Butuh waktu berbulan-bulan untuk Suho membuka cabang baru di Seoul. Ia harus memikirkan banyak hal mengenai inovasi baru yang belum ada dibuat oleh restoran manapun. Suho mendirikan restoran dengan makanan western disana. Ia lihat, penggemar makanan barat amat digemari dibanding makanan Korea. Suho mengajak si kembar untuk datang ke peresmian restoran baru mereka. Jisoo ia suruh tinggal di rumah sebab wanita itu habis mual-mual akibat hormon kehamilannya.
Pemotongan pita selesai. Restoran baru Suho resmi di buka. Pelanggan berbondong-bondong masuk sebab penasaran dengan interiornya. Gaya khas ala eropa kuno yang Suho padukan dengan budaya Korea membuatnya jadi menarik dan unik. Belum sampai satu jam, orang-orang mengantri untuk makan disana.
"Restorannya baru buka kok udah serame itu. Apa nggak kita coba juga buat bikin restoran"
"Modalnya darimana Nara. Uangku habis setiap bulannya selalu kau kuras" ucap Bohyun membuat Nara mendengus.
"Ayahmu itu pelit banget sama anak sendiri" ketus Nara. Bohyun bergeming. Matanya melihat sosok tak lagi asing baginya.
"Kenapa mereka disini?" gumaman Bohyun itu lantas menarik atensi Nara untuk mengikuti sorot matanya. Ada si kembar bersama pria tampan bertubuh kekar ditengah-tengah mereka yang ia yakini adalah si pemilik restoran.
"Kelihatannya mereka dekat" timpal Nara. Bohyun masuk ke dalam untuk memastikan siapa pria yang bersama anaknya.
Chaelisa menyadari kehadiran Bohyun. Senyum dibibir mereka seketika hilang berganti takut. Anak-anak itu lantas sembunyi dibalik badan Suho.
"Ada apa nak, kenapa takut?" tanya Suho kebingungan.
"Maaf, apa hubunganmu dengan anak-anak ini" tanya Bohyun tanpa basa-basi.
"Mereka anak-anakku, kamu sendiri siapa?" Mendengar Suho mengatakan kalau si kembar anaknya. Bohyun membeku. Apa itu artinya Jisoo menikah lagi dengan pria ini.
"Appa, ayo pulang" Lisa menarik-narik blazer sang ayah. Mereka ketakutan melihat Bohyun berdiri dihadapannya.
"Sebentar ya. Appa ada urusan sebentar dibelakang, kalian tunggu disini ya"
Chaelisa terpaksa menunggu ditempatnya sampai urusan Suho selesai. Dari tadi ayahnya tak berhenti menatap mereka.
"Apa Eomma mu menikah lagi dengannya?"
"Itu bukan urusan ahjussi. Eomma berhak bahagia" ucap Chaeyoung memberanikan diri bersuara.
Hatinya tercubit. Suho yang bukan siapa-siapa, mereka panggil Appa sementara dia ayah kandungnya malah dipanggil ahjussi.
"Dimana kalian tinggal?" keduanya diam tak mau menjawab. Jika Bohyun tau, lelaki itu pasti akan datang membuat masalah.
"Sayang, ayo kita pulang" terdengar suara Suho dari belakang. Keduanya bernapas lega bisa selamat dari pertanyaan Bohyun.
"Maaf, kami pulang dulu" pamit Suho membawa si kembar keluar dari restoran. Sepanjang perjalanan, Chaelisa selalu melihat ke belakang jika seandainya mobil mereka diikuti oleh Bohyun.
"Liatin apa sih nak" mereka otomatis langsung duduk.
"Gak liat apa-apa Appa"
"Mau mampir beli sesuatu dulu?" Chaelisa menggeleng. Mereka hanya ingin cepat sampai rumah.
Sesampainya di rumah, mereka melihat Jisoo bersantai diruang tengah bersama wajah piasnya.
"Eomma tidak apa-apa" cemas si kembar.
"Eomma tidak apa-apa sayang. Bagaimana acara peresmian restoran Appa tadi, apa seru?"
"Seru-seru. Banyak orang yang datang ke restoran kita dan memujinya" seru Chaeyoung antusias.
"Aku pengen coba makan steak tapi gak jadi karena ada ahjussi" sambung Chaeyoung. Jisoo yang paham siapa ahjussi yang ia maksud sontak merasa was-was.
"Kok gak bilang sama Appa. Kita kan bisa makan sebelum pulang" ujar Suho.
"Kalian makan siang dulu sana hum. Halmeoni tadi datang membawa makanan?"
"Apa ada gamjatang Eomma" ujar Lisa.
"Ada nak" si kembar itu lantas berlari kecil menuju meja makan.
"Kamu sendiri udah makan. Mau ke rumah sakit buat periksa? Muka kamu pucat banget" khawatir Suho.
"Gak perlu Yeoubo. Aku tadi udah makan sama samgyetang yang Eomma bawa" setidaknya Suho bisa tenang, istrinya itu tak lagi mual-mual dan mau makan.
"Beneran kan?"
"Iya, ini efek kehamilan muda. Dulu semasa aku hamil Jennie dan Chaelisa juga selalu seperti ini jadi tidak perlu khawatir"
"Syukurlah kalau memang begitu" lega Suho mengusap perut Jisoo yang masih rata.
"Btw tadi kamu ketemu sama mantan suami aku ya?"
"Mantan suami kamu?" bingung Suho. Ia tidak tau bagaimana rupa lelaki itu. Ada banyak orang ia temui tadi disana.
"Ahjussi yang mereka maksud itu adalah dia. Namanya Ahn Bohyun. Mereka memanggil ayahnya ahjussi" jelas Jisoo membuat Suho terbelalak.
"Oh dia. Pantas saja mereka takut dan tiba-tiba meminta pulang"
"Mereka trauma. Bohyun dulu pernah melecehkan mereka"
"Mwo? Sama anak sendiri masih mau" kaget Suho tidak percaya kalau ada lelaki sebrengsek Bohyun di dunia ini.
"Ne, aku mengetahuinya dari diary Jennie"
"Kurang ajar!" marah Suho mengepalkan tangan. Jari panjang Jisoo lantas menggenggam kepalan tangan tersebut. Melengkapi ruang kosong dijemari Suho.
"Jangan lakukan hal gegabah yang bisa membahayakan kita. Tugas kita hanya menjauhkan dan melindungi si kembar darinya. Aku tidak mau kehilangan lagi apalagi disaat aku tengah mengandung anakmu. Kamu satu-satunya harapanku dan anak-anak" ungkapan Jisoo membuat Suho terharu.
"Aku pastikan dia tidak bisa menyentuhmu dan anak-anak. Mulai sekarang aku akan mengutus bodyguard untuk menjaga mereka saat berada diluar"
"Terimakasih sudah menyayangi mereka" senyum Jisoo haru.
"Mereka anakku juga"
"Eomma~" suara Lisa bergabung disusul Chaeyoung datang terlambat dibelakang.
"Ada apa nak?"
"Chaeng hmmp,-" mulut Lisa dibekap oleh Chaeyoung. Orangtua itu terheran-heran oleh tingkah anaknya.
"Jangan beritahu" bisik Chaeng.
"Kenapa sih. Kok main rahasia-rahasiaan segala, cerita dong" timpal Suho ikut kepo.
Grep
Lisa menggigit tangan Chaeyoung. Gadis itu mengipas-ngipas tangannya.
"Chaeyoung menghabiskan ayam dimeja milik Eomma"
"Lili"
"Tidak apa-apa. Lagian Eomma sengaja meninggalkannya untuk kalian" kata Jisoo membuat Chaeyoung bernapas lega.
"Lisa~" Lisa lari menghindar dari kejaran Chaeyoung
"Dasar pengadu. Sini kamu biar ku potong habis poni busukmu itu!" Teriak Chaeyoung menggelegar. Mereka lari memutari meja makan yang besar.
Suho dan Jisoo terkekeh ringan menyaksikan pemandangan itu. Lama-lama anak-anaknya tidak lagi menjadi pemurung. Sedikit demi sedikit mereka mulai menunjukkan perasaannya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Day ✓
FanfictionSetelah hari itu, malam festival yang seharusnya dipenuhi tawa bahagia berubah menjadi malapetaka dalam sekejap. - BLACKPINK -