Malam harinya saat semua orang tertidur, Jisoo tiba-tiba merasakan perutnya mulas. Setiap lima menit sekali rasa sakitnya semakin intens. Jisoo berpikir ini adalah waktunya untuk melahirkan. Karena pergerakan grasak-grusuk dan lirihan Jisoo, mereka bertiga terbangun.
"Kenapa Jisoo-ya"
"Tidak tau. Perutku rasanya sangat mulas"
"Kau akan melahirkan" pekik Yejin. Sedangkan Minyoung sudah menggedor-gedor pintu untuk memanggil petugas.
"Cogiyo, ada yang mau melahirkan tolong panggilkan dokter" teriak Minyoung.
Dua petugas datang gara-gara teriakan Minyoung. Bergegas memanggil dokter tetapi semua dokter di rumah sakit menolak untuk datang. Alhasil Jisoo melahirkan bayinya dibantu oleh teman-teman satu selnya.
Minyoung membantu melepas celana Jisoo, Yejin meletakkan alas kain dibawah pantatnya sementara Sohee yang menggantikan tugas dokter.
"Jisoo-ya ambil napas dalam-dalam lalu hembuskan dan mengejanlah dengan kuat" aba-aba Sohee dibawah kaki Jisoo.
Peluh keringat membanjiri wajahnya. Dua wanita lain ikut deg-degan menyaksikan proses persalinan. Jisoo masih berjuang. Beberapa kali mengejan, kepala bayinya tak kunjung keluar. Jisoo hampir pingsan jika saja Minyoung tidak menepuk pipinya.
"Ayo dorong kuat dengan sisa tenagamu" ucap Sohee melihat Jisoo dan jalan lahir bergantian.
Minyoung dan Yejin menggenggam tangan Jisoo masing-masing disisi kiri dan kanan serta memberikan dukungan. Akhirnya, sepuluh menit berlalu, bayi Jisoo lahir selamat ke dunia.
Oeekk...Oeekk...Oeekk
"Bayimu perempuan Ji" ucap Sohee meletakkan si bayi di dada Jisoo setelah menggunting tali pusarnya. Tiga menit usai bayinya lahir, perutnya kontraksi lagi.
"Akhh"
"Mwo, apa bayinya kembar" bingung Yejin menatap Minyoung dan Sohee.
Sohee memeriksanya dan dia melihat kepala bayi dijalan lahir.
"Majayo, bayinya kembar. Ayo Ji, biasanya bayi kedua ini tidak sulit untuk dikeluarkan" ucapnya dan Jisoo kembali mengambil napas panjang dan mengejan lagi.
Selain keringat, air mata ikut menyatu diwajahnya. Tidak pernah menduga bahwa dia akan melahirkan bayi kembar. Seperti ucapan Sohee, hanya perlu dua kali ejanan, bayi keduanya lahir dengan selamat.
"Perempuan lagi. Selamat Ji. Bayi-bayimu sehat dan cantik seperti Eommanya" ujar Sohee.
"Gomawo Unnie" lirih Jisoo lemas.
Minyoung dan Yejin berbagi tugas membersihkan bayi-bayi Jisoo sementara Sohee membersihkan plasenta dan darah Jisoo dilantai. Jisoo merasa tidak enak hati telah merepotkan mereka ditengah malam.
"Ini silahkan susui bayimu" kata Minyoung meletakkan bayi pertama dilengan kanan Jisoo dan yang kedua dilengan kiri.
"Gomawo Unnie. Maaf merepotkan kalian"
"Anniya. Santai saja. Kami sudah menganggapmu seperti adik sendiri" kata Sohee.
"Kamu sudah menyiapkan nama untuk mereka" Yejin bertanya. Tangan mungil bayi Jisoo ia usap lembut.
"Ne, Ahn Chae,- ah Anni maksudku Kim Chaeyoung dan Kim Lisa" buru-buru Jisoo memperbaiki kalimatnya.
Ia tidak berhak menggunakan marga Bohyun meski mereka adalah anaknya. Jisoo akan memakai marganya untuk si kembar.
"Mana Chaeyoung dan mana Lisa?"
"Chaeyoung kakaknya dan Lisa adiknya" ujar Jisoo mengecup kening anak-anaknya penuh sayang.
"Unnie tidurlah, maaf mengganggu waktu istirahat kalian"
"Haish sudahlah. Berhentilah bersikap tidak enakan Jisoo" omel Minyoung. Bosan mendengar kata maaf dari Jisoo. Jisoo tersenyum getir. Meski pelaku kriminal, mereka memiliki hati yang lembut.
Sementara mereka tidur kembali, rasa kantuk Jisoo mendadak hilang saking bahagianya atas kelahiran bayi kembarnya.
"Jennie Unnie pasti sangat senang bertemu kalian besok" ucap Jisoo berbisik. Dia juga sangat merindukan si sulungnya setelah lima bulan menolak bertemu.
Setidaknya malam ini Jisoo memiliki waktu beberapa jam lagi sebelum berpisah sama si kembar. Anak-anaknya tidak mungkin tumbuh dilingkungan kriminal. Saat ini Jisoo hanya bisa mempercayai Jennie untuk merawat si kembar.
Esok harinya Jennie datang bersama kepala maid mansion Ahn. Anak itu masih memakai seragam sekolah. Jennie langsung memeluk erat ibunya dan melupakan sakit hatinya kemarin.
"Sayang bagaimana kabarmu hum, kenapa anak Eomma makin kurus" lirih Jisoo.
"Aku rindu Eomma" cicit Jennie kembali memeluk tubuh Jisoo.
"Loh, ini kenapa kok badannya memar-memar nak"
"Non Jennie,-" Jennie memegang lengan bibi Seo.
Bibi Seo mengangguk paham ketika melihat tatapan tak terbaca itu. Jennie tidak mau Jisoo tau soal ia dipukuli Bohyun dan Nara.
"Aku jatuh dari sepeda" bohong Jennie setelah sempat membuat Jisoo curiga.
"Yaampun, lain kali hati-hati nak. Lihat ini banyak banget memarnya"
"Luka dikit kok. Tidak perlu khawatir Eomma" bujuk Jennie dengan nada mendayu membuat Jisoo menghela napas.
"Eomma punya kejutan untuk Nini"
"Oh ya, apa itu?" Seru Jennie antusias.
Minyoung dan Yejin masuk membawa dua orang bayi mungil. Jennie tertegun di tempat. Apa mereka adalah adik bayinya.
"Eomma, itu adik Nini kan?"
"Iya dong. Adik Nini kembar, jadi ada dua" jelas Jisoo. Mata Jennie berbinar-binar. Jisoo mengambil alih tubuh bayi-bayinya.
"Sini cium dedeknya" dengan mata berkaca-kaca Jennie bersimpuh mendaratkan kecupan manis di masing-masing dahi sang adik.
"Nini senang?" Jennie mengangguk cepat.
"Terimakasih Eomma" ucapnya penuh syukur mencium pipi kanan dan kiri Jisoo.
"Aigoo sama-sama sayang"
"Namanya siapa Eomma"
"Yang ini Kim Chaeyoung dan ini Kim Lisa" Jisoo menunjuk bayinya saat mengatakan namanya.
"Mukanya mirip, Nini susah membedakannya" ucapan polos Jennie tersebut lantas disambut gelak tawa oleh para wanita dewasa itu.
"Namanya aja kembar nak. Nanti kamu bisa membedakannya sendiri" ujar Jisoo.
"Bibi Seo"
"Ne nyonya" bibi Seo mendekat pada Jisoo.
"Tolong jaga anak-anakku selama disana. Hanya bibi yang bisa ku percaya"
"Baik nyonya. Saya akan menjaga mereka sepenuh hati" ujarnya. Jisoo dapat melihat ketulusan dimata bibi Seo saat mengatakan itu.
"Nini, sekarang Nini yang tertua jadi Nini harus menjaga adik-adiknya eoh" Jennie mengangguk. Jisoo sebenarnya tidak tega memberikan beban berat dipundak putrinya. Jennie sendiri masih kecil dan butuh perhatian.
"Ne Eomma, Nini janji"
"Maafin Eomma ya. Nini seharusnya tidak menanggung ini" lirih Jisoo meneteskan air mata segera dipeluk oleh Jennie dari samping.
"Anniya. Eomma tidak salah kenapa harus minta maaf" Jennie jadi ikut menangis. Karena tak diizinkan lama-lama, Jennie pulang bersama bibi Seo dan adik kembarnya.
"Jangan pernah datang lagi setelah ini eoh"
"Kok gitu sih Eomma" lirih jennie hendak menangis.
"Jika Nini kesini adik-adiknya sama siapa hum"
"Kan ada bibi Seo"
"Bibinya kan bekerja nak. Dengar, kalau Nini rindu Eomma Nini peluk saja boneka beruang yang Eomma kasih eoh. Anggap itu adalah Eomma hum" dengan berat hati, Jennie mengangguk.
"Aigoo, pintarnya anakku" gemas Jisoo mencium seluruh wajah Jennie.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Day ✓
FanfictionSetelah hari itu, malam festival yang seharusnya dipenuhi tawa bahagia berubah menjadi malapetaka dalam sekejap. - BLACKPINK -