Satu minggu usai berpisah dengan Jisoo, Bohyun menikahi seorang gadis cantik yang lebih muda tiga tahun darinya. Gadis itu bernama Kwon Nara. Ayahnya pemilik bar terbesar di Seoul. Bisa dibilang Nara adalah putri dari keluarga sultan. Tak heran mengapa Eunyoung menikahkan putranya dengan gadis itu sedangkan Jisoo hanya gadis biasa.
Si kecil Jennie termangu memandang sang ayah yang duduk tersenyum bahagia bersama perempuan disebelahnya. Sampai saat ini Jennie masih mencari ibunya yang tak pulang pulang. Dia tidak mengerti apapun. Banyak orang datang ke rumahnya untuk makan dan minum. Jennie diabaikan.
Disisi lain, Jisoo melamun. Ada banyak hal mengganggu kepala. Saat asik melamun ia dipanggil keluar. Ada seseorang yang ingin bertemu dengannya.
"Eomma" lirih Jisoo berjalan hendak memeluknya namun wanita tua itu melangkah mundur.
"Eomma kenapa?" bingung Jisoo tidak jadi memeluk.
"Aku akan cepat saja. Mulai sekarang jangan libatkan aku dalam masalahmu. Keluarga kita sudah cukup kau buat malu dikampung, Jisoo. Kami tidak mau lagi berhubungan denganmu. Bisa-bisanya kau membunuh orang. Apa kami pernah mengajarkanmu menjadi pembunuh" celoteh Eomma Kim panjang lebar dalam satu kali tarikan napas.
"Eomma dengarkan aku. Aku tidak membunuhnya secara sengaja. Dia ingin membunuh suamiku dan aku tidak punya pilihan selain membunuhnya saat itu. Tidak ada siapapun yang bisa menolong kami" kata Jisoo mencoba menjelaskan kronologinya supaya ibu mengerti dengan situasi dilokasi kejadian.
"Apapun keadaannya kau tidak dibenarkan membunuhnya Jisoo. Kau bisa membuatnya pingsan kemudian lari"
Jisoo memilih diam. Dirinya merasa tidak perlu lagi melakukan pembelaan apapun. Nyatanya sekarang sang ibu juga tak mempercayainya dan memutuskan hubungan lantaran malu. Sama seperti Bohyun.
"Yasudah jika Eomma ingin memutuskan hubungan denganku. Aku terima. terimakasih telah menyempatkan waktu datang kesini" ujar Jisoo. Membungkukkan badan sedikit kemudian melewati tubuh ibunya, Kim Yoojin.
"Jennie disini, temuilah anakmu"
Langkah Jisoo otomatis terhenti mendengar nama putrinya. Jennie ada disini. Gawat. Alasan apa lagi yang akan dia berikan. Jisoo bergegas keluar, mencari Jennie di ruang tunggu namun bocah itu tidak ada. Saat bertanya pada petugas, dia bilang Jennie pergi ke ruangannya.
"Jennie-ya" Jennie sontak balik badan kemudian lari menyambut rentangan tangan ibunya.
"Eomma" lirihnya dibahu Jisoo. Menggenggam kuat baju tahanan Jisoo dibelakang. Jennie sangat merindukan ibunya.
"Kenapa kesini. Eomma sudah bilang tunggu saja di rumah"
"Aku sudah menunggu tapi Eomma tidak datang-datang jadi aku kesini sama halmeoni" ujar si kecil itu dengan polosnya. Jisoo kembali memeluk putrinya. Sekali pelukan saja belum cukup mengobati rasa rindu.
"Eomma tinggal disini. Apa Eomma dan Appa bertengkar lagi? Aku melihat Appa duduk sama perempuan cantik tadi. Halmeoni bilang dia akan jadi ibu sambungku. Ibu sambung itu maksudnya apa Eomma?" Tanya Jennie bertubi-tubi.
Jisoo menunduk membuat air mata itu menetes. Jadi Bohyun menikah lagi. Sekarang dia paham kenapa Bohyun nekat menceraikannya. Ternyata ada perempuan lain yang dia cintai.
"Jangan pikirkan soal itu hum. Nini belum mengerti" nasehat Jisoo dibalas anggukan kepala oleh sang anak.
"Sekarang Nini pulang ya sama halmeoni. Tempat ini tidak baik untuk Nini"
"Tapi Eomma gimana?"
"Eomma akan tinggal lebih lama disini. Nini harus percaya sama Eomma ya. Eomma pasti pulang dan kita akan berkumpul lagi" tanpa Jennie ketahui saat ini Jisoo dalam keadaan terguncang.
Banyak hal terjadi hari ini. Ibunya memutuskan hubungan dan suaminya menikah lagi. Jisoo berharap Bohyun tidak melupakan kewajibannya sebagai ayah.
"Tapi kapan Eomma?" Jisoo menarik napas dalam-dalam kala rongga dadanya terasa sesak seperti ada benda berat yang menghimpit.
Sepuluh tahun adalah waktu yang lama. Sepuluh tahun itu juga sudah dikurangi oleh hakim yang awalnya dua puluh tahun sebab Jisoo melakukannya untuk mempertahankan diri bukan murni dari niat kejahatan. Bagaimana caranya ia menjelaskan pada Jennie. Disatu sisi Jisoo tidak mau anaknya kecewa dan disisi lain ia tidak mau Jennie terus menunggu tanpa kepastian.
"Eomma tidak bisa bilang kapan harinya. Nini tunggu saja di rumah ya"
Mata Jisoo beralih pada Yoojin dibelakang Jennie. Wanita tua itu menatapnya tanpa belas kasihan. Jisoo tidak menemukan lagi secercah kasih sayang dalam bola matanya.
"Eomma boleh aku minta tolong jagain anakku selama disini" pintanya.
"Suamimu kan masih hidup. Lagian sudah ku bilang kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Terus buat apa aku repot-repot ngasuh anak kamu"
"Eomma, Jennie cucumu. Eomma boleh benci sama aku tapi Jennie tidak tau apapun"
"Sama saja. Dia kan lahir dari rahimmu. Suatu saat dia bisa saja mengikuti jejak mu" Jisoo mengulum bibir. Ucapan Yoojin menyakiti perasaannya.
"Kalau begitu bisakah aku minta tolong antarkan dia pulang?" Wanita tua itu tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.
"Nini, Nini harus pulang ya. Jangan jadi anak nakal dan menyusahkan Appa hum. Eomma akan kembali secepatnya arrachi?" Jennie kecil mengangguk paham.
"Eomma, aku bawain makanan. Aku mengambilnya di acara Appa tadi. Ku pikir Eomma akan menyukainya" kata Jennie menyodorkan paper bag berisi makanan.
"Makasih sayang" lirih Jisoo menerimanya.
"Eomma juga harus jaga kesehatan. Tolong jaga adik Nini juga diperut Eomma. Aku akan sering-sering main kesini. Eomma jangan sedih ya" kata Jennie membelai lembut pipi Jisoo tanpa ia tau Jisoo saat ini sedang berusaha sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak tumpah.
"Iya sayang"
Jennie mengecup bibir Jisoo kemudian membungkuk mencium perut sang ibu. Setelahnya Jennie dibawa pergi oleh Yoojin dari sini. Ruangan Jisoo pun langsung digembok lagi oleh petugas. Ibu satu anak itu hanya bisa memandang kepergian sang anak dari jeruji besi jendela ruangannya sementara Jennie juga sering melirik lirik ke belakang.
"Sayang, maafin Eomma nak. Nini harus kuat ya. Anak Eomma harus tangguh" gumam Jisoo.
Tiga wanita paruh baya itu hanya dapat memandang sendu Jisoo. Rupanya wanita muda itu juga tengah hamil sekarang. Setelah dibuang suaminya kini ibunya pula ikut memutuskan hubungan. Ketabahan hati Jisoo memang luar biasa.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Day ✓
Fiksi PenggemarSetelah hari itu, malam festival yang seharusnya dipenuhi tawa bahagia berubah menjadi malapetaka dalam sekejap. - BLACKPINK -