Part 12

42.9K 1.4K 9
                                    

Drrrtttt

Drrrtttt

"Ya, Vin.." Devian yang sedang memeluk Esther merasa terganggu dengan getar di telponnya itu.

"Kau tidak sendirikan?" Suara di sebrang sana mulai terdengar.

"Apa urusannya denganmu huh?" Jawab Devian dengan ketus.

"Wanita mana? Clarissa? Taylor? Raina?" tampak Davin mengabsen semua wanita yang pernah berhubungan dengan Devian.

Devian menoleh ke samping kiri. Melihat wanitanya yang sedang asyik memainkan ponselnya.

"Esther."

"APA?" Davin memekik hingga Devian harus menjauhkan ponsel dari telinganya. Esther hanya menoleh ke arah Devian karena mendengar pria itu menyebutkan namanya lalu ia kembali sibuk dengan aktivitasnya.

"Astaga aku hampir lupa jika ternyata kau sekarang sudah memiliki kekasih." Davin terkekeh.

Devian mengecup tangan kanan wanitanya yang sejak tadi ia genggam.

"Sudahlah, sebentar lagi aku akan sampai."

"Baiklah, ku tunggu di lobby." Tawa Davin masih terdengar hingga Devian memutuskan untuk mengakhiri perbincangannnya.

Edison membantu membukakan pintu mobilnya. Lalu Devian membantu Esther keluar dari mobil.

"Hati-hati." Devian menyalurkan tangannya lalu di raih oleh Esther. Mereka berjalan beriringan menuju lobby.

Dari awal mereka turun dari mobil, sebuah karpet merah sudah terhampar hingga ke tangga lobby. Kilatan blitz mulai bermunculan saat pasangan itu berjalan diatas karpet merah. Tampak para wartawan yang keheranan dengan Devian dan wanita di sampingnya. Ini adalah kali pertama Devian membawa wanita ke sebuah acara besar dan mewah.

Tamu undangan pun tidak sembarangan. Mereka hanya dari kalangan pejabat yang bekerja sama, lalu para artis yang berada di naungan perusahaan Davin.

"Tuan Devian, siapakah wanita yang bersamamu?" Seorang wartawan menyodorkan sebuah alat rekaman.

"Tuan Devian apa dia kekasihmu?" Pertanyaan pertama belum sempat dijawab oleh Devian namun wartawan disampingnya sudah menimpali dengan pertanyaan lain.

Esther mengeratkan genggamannya. Ia baru pertama kali menghadiri acara super mewah seperti ini. Dan berhadapan langsung dengan banyak wartawan.

"Aku takut." Esther setengah berbisik.

"Tenanglah sayang, mereka hanya wartawan yang ingin memotret wanita cantik dan pria tampan sepertiku." Devian tersenyum singkat.

"Dan ingin mengetahui siapa aku." timbal Esther.

"Haruskah ku jawab sayang?"

"Terserah kau saja. Yang penting kau harus segera membawaku lari dari sini. Aku benar-benar tidak nyaman." Esther terus mengeratkan genggamannya.

"Ya dia kekasihku." Jawab Devian sambil tersenyum kepada salah satu wartawan. Devian memeluk pinggulnya menandakan bahwa wanita itu benar-benar miliknya. Hanya tiga kata, namun jawaban itu benar-benar memuaskan.

Esther merasakan seperti ada kembang api yang menyala dalam hatinya. Ia ingin segera melompat dan berteriak.

'OH MY GOD!'

Devian segera berjalan beriringan dengan Esther. Meninggalkan para wartawan yang masih ingin bertanya mengenai Esther. Ia melangkah dengan cepat membawa Esther untuk menemui Davin.

DEVIAN & ESTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang