Part 6

44.5K 1.6K 18
                                    

Devian telah menyelesaikan meeting bersama bawahannya. Tepat jam sepuluh malam. Ia tidak langsung pulang ke rumah, ia berencana untuk pergi ke klub terlebih dahulu.

"Aaahh Devian!!!!" wanita-wanita seksi berhamburan mendekat, bergelayut manja di lengan Devian. Devian tidak menanggapi. Ia memasuki ruang VVIP yang sudah di pesan sebelumnya.

"Oke girls, biarkan Devian sendiri.sepertinya dia sedang tidak mood hari ini." Davin berusaha menyelamatkan kakaknya.

"Aku begitu merindukan kakak mu ini Davin. Sudah seabad dia tidak kemari. Rasanya klub ini hambar tanpa ada dia." kata salah seorang perempuan yang berdiri di samping Devian dan bergelayut di lengan kekarnya.

"Kau berlebihan. Sudah kalian keluar terlebih dahulu, aku ingin berbicara dengan Davin." Devian menggerakkan tangannya mengisyaratkan mereka untuk pergi.

Devian dan Davin memang sudah seperti butiran gula diantara semut-semut. Hidup mereka selalu dikelilingi wanita cantik dan seksi. Devian dan Davin sudah terbiasa akan hal itu. Hanya saja mereka tidak sembarangan memilih wanita untuk diajak bercinta. Mereka yang menentukan siapa yang boleh bercinta dengannya.

"Huh, aku benci padamu Devian." Para wanita itu berbondong-bondong keluar meninggalkan dua insan tampan tanpa wanita satu pun.

"Kenapa?" Tanya Davin sambil meminum winston cocktailnya.

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin kemari." Devian mengeluarkan satu bungkus rokok lalu ia bakar dan perlahan menghisapnya.

"Jadi kau sebenarnya berbohong pada mereka?"

Devian hanya mengedikkan bahunya.

"Kau merokok? Tidak biasanya. Kau memang tidak menceritakan apapun kepadaku. Tapi, aku tahu." Davin tersenyum mencela.

"Bagaimana kau tahu?" Devian terus menghisap rokoknya.

"Oh come on. i'm your brother. Aku sudah bersamamu sejak aku lahir. Apa kau lupa? Apa kau memang tidak menganggapku? Kau tidak pernah merokok, kecuali jika kau memang sedang memikirkan suatu hal." Davin terus berceloteh.

"Oke oke. Aku bukan tak ingin membicarakannya. Mungkin nanti." Devian menuangkan winston cocktail lalu meminumnya.

*****

Esther berkeliling di dalam mansion yang akan ia tempati beberapa waktu. Ya, itu adalah mansion Devian. 

Selera Devian dan Esther sepertinya sangat berbeda. Devian cenderung lebih menyukai sesuatu yang mewah dan glamour. Terbukti, bahwa semua pakaian yang disediakan oleh Devian adalah pakaian kelas atas dan tentunya bermerek. Sedangkan Esther menyukai sesuatu hal yang tidak terlalu menonjol asalkan bersih.

Sembari menunggu Devian pulang, ia mengitari beberapa ruangan di lantai dua yang dekat dengan kamarnya. Ia menemukan sebuah perpustakaan kecil. Di dalamnya banyak sekali buku-buku. Mulai dari sejarah, novel, komik, fisika, kimia, bisnis dan masih banyak lagi.

Ia tertarik dengan salah satu novel karya Leo Tolstoy dengan judul Anna Karenina. Novel ini menceritakan tentang kisah cinta Anna Karenina dan Count Vronskii. Meskipun Anna adalah wanita yang sudah menikah tapi dia masih jatuh cinta dengan Count. Yang ingin dia dapatkan adalah cerai dari suaminya. Akhirnya, Anna memutuskan untuk pergi dari kehidupan pernikahan dan ketika dia melakukannya, dia mendapat paranoid kehilangan suaminya.

Ia duduk di salah satu sofa yang sengaja disediakan di ruangan tersebut. Sofa nya lumayan besar, cukup untuk dua orang yang berbaring sekalipun. Ia asik membaca selama beberapa jam, hingga akhirnya kantuknya datang menghampiri, dan ia tertidur dengan wajah yang merunduk dan terhalang oleh beberapa rambutnya. Novelnya masih ia pegang di tangan kanan nya.

DEVIAN & ESTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang