pikir ini lelucon?!" Devian membanting gelas yang berada ditangannya. Menatap tajam ke arah Esther. Ia benar-benar tempramen saat ini. Esther yang sedang tertawa kecil seketika saja menghentikan aktivitasnya. Esther ternganga mendengar kembali bentakan seorang Devian.

"Dev, pelankan suaramu. Dia isterimu." Diana pun tak kalah kaget atas perlakuan Devian. Devian hanya mengusap wajahnya dengan kasar. Ia segera beranjak dari kursi dan berjalan dengan cepat menuju lift, meninggalkan Diana dan Esther.

DEVIAN & ESTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang