Part 41

491 9 0
                                    

Pesta berjalan dengan lancar dan cukup meriah. Esther sengaja mengundang seorang disc jockey untuk melengkapi pesta tersebut yang akan berlangsung hingga tengah malam nanti. Disaat Esther dan Devian berbincang dengan kerabatnya yang lain, ia melihat ada sebuah keributan di lorong mansion yang bisa terlihat dari arah taman samping. Karena lorong tersebut berdindingkan kaca kecuali ketika sudah sampai di ujung lorong ada sebuah belokan yang menuju ke arah kamar mandi.

"Honey? Bukankah itu Davin? Apakah di sana ada masalah?" Tanya Esther yang masih memperhatikan.

"Di sana ada Jenna juga sayang. Ada apa sebenarnya? Aku akan ke sana." Sahut Devian.

"Aku ikut." Esther pun berjalan beriringan dengan Devian menuju lorong yang dimaksud.

"Ada apa ini?" Ucap Devian tepat berdiri di belakang tubuh Davin.

Davin dan Jenna yang berdiri memunggungi Devian pun sontak terkejut dan langsung berbalik.

"Hanya masalah kecil." Jawab Davin.

"Davin ada apa sebenarnya? kau seperti sedang memergoki seseorang yang sedang berselingkuh." Tanya Esther yang sebenarnya mulai menyadari apa inti dari permasalahan dan ia sengaja memancingnya.

"Ya memang benar kak. Aku sedang memergoki tunanganku berciuman dengan seorang pria yang jelas-jelas dia adalah sahabatku." Jawab Davin dengan dingin dan tatapan yang menusuk ke arah Sienna.

"Oh God.." Lirih Esther sembari menutup mulutnya dengan tangan.

"Honey sepertinya Davin bisa menyelesaikan ini. Ayo kita kembali ke taman." Ucap Devian menggandeng tangan Esther.

Sebenarnya Esther tahu siapa pria yang berdiri  bersebelahan dengan Sienna di kamar mandi tadi. Ia adalah pria berambut keriting yang kemarin berada di restoran bersama Sienna. Esther hanya tak menyangka bahwa pria itu adalah sahabat Davin.
Esther dan Devian pun kembali menuju taman dan sejenak menikmati wine nya sebelum mereka kembali ke kamar untuk memanaskan kembali ranjang mereka.

"Guys selamat menikmati pestanya, aku dan istriku akan memanaskan ranjang untuk memproduksi kembali the next Carrington junior." Teriak Devian dan disambut dengan tawa oleh semua dan pukulan di bahu Devian oleh Esther.

Devian dan Esther berjalan memasuki mansion, saat berada di dalam Devian mengangkat Esther dan membawanya menuju kamar tanpa melepaskan ciuman mereka.

Kaki jenjang Esther ia lingkarkan di pinggang Devian serta kedua tangannya ia kalungkan di leher Devian. Saat sampai di dalam kamar Esther membuka gaunnya dengan cepat beserta dengan pakaian dalamnya, kini tubuh polosnya sudah tak terhalang apapun. Esther langsung membantu Devian untuk melepaskan kancing kemejanya.

Esther mendorong tubuh Devian sehingga Devian terduduk di atas ranjang. Esther pun duduk di atas pangkuan Devian. Ia menggerakkan bokongnya perlahan di atas paha Devian dan membuat kejantanannya mengeras seketika.

Esther tersenyum nakal lalu menciumi leher dan dada Devian dengan gerakan menurun dan slow motion. Perlahan tapi pasti. Ciuman itu semakin lama semakin turun hingga ke arah perut six pack milik Devian. Devian menyimpan jari-jarinya di antara sela sela rambut Esther.

Dan kini, tubuh Esther sudah berlutut di depan Devian. Perlahan Esther membuka resleting celana Devian dan dengan berani ia mengeluarkan sesuatu milik Devian yang sudah sangat mengeras dan mengulumnya dengan mulutnya.

"Aaahhhh honey..." Desah Devian sembari kedua tangannya memegang kepala Esther.

Esther memainkannya dengan sangat lihai dan pro.

"Aku suka jika kau menjadi wanita liar saat bersamaku honey." Ucap Devian dengan tersenggal-senggal karena desahan nafasnya kini sudah mulai di atas rata-rata.

Devian sudah tidak tahan. Akhirnya ia menarik tubuh Esther dan mendorongnya agar berbaring di atas ranjang. Dengan pasrah Esther telentang dalam keadaan telanjang dan dua gundukan dadanya terlihat dengan sangat jelas. Tapi sayang, dua gundukan itu tidak bisa di jamah oleh Devian karena saat ini hak kepemilikannya sudah direbut oleh sang putra tersayang, Damian.

Devian menelusuri tubuh polos Esther dengan ciuman. Semakin lama ciuman itu bemuara di area bawah yaitu area yang paling sensitif karena sebagai titik pusat kenikmatan. Esther mengangkat kakinya dan bertumpu di tubuh Devian yang sedang membungkuk.

Tubuh Esther menggeliat dan  "Aahhhhh.." Sebuah desahan pun keluar dari mulut Esther dengan tangan yang mencengkram rambut Devian.

Devian pun mulai memasuki inti dari kegiatan tersebut. Devian dan Esther bergerak bersama sesuai dengan ritmenya. Mereka melakukannya cukup lama hingga selesai dalam tiga ronde.

"Ini adalah hadiah ulang tahun terbaik sepanjang masa honey." Ucap Devian.

"I love you.." Sahut Esther.

"I love you more."

*

*

Sepuluh tahun kemudian..

"Mooomm.." Teriak Emily sambil berlari dari arah taman.

"Yaaaaa sayaaanggg." Jawab Esther dari arah dapur di dalam.

"Apakah Kak Damian anak Mommy dan Daddy? Mengapa dia tidak seperti kalian? Apakah dia anak pungut?" Tanya Emily dengan kesal.

"Hei yang anak pungut itu kau, Emi. Bukan aku. Lihat saja, tingkah mu bar bar seperti itu. Mommy bahkan sangat anggun dan cantik. Kau  malah seperti preman." Sahut Damian yang menyusul masuk ke arah dapur.

"Kau tidak bercermin kak? Perlukah aku membelikan cermin untukmu?" Jawab Emily dengan kesal.

"Untuk apa? Aku sudah cukup tampan. Tak perlu bercermin lagi karena wajahku sudah diciptakan dengan sangat sempurna wahai anak pungut." Ucap Damian dengan sangat tengil.

"Kakak yang anak pungut!" Jawab Emily.

"Kau!"

"Kauu!!!"

"Cukup! Kalian berdua anak pungutku. Sudah lah hentikan perdebatan tak penting ini." Ucap  Esther yang sudah sangat kewalahan menangani kedua anaknya itu.

"Whaatt??!!" Teriak Damian dan Emily secara bersamaan.

Devian yang sedang bermain dengan Eleanor di ruang tengah hanya terkekeh geli tanpa berkomentar apapun. Ia sudah sangat terbiasa dengan berbagai macam teriakan dari kedua anak tengilnya.

"Honey, lihatlah mereka. Aku benar-benar bingung bagaimana menanganinya." Ucap Esther yang sudah meninggalkan Damian dan Emily ke ruang tengah.

"Biarkan saja mereka. Apa perlu kita pisahkan sementara agar mereka merasakan saling merindukan?" Tanya Devian lalu mengecup bibir Esther yang rasanya masih sama.

"No. Mansion ini akan sangat sepi nanti. Aku akui aku memang pusing dan naik darah jika mereka bertengkar. Tapi jika tak ada mereka, aku akan sangat kesepian." Jawab Esther.

"Ya honey, kau benar. Aku pun sama sepertimu." Sahut Devian.

"Aku yakin, meskipun mereka selalu bertengkar tapi sebenarnya mereka saling menyayangi." Ucap Esther.

Ya Damian dan Emily memang selalu saja bertengkar. Setiap hari selalu seperti itu. Mansion Devian tidak pernah sepi karena pasti selalu saja ada pertengkaran antara Damian dan Emily. Damian kini sudah berusia sepuluh tahun. Ia memiliki dua adik perempuan, yaitu Emily berusia delapan tahun dan Eleanor yang baru berusia empat tahun.

Damian dan Emily selalu saja bertengkar disetiap ada waktu. Damian yang selalu tengil dan jahil, lalu Emily yang kesabarannya hanya setipis tisu selalu dibuat naik darah oleh kelakuan kakak laki-laki satu-satunya itu.

Esther sangat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Akhirnya ia benar-benar keluar dari zona kemiskinan dan memiliki keluarga yang harmonis dan penuh cinta.

TAMAT..



Akhirnyaa Devian dan Esther ku buat tamat aja yaa guys. Kalo kepanjangan takutnya ntar jalan ceritanya malah ngalor ngidul nggak jelas.
Nantikan novel selanjutnyaa yaa. Menceritakan kisah cinta Davin sang idola para wanita. Yang sudah mampir ke novel ini kasih tanda berupa like komen dan vote serta follow yaaaa
Love  u all ❤❤❤❤

DEVIAN & ESTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang