Part 36

252 2 0
                                    


Ketukan sepasang stiletto berwarna hitam terdengar begitu nyaring di sebuah lorong rumah sakit. Wanita dengan rambut yang terurai panjang dan bergelombang berjalan dengan santainya sambil sesekali mengibaskan rambut indahnya. Wangi parfum dengan aroma yang sangat kuat menyeruak memenuhi seluruh atmosfer.

Perlahan wanita itu membuka kenop pintu dan masuk ke dalam sebuah ruangan yang cukup besar dan berwarna putih. Aroma khas dari obat-obatan mulai tercium menusuk hidung. Wanita itu menyimpan tasnya di atas sebuah nakas di samping ranjang, kemudian ia duduk di sebuah kursi yang sudah disediakan sebelumnya.

"Aku tahu kau tidak tidur. Bangunlah!" Rachel sedikit menepuk pipi Ricky. Ricky yang saat itu enggan membuka kelopak matanya, dengan sangat terpaksa ia membukanya.

"Bagaimana kau tahu aku tidak tidur?" Tanya Ricky dengan kesal.

"Kau lupa kau sedang berhadapan dengan siapa? Kau ingin membohongiku? Sia-sia usahamu itu!" Jawab Rachel sambil ia menatap kuku- kuku cantiknya yang tadi ia cat dengan warna nude.

"Ya, aku sedang berhadapan dengan si ratu bohong." Ricky menimpali dengan malas.

"Good. Oh ya, tadi aku bertemu dengan Esther dan Devian."

Seketika mata Ricky membola setelah mendengar pernyataan dari Rachel. Ekspresinya seperti ketakutan dan khawatir.

"Tenang saja, aku tidak melakukan apapun terhadap wanita pujaanmu itu."

Dengan cepat Ricky mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih tenang. Hembusan nafas lega pun sampai terdengar di telinga Rachel dan membuatnya tertawa mengejek.

"Kau sangat takut aku akan menyakitinya hah?"

"Jelas aku takut, kau bukan wanita biasa, Chel. Aku tahu siapa kau."

"Cih.. kau tahu siapa aku? Lalu kenapa kau coba-coba mencelakai Devian, hah? Kau tahu akan berhadapan dengan siapa, seharusnya kau lebih berhati-hati bodoh! Tak salah aku menembakmu."

"Ya ya ya sudahlah aku malas membahasnya. Ada apa kau datang kemari?" Ricky mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Aku ingin menentukan tanggal pernikahan kita." Jawab Rachel to the point.

"APA?! Secepat itu??!"

"APA?!! Kau ingin menunggu perut ini semakin membesar hah??!!" Rachel membalas dengan suara tak kalah nyaring.

Ricky hanya menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bagian bawahnya.

"Tapi Chel. Kenapa kau sangat yakin jika itu memang anakku?"

"Apa aku perlu menjelaskannya? Kalaupun anak ini bukan anakmu, lalu kau tidak menikah denganku, kau tetap saja tidak bisa menikah dengan Esther, sialan."

"Tidak, bukan itu maksudku. Aku tahu sebelumnya kau pun pernah melakukan ini bersama pria lain. Tapi, bagaimana bisa kau yakin bahwa itu adalah anakku?"

"Kau ini..." Rachel mengangkat tangan kanannya, ia sudah siap untuk memukul Ricky namun ia segera mengurungkan niatnya saat Rachel melihat Ricky yang memejamkan matanya karena ketakutan.

Rachel tertawa kecil. Tapi di detik berikutnya, saat Ricky menyadari bahwa Rachel mengurungkan niatnya untuk memukulnya, Rachel segera mengubah ekspresi wajahnya kembali seperti awal. Kembali menjadi Rachel yang selalu berbicara kasar saat bersama Ricky, kembali menjadi Rachel yang selalu memasang ekspresi kesal saat bersama Ricky.

"Baiklah, aku memang sempat melakukan itu sebelumnya. Tetapi itu sudah beberapa tahun yang lalu dan aku tidak pernah melakukannya lagi. Hingga akhirnya kau datang menerkam ku dan dengan bodohnya menanamkam benih di dalam perutku ini!" Rachel menjelaskan dengan nada kesal.

Ricky yang mendengar akan hal itu tersenyum mengejek.

"Kenapa kau tersenyum sialan?!"

"What? Who? Me?"

DEVIAN & ESTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang