Part 35

353 3 0
                                    

Devian berjalan dengan tergesa sambil merangkul tubuh Esther menuju sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari lokasi gudang tersebut.

"Apa si bajingan itu melukaimu?" Tanya Devian dengan sangat khawatir sambil menangkup wajah Esther dan memperhatikan sekitaran wajah dan sekujur tubuh Esther. Esther hanya merunduk sambil menggeleng pelan. Punggungnya bergetar hebat.

"Hey.. hey look at me. Why are you crying, wife?" Devian mengangkat dagu Esther agar ia bisa menatap matanya.

Esther hanya diam kemudian tangisnya semakin hebat. Ditariknya Esther ke dalam pelukan Devian. Devian mengusap pelan punggung Esther berusaha mencoba untuk menanangkan.

"Sstt.... Tenanglah sayang."

"A-aku takut.." Kini Esther bersuara meski terdengar sedikit bergetar.
"Apa yang kau takutkan?"

"Ku kira kau tertembak, ku kira kau akan mati, ku kira kau akan.."

"Ssttt.. I'am oke, look?" Devian mengurai pelukannya dan menunjukkan tubuhnya yang masih dalam keadaan baik meskipun ada beberapa memar di wajahnya.

Sepertinya ia cukup kuat menahan rasa sakit dari setiap pukulan yang diberikan oleh Ricky. Saat Esther menatap wajah Devian, tangisnya kembali pecah dan langsung membenamkan wajahnya di dada bidang Devian.

"Sudahlah, aku baik-baik saja.." Devian memeluk Esther dengan sangat erat.

"Bagaimana dengan anak kita?" Tanya Devian.

"Di-dia kuat, dia bayi yang sangat ku-kuat." Jawab Esther dengan sesenggukkan.

"Apa kau sesedih itu sayang?" Devian berusaha menggoda.

"What?! Of course! Kau pikir aku tidak khawatir?!" Pekik Esther kesal.

Devian tersenyum, ia masih saja sempat untuk menggoda Esther.

"Baiklah, kita pulang sekarang.." Devian dan Esther memasuki mobil tersebut.

Sebelum Devian menutup pintu mobilnya, ia sempat menoleh ke belakang. Melihat seorang Rachel yang sedang sibuk entah menyiapkan apa. Devian hanya tersenyum simpul kemudian ia segera menutup pintu mobilnya.
Mobil melaju dengan sangat cepat menuju ke mansion Devian dengan diikuti beberapa mobil pengawal di belakangnya.

Esther bersandar di dada bidang Devian dan mencoba untuk memejamkan matanya. Devian yang menyadari akan hal itu segera mengelus pelan rambut Esther lalu mencium puncak kepalanya. Ia bersyukur, Ricky tidak melukai wanitanya. Tapi yang masih menjadi pertanyaan Devian adalah, kenapa setelah menghilang satu bulan lamanya, Rachel kembali dengan sikap yang lebih tenang. Bahkan bisa dikatakan Rachel berubah. Dia tidak terlihat membahayakan. Sepanjang perjalanan kembali ke rumah, Devian terus memikirkan hal tersebut.

"Hai, Dev. Kau terlihat sangat mm.." Ben berdiri dari duduknya. Ia sudah berada di kediaman Devian sejak tiga puluh menit yang lalu. Devian meminta Ben untuk memeriksakan keadaan istrinya saat ia sudah berada di rumahnya.

"Kacau..?" Potong Devian.

"Haai Ben..."Esther memeluk Ben, ia tersenyum dan membalas pelukan Esther.

"Sejak kapan kalian sedekat ini?" Devian bertanya dengan nada curiga.

"Haruskah aku menceritakan padamu?" Jawab Esther. "Sudahlah, Ben bukankah kau akan memeriksa keadaanku?"

"Ah yaa betul.." Jawab Ben.

Esther berjalan mendahului kedua pria yang masih saling bertatapan. Seperti biasa, Devian memberikan tatapan membunuhnya kepada pria yang berani menggoda bahkan menyentuh istrinya. Ben hanya tertawa kecil menanggapi tingkah laku Devian.

DEVIAN & ESTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang