Part 18 (21++)

41.1K 1.1K 4
                                    

Esther menatap pantulan dirinya di cermin. Ia masih menggunakan gaun pengantinnya. Ia merasa tidak percaya atas pernikahannya dengan Devian. Ia tersenyum. 

Ia sudah lebih dulu masuk ke kamar, karena ia benar-benar merasa lelah. Sedangkan Devian masih di taman tempat pesta pernikahannya di adakan. Ia berdiri dari tempat duduknya lalu mencoba membuka gaun tersebut. Lengannya ia arahkan ke belakang, ia mencoba menggapai resleting di punggungnya.

"Aaargghhh!!!!" Esther berteriak frustasi karena ia tidak bisa menjangkaunya. Devian yang baru saja membuka pintu kamarnya memutuskan untuk berdiri di ambang pintu lalu menyandarkan dirinya. Menyilangkan tangan di depan dadanya, menyaksikan isterinya yang sedang kesulitan. Ia tertawa kecil.

Esther yang sedang sibuk dengan kegiatannya sekilas membalikkan badannya dengan tangan yang masih mencoba menggapai resleting tersebut.

"Kenapa tertawa? Bukannya membantuku, huh!" Esther menggerutu.

Devian berjalan dengan tatapan yang terus mengarah pada wanita di hadapannya.

DUK

"Awww!!!!  Aww!!! Fuck!! Aahh shit!.." Devian mengumpat tiada henti.

"Dev!" Esther yang sedang memunggungi pria itu seketika membalikkan tubuhnya. Ia berjalan agak kesulitan akibat gaun yang masih menempel di tubuhnya.

"Aahh kaki ku.." Devian mengerang kesakitan. Kakinya terbentur ujung ranjang.

"Lain kali gunakan mata dan kaki mu dengan baik. Buat mereka bekerja sama!" Esther membungkuk dihadapan Devian yang sudah terduduk di ujung ranjang.Esther membuka sepatu yang masih terpasang di kaki Devian, melepas kaus kakinya lalu Esther memeriksa kaki Devian."Untung saja sepatumu ini tahan benturan."

"Ini semua karena dirimu, Esther." Devian memandang Esther tanpa ekspresi.

"Aku? Kenapa aku?" Esther menengadahkan wajahnya.

"Iya, kenapa kau begitu cantik dan.. astaga. Auramu seketika naik dengan drastis setelah menjadi isteriku." Devian menarik Esther ke pangkuannya.

"Bukan kah aku memang sudah cantik?" Esther mengalungkan lengannya di leher Devian.

"Iya, tiada duanya." Devian mencium hidung Esther.

"Dev, bisa tolong aku. Buka kan resleting ini. Aku tidak bisa menjangkaunya."

"Siap Mrs. Carrington. Balikkan badanmu." Esther membalikkan tubuhnya dengan posisi masih terduduk di pangkuan Devian. Devian menurunkan resletingnya. Perlahan punggung sehalus sutera itu terlihat.

Devian tidak bisa menahannya. Ia ingin segera menghujani punggung itu dengan ciuman.

'Sial, kenapa resletingnya panjang sekali'

"Sayang.." Esther memanggilnya dengan suara yang sedikit di buat-buat.

"Esther, Bisa kah kita melakukannya sekarang?" Devian menciumi punggung telanjang Esther. Esther menggeliatkan tubuhnya.

"Dev, geli." Esther terus menggeliatkan tubuh. Ia segera membalikkan tubuhnya, menghadap Devian. Esther menyingkirkan beberapa rambut yang menutupi mata Devian. Ia menatap lekat manik abu itu. Devian terbuai dengan tatapan Esther. Devian mendekatkan wajahnya, ia ingin segera mendaratkan ciuman di bibir milik Esther. Esther diam, ia tersenyum nakal.

Devian mendekat dan terus mendekat. " Hmmpphhh....!" belum sempat bibir itu saling bersentuhan, Esther sudah membekap mulut Devian dengan tangannya.

"Jangan sekarang Devian. Aku ingin mandi." Esther bangkit dari duduknya.

DEVIAN & ESTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang